Tuesday, April 30, 2019

[Top Ten Tuesday] Inspirational/Thought-Provoking Book Quotes

Top Ten Tuesday was created by The Broke and the Bookish in June of 2010 and was moved to That Artsy Reader Girl in January of 2018. It was born of a love of lists, a love of books, and a desire to bring bookish friends together. The Artsy Reader Girl original title for April 30: Inspirational/Thought-Provoking Book Quotes.


For me, diction is the most important part of the book. I'll stop reading or throw away--literally--a book if its diction doesn't meet my expectation. So, yeah, I'll always love an inspirational/thought-provoking book quotes, so here they are:

1. Resign! by Almira Bastari



2. Harry Potter and The Prisoner of Azkaban by J.K. Rowling



3. Wolf Brother by Michelle Paver



4. The Hate U Give by Angie Thomas



5. The Hate U Give by Angie Thomas



6. Goodbye Things by Fumio Sasaki



7. Antologi Rasa by Ika Natassa



8. What I Know for Sure by Oprah Winfrey



9. London: Angel by Windry Ramadhina



10. Twilight by Stephenie Meyer



Monday, April 29, 2019

[Resensi Novel Romance] Asa Ayuni by Dyah Rinni: sejumput cinta penuh drama

First line:
Ayuni Safira bangun pada jam empat pagi dengan dua prioritas utama: reuni nanti siang dan bagaimana membuat Poppy, teman sekaligus musuh yang pasti datang,
mengagumi rumah dan kue buatannya.

---hlm.1, Bab 1 - Reuni

Di pojok selatan Jakarta, kau akan menemukannya. Tempat itu tak sepanas bagian Jakarta lainnya. Langit di sana sering berubah seolah mengikuti suasana hati penghuninya. Kau akan bisa menemukannya dengan mudah. Ada banyak rumah di sana. Orang menyebut tempat itu Blue Valley.

Di salah satu bloknya, ada sebuah rumah, yang kalau kau masuk ke dalamnya akan merasakan nuansa paduan klasik dan modern. Desainnya tampak chic, dan bantal pink elektrik di atas sofa cokelat akan membuatmu betah di sana.

Seorang perempuan yang pandai membuat kue tradisional akan menjadi teman mengobrolmu. Dia punya toko kue tak jauh dari rumahnya. Dia sedang berduka, baru saja kehilangan suaminya. Ada getir terpancar dari matanya. Namun, dia amat terlihat berusaha tegar. Perempuan itu Ayuni. Perempuan manja yang sedang berpura-pura tangguh demi memupuk asanya yang baru saja hancur.

Judul: Asa Ayuni
Pengarang: Dyah Rinni
Penyunting: Jia Effendie
Penerbit: Falcon Publishing
Tebal: 236 hlm
Rilis: Desember 2016
My rating: 3 out of 5 star

Sejujurnya, saya sudah kepingin baca Asa Ayuni sejak bundel seri Blue Valley dirilis oleh penerbit Falcon Publishing pada Desember 2016/Januari 2017 silam. Namun, karena satu dan lain hal, keinginan itu tertunda terus dan terus, hingga hampir saja ikhlas untuk merelakan tak membaca Asa Ayuni. Barulah awal Maret 2019 lalu, ketika gelaran Big Bad Wolf kembali menyambangi Jakarta, emmm... BSD lebih tepatnya, keinginan itu muncul lagi demi melihat Asa Ayuni ada di tumpukan buku obral bagian novel Indonesia, hanya dibanderol Rp15.500 dari harga resminya Rp72.000. Oke, nggak perlu mikir lagi: COMOT!

gambar dari sini: falconpublishing.co.id

Well, tapi dibacanya pun enggak langsung, hehehe. Baru kelar kemarin (27/04) sejak dimulai hari Kamis (25/04). Saya suka cara menulis Dyah Rinni, ittulah mengapa dari lima buku di seri Blue Valley, saya paling-paling kepinginan dibaca ya Asa Ayuni. Dari Marginalia, lalu lanjut Beautiful Liar, dan Mermaid Fountain, saya terpuaskan oleh diksi Dyah yang sederhana, tapi tak biasa dan penuh makna. Maksudnya, tiap kata pembentuk kalimat rekaannya ditulis dengan niat dan tujuan, sehingga sayang untuk di-skimming dan maunya dirunut satu per satu.

Begitupun dengan departemen karakterisasinya. Saya menyukai tokoh-tokoh yang dihidupkan Dyah di ketiga bukunya yang sudah saya baca sebelum Asa Ayuni, terutama di Marginalia. Well, so far sih, Marginalia is my most favorite dari karya-karya Dyah.

Sayang sekali, kedua kesukaan saya itu, kali ini kurang berhasil di Asa Ayuni. Saya tak bilang gaya menulis Dyah berubah, hanya saja diksinya yang sudah baik, kurang bisa diimbangi dengan pace serta jalinan adegan pembentuk ceritanya. Entah bagaimana, saya merasa banyak bagian yang tidak tertambal dengan sempurna, berasa lompat-lompat. Don't get me wrong, pace ceritanya terbilang cepat, konflik dan subkonflik tersusun bertumpukan dan berkejaran satu demi satu, tapi justru bikin saya frustrasi. Ini kisah cinta kecil yang penuh drama.

Dalam halaman ucapan terima kasih, Dyah menulis:
Barangkali kedengarannya klise, tetapi bagi saya, Asa Ayuni adalah tantangan terberat di dalam karier menulis saya.... dst... dst...
...setelah dua setengah bulan menulis, lebih dari 60.000 kata yang diketik dan separuh naskah yang dibabat habis, novel ini bisa hadir... dst... dst...
Saya tak bisa memastikan, tentu saja, cuman saya jadi berasumsi mungkin awalnya tulisan cukup berkesinambungan, tapi dengan beragam pertimbangan, harus dipotong di sana-sini.

FYI, Asa Ayuni menyajikan tokoh utama Ayuni Safira dan Elang Tejawijaya, yang awalnya selayaknya kutub utara-selatan yang tak mungkin bisa berkaitan, hingga karena suatu sebab mereka akhirnya dipertemukan. Naskah diceritakan menggunakan PoV orang ketiga dengan angle kamera pada satu-beberapa bab difokuskan pada Ayuni dan terkadang difokuskan pada Elang, hingga pembaca diberikan gambaran secara gamblang pada karakter masing-masing, termasuk subplot-subkonflik yang dimiliki oleh kedua tokoh.

Di situlah, saya gagal dipuaskan. Drama-drama yang mengejar Ayuni dan Elang terlampau dramatis, tapi kurang digali. Beberapa karakter juga tampil serba hitam-putih, misalnya Poppy. Menurut saya, people change, dan kalaupun tak berubah sesuai harapan kita, tetap saja tak sama dengan mereka di masa lalu. Dan, saya tak diberikan penjelasan yang cukup mengapa Poppy begitu memusuhi Ayuni dan mengapa Ayuni begitu ingin mengalahkan Poppy. Hal serupa terjadi pada saat Ayuni menghadapi Laras. Sikap frontal Ayuni agak kurang pas saja. Apa sih yang pernah dialami Ayuni dulu sehingga kadang dia bisa menjadi teman yang menyenangkan, tapi kadang juga gampang emosian dan cenderung suka main kekerasan? Bagi saya, tak cukup alasan untuk membentuk pribadinya.

Asa Ayuni juga menghadirkan banyak sekali kebetulan yang janggal. Ayuni anak tunggal? Elang anak tunggal? Satria anak tunggal? Ayuni dan Satria juga hanya punya anak tunggal? Zetro anak tunggal?


via GIPHY

Bukan bermaksud spoiler, tapi Elang ini sudah merintis sebagai manajer berpengalaman hingga ke Australia, mestinya sudah punya banyak relasi di bidang yang digelutinya kan, ya? Dan, Gulaloka milik Ayuni ini "hanya" sebuah toko kue yang tidak digambarkan super terkenal, dari lowongan kerja manakah Elang mendapatkannya? Oke, di halaman 100, disebutkan: Elang menekan logo browser di ponselnya dan mulai mencari lowongan pekerjaan. Lalu di halaman selanjutnya, Elang sudah datang ke Gulaloka untuk menjalani sesi wawancara kerja tanpa diberikan penjelasan yang cukup, kenapa dia memilih melamar kerja ke Gulaloka. Hmmm.


via GIPHY

Akhirnya saya melanggar janji sendiri, banyak bagian yang saya skip, karena tak sabar menunju akhir cerita. Dan, ya, ujung konlik berbeda dari tebakan saya dan cukup masuk akal sebagai pengakhiran beragam drama yang melanda Ayuni. Tak begitu memuaskan, tapi oke-lah.

Topik bahasan:
1. Office-romance
2. Cinta segitiga
3. Tema: kuliner - pastry
4. Single parent
5. Anak berkebutuhan khusus; Asperger Syndrome
6. Setting lokasi: Jakarta - Sydney
7. Drama keluarga; parenthood

End line:
"Namun, kelak, jika saatnya tiba, Elang berharap, sungguh-sungguh berharap, Ayuni membukakan pintu hati hanya untuknya.
---hlm.232, Bab 24 - Asa

Tuesday, April 23, 2019

[Top Ten Tuesday] Sepuluh buku pertama yang saya resensi adalah...

Top Ten Tuesday was created by The Broke and the Bookish in June of 2010 and was moved to That Artsy Reader Girl in January of 2018. It was born of a love of lists, a love of books, and a desire to bring bookish friends together. The Artsy Reader Girl original title for April 23: (First Ten) Books I Reviewed ((These do not have to be formal reviews. A small sentence on a retailer site or Goodreads counts, too! Submitted by Rissi @ Finding Wonderland)).


At first glance, I'll ask www.goodreads.com for help, but then I realized that my first review didn't appear on that platform yet. So I went to my first ten books I reviewed on this blog, and here they are:


FYI: The biggest picture on the collage is my most favorite among others.

And, if you wanna know how bad I am as a reviewer back to 2008-2009 ago, here they are:
1. Topsy-Turvy Lady by Tria Barmawi
2. L by Kristy Nelwan
3. M2L: Men 2 Love by Andrei Aksana
4. Winter in Tokyo by Ilana Tan
5. Soulmate.com by Jessica Huwae
6. She'll Take It by Mary Carter, it became the first English-translated into bahasa Indonesia book that I reviewed.
7. Bidadari-Bidadari Surga by Tere Liye, I think it became my last book by Tere Liye that I've read and reviewed.
8. Perempuan Lain by Kristy Nelwan
9. Pink Project by Retni SB
10. Deviasi by Mira W

Tuesday, April 9, 2019

[Top Ten Tuesday] Enam hal absurd tentang buku yang saya lakukan...

Top Ten Tuesday was created by The Broke and the Bookish in June of 2010 and was moved to That Artsy Reader Girl in January of 2018. It was born of a love of lists, a love of books, and a desire to bring bookish friends together. The Artsy Reader Girl original title for April 9: Outrageous/Crazy/Uncharacteristic Things I’ve Done for the Love of Books (i.e. skipped meals, camped outside a bookstore, broke up with someone because they don’t like to read, traveled long distances to bookish events, etc. – submitted by Aggie’s Amygdala).


As a reader, and also a book hoarder, sometimes I do crazy things... well, not everything I've done could be categorized as love for books. I just think what I've done are crazy about book only because it's beyond crazy such as:

1. Banned some Authors because of their behavior. I know you'll say:
Hey, you need to distinguish personal things from their works.
But, again, I'm only human who have a heart, a sensitive one. So if an author does disgusting things (i.e. attacking reviewer, lying, plagiarizing, doing bad political campaign, etc), it breaks my heart and makes me not wanting to read their writing. Frankly, I have several name on my black list but on the top of my list right now is: Hanum Salsabiela Rais. There, I said her name. Gosh!


via GIPHY

2. Traveled long distances to buy a book. I went abroad several times only to buy books at Big Bad Wolf book sale events in Kuala Lumpur and at a bookstore at Bras Basah Complex Singapore.

3. Sat down and queued for about four or five hours only to get a free copy of The Silkworm (Cormoran Strikes #2, Indonesian edition) by J.K. Rowling, and the book is left unread till now. HAHAHAHAHA.


via GIPHY

4. Midnight shopping at Big Bad Wolf events (ICE BSD Serpong and Jatim Expo Surabaya).


via GIPHY

5. Shop hopping around Jabodetabek-Bandung. I remembered that around 2013 or 2014, it's unusual to find "Obralan Gramedia" or big discounted books which is hosted by one of the biggest bookstore chains in Jakarta, let alone in Indonesia, so I did shop hopping from Bintaro to Bekasi, Bandung to Pluit, West to East, South to North, to get find a surprise-discounted-book at one of those book sales.

6. Reading everywhere, anywhere, and anytime. I read while I'm jogging, I read while I'm on motorbike, anything.


via GIPHY

7. Okay, I can only think 6 of outrageous things that I've done for the love of books. I'll add another if I can recall another outrageous slash crazy slash stupid things that I've ever done.

What yours?

Monday, April 8, 2019

[BOOKtainment] Jordan Fisher ganti memerankan John Ambrose McClaren, Twivortiare selesai syuting, dan warta perbukuan lainnya

Hari Senin adalah saatnya mewartakan kabar-kabar lain dari dunia literasi, baik dari dalam maupun luar negeri, biar bikin kita enggak lagi bilang, "I hate Monday". Warta perbukuan ini saya rangkum dari pelbagai sumber.


1. Jordan Fisher didapuk memerankan John Ambrose McClaren di sekuel film To All The Boys I've Loved Before: P.S. I Love You. As predicted, pro dan kontra langsung memenuhi kolom komentar warganet karena re-cast untuk tokoh ini, mengingat di ujung film pertama, John Ambrose sudah menampakkan wujud melalui peran Jordan Burtchett (dan banyak yang terpuaskan), eh tetiba malah diganti dan menurut yang sudah baca bukunya (termasuk saya), Jordan Fisher memang cukup jauh dari deskripsi Jenny Han. Kayaknya pembuat filmnya lebih mementingkan soal diversity dan fans Jordan Fisher yang lebih banyak dibanding Jordan Burtchett. Well, sebagai penggemar trilogi ini saya sih no comment dan lebih nunggu rilis filmnya saja.


Oh iya, yang penting juga, cast untuk Stormy juga sudah diumumkan: Holland Taylor. Wah, saya suka banget sama beliau, pas jadi profesor di film Legally Blonde. Yes!



2. Twivortiare sudah masuk tahap editing (kayaknya). Well, another Ika Natassa's book yang diadaptasi ke layar perak, "Twivortiare" sepertinya sudah masuk tahap editing. Di post terbarunya, Ika Natassa bercerita tentang private screening materi kasar dari filmnya. Kamu termasuk tim yang nggak sabar juga nunggu filmnya, apa nggak?



3. Indeks berita pilihan SENI DAN BUDAYA kategori buku dari cnnindonesia.com
Bakar Buku Harry Potter, Paroki Katolik Polandia Tuai Hujatan
Buku Sekuel "Bird Box" Tengah Digarap
Alicia Keys Gandeng Oprah Rilis Buku Memoar
"Karma", Tema Ubud Writers Readers Festival Tahun Ini
DC Comics Batalkan Komik Soal Yesus Kembali ke Bumi

Tuesday, April 2, 2019

[Top Ten Tuesday] Sepuluh alasan saya membeli buku...

Top Ten Tuesday was created by The Broke and the Bookish in June of 2010 and was moved to That Artsy Reader Girl in January of 2018. It was born of a love of lists, a love of books, and a desire to bring bookish friends together. The Artsy Reader Girl original title for April 2: Things That Make Me Pick Up a Book.


Well, as a book hoarder, do we really need a reason to hoard books? Hahaha, #juskidding. I mean, in many situations I feel like buying a book is just like buying anything just because of "need" or "want".

Anyway, if you still wanna know, what things that make me pick up a book, here are those things:
1. The Author.
Well, I am categorizing myself as a loyal reader. So, if I am already be a fans of an author, I'll buy and read anything form him/her. Check out my Top Ten Auto-Buy Author here.



2. The Writing Style.
...especially, the author's diction or the choice and use of words and phrases in speech or writing. No matter how popular or important story it is, if the writing style is "meh" for me, I'll skip it. Example: 5cm by Donny Dhirgantoro or Dilan by Pidi Baiq or Sabtu Bersama Bapak by Adhitya Mulya.

3. The Cover.
No caption needed, hahaha. I prefer book cover with real photograph (of humans) than with illustration. Like this one:


4. The Price.
I won't think twice while the price is damn cheap! Hell, yeah.


via GIPHY

5. The Hype.
I'm sucker for hype-books or chart-topper books or the most trending-books. My opinion: if most people like it, then I must like it too.

6. The Reviews.
...from my trusted source, off course, such as my readers' community friends: Goodreads Indonesia or Blogger Buku Indonesia, or from my fave Blogger or Booktuber such as Ginger from greadsbooks.com or Gabby from gabbyreads. I don't care with "Starred Review" thingy or a testimonial from a celebrity or another well-known authors or sponsored reviews. I think they are "fake" comments.

7. The Adaptation.
It only occurs one or two times a year for me. When I fell in love with the movie or TV adaptation, I'll try to read the book. Example: The Devil Wears Prada by Lauren Weisberger or Lord of the Rings by J.R.R. Tolkien or Pretty Little Liars by Sara Sheppard.



8. The Genre.
I'll buy (and read, maybe) anything for "Novel Metropop". OBVIOUSLY. But, only the originally novel metropop by Gramedia Pustaka Utama.

9. The Tittle.
If I have no other solid reasons, I'll pick a book just because of its tittle. Example: The Marriage Bureau for Rich People by Farahad Zama or Good Muslim Boy by Osamah Sami or The Dusty Sneakers by Teddy W. Kusuma & Maesy Ang.

10. The Color.
This is the least reason for hoarding books. I'm not good at color-matching, even I considered myself as color-blind person so I really don't care of rainbow shelf thingy.

Those are my top ten of things that make me pick up a book. Kalau kamu?