Tuesday, January 26, 2016

[Top Ten Tuesday - Freebie] Sepuluh novel berseri yang sudah saya beli tapi belum dibaca juga...

Top Ten Tuesday is an original feature/weekly meme created by The Broke and the Bookish. The Broke and the Bookish original title for January 26: Freebie Week! Pick a topic near and dear to your heart! Something you wished was on our official list!


Today should be a freebie week where I can post any topic outside the list. But, I kinda lost 'lil bit. So, I decide to arrange Top Ten Book Series That (Mostly) I Already Have But Don't Start Reading Them Yet. I guess it is close to Topic number 134: Top Ten Series I'd Like To Start, But Haven't Yet, which aired on 5th March, 2013. No biggie, right? I don't count the series which I already read even if only one or two books.

Okay, then, these are my Top Ten:
1. House of Night Saga by PC Cast ad Kristin Cast. I start collecting this series since I found one or two books at Periplus Book Sale long time ago, even before the Indonesian's version came out. And I still obsess to collect them all though I don't know when I start reading them.


2. Ther Melian by Shienny M.S. Because of Harry Potter series by JK Rowling, I became a newbie reader at fantasy genre. And, I heard my fellow fantasy readers said that Ther Melian tetra logy is one of the best local fantasy. I love mainstream, so I decide to buy them, though since the last time I bought Book 4--three years ago--I didn't start reading them yet. Ugh!


Monday, January 25, 2016

[Resensi Novel Young Adult] Simon vs the Homo Sapiens Agenda by Becky Arbetalli


First line:
IT'S A WEIRDLY SUBTLE CONVERSATION. I almost don't notice I'm being blackmailed.

Sixteen-year-old and not-so-openly gay Simon Spier prefers to save his drama for the school musical. But when an email falls into the wrong hands, his secret is at risk of being thrust into the spotlight. Now Simon is actually being blackmailed: if he doesn’t play wingman for class clown Martin, his sexual identity will become everyone’s business. Worse, the privacy of Blue, the pen name of the boy he’s been emailing, will be compromised.

With some messy dynamics emerging in his once tight-knit group of friends, and his email correspondence with Blue growing more flirtatious every day, Simon’s junior year has suddenly gotten all kinds of complicated. Now, change-averse Simon has to find a way to step out of his comfort zone before he’s pushed out—without alienating his friends, compromising himself, or fumbling a shot at happiness with the most confusing, adorable guy he’s never met.
 

Judul: Simon vs the Homo Sapiens Agenda
Pengarang: Becky Arbetalli
Penyunting: Donna Bray
Penerbit: HarperCollins
Format: eBook - 303 hlm - bahasa Inggris
Rilis: 7 April 2015
ISBN: 9780062348678
Rating: 3 out of 5 star 

ide cerita dan eksekusinya:
Simon vs the Homo Sapiens Agenda ini tipikal novel LGBTQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, and Queer) kebanyakan. Premisnya masih seputar konflik lahir-batin seseorang untuk mengakui bahwa orientasi seksualnya berbeda. Atau, dalam dunia LGBTQ disebut dengan coming out moment. Novel ini--seperti tertera di judulnya, berkisah tentang Simon Spier yang maju-mundur (enggak pakai cantik-cantik, ya), untuk mengaku sebagai gay.

Sejatinya tak ada yang istimewa dari novel ini, dibandingkan novel bertema sejenis. Well, saya tetap mengakui bahwa Becky mampu mengalirkan kisah hidup Simon yang berliku dengan kemasan yang menarik. Dijamin, jika sudah membaca, kamu pasti dengan mudah ikut terhanyut. Tapi, sekali lagi, buat saya novel ini tidak terlalu istimewa. Bahkan, jika dibandingkan dengan serial Rainbow Boys-nya Alex Sanchez, saya malah lebih suka Rainbow Boys. Jujur saja, saya membaca novel ini karena hype-nya yang kenceng banget. Bahkan beberapa pemilihan novel terbaik/terfavorit 2015, novel ini masuk dalam banyak nominasi. Namun demikian, saya tetap merasai ikut menebak-nebak siapa tokoh "Blue" yang jadi fantasy-nya Simon sepanjang cerita. Berulang kali saya salah tebak. Huh!


Sunday, January 10, 2016

[Resensi Novel Romance] Everlasting by Ayu Gabriel

Coba bayangkan, apa yang akan terjadi jika kamu mencampurkan rasa frustrasi, tidak aman, curiga, bersalah, penasaran, cemburu, khawatir, dan bermacam-macam hormon perempuan di dalam satu wadah? Hasilnya adalah penyimpangan perilaku. Saus kacang!
---Ayu Gabriel, Everlasting.

First line (kalimat pembuka):
Apa sih kebahagiaan itu? Kalau pertanyaan ini diajukan ke seluruh penduduk bumi, boleh jadi kita akan mendapatkan tujuh miliar jawaban berbeda.

Kayla, 22 tahun, jatuh cinta kepada Aidan. Setiap kali Aidan yang punya bokong seksi itu lewat di depannya, Kayla langsung belingsatan. Namun, Kayla tidak tahu bagaimana caranya menunjukkan perasaannya karena Aidan adalah bos di kantornya—usianya lebih tua 11 tahun. Ia hanya bisa mengamati dari jauh secara diam-diam sambil mencatat semua hal tentang Aidan di sebuah buku rahasia.

Dengan bantuan Saphira, sahabat baiknya, Kayla mulai berusaha mendapatkan cinta Aidan. Kayla pun mengubah dirinya menjadi seperti perempuan impian Aidan—mengubah potongan rambutnya, menato tubuhnya, sampai mengubah selera musiknya.

Ketika Kayla sedang berusaha merebut hati bosnya itu, Dylan, cinta pertama Kayla, tiba-tiba muncul. Kayla sebenarnya sudah lupa siapa Dylan karena dia pernah bersumpah untuk tidak mengingatnya lagi semenjak Dylan dan keluarganya pindah dari Jakarta, 10 tahun lalu. Keinginannya terkabul. Ia tidak ingat sama sekali tentang Dylan atau cinta mereka. Dylan pun memutuskan untuk mendapatkan kembali cinta Kayla yang ia yakini masih bersemayam di hati gadis itu kalau saja ia bisa mengingatnya.

Judul: Everlasting
Pengarang: Ayu Gabriel
Penyunting: Herlina P. Dewi
Proofreader: Tikah Kumala
Pewajah sampul: Teguh Santosa
Penerbit: Stiletto Book
Tebal: 323 hlm
Harga: Rp52.000
Rilis: Maret 2014
ISBN: 978-602-7572-25-6
Rating: 3,5 out of 5 star
Buku persembahan dari pengarang, tidak memengaruhi penulisan resensi.

Sebagai pembaca, khususnya pembaca cerewet yang mengukur suka-tak-suka berdasar gaya menulis pengarang, saya sangat bersyukur akhirnya diberikan kesempatan untuk mencicipi-baca novel ini. Gaya menulisnya selera gue banget, sehingga saya tak mengalami banyak masalah dalam membaca Everlasting. Yah, palingan cuman keseringan tertunda karena bawaan M--mood nggak jelas.

ide cerita dan eksekusinya:
Saya nangkapnya lebih ke CLBK--Cinta Lama Bersemi Kembali. Atau, bisa juga masuk kategori cinta-pertama-bertahan-selamanya meski harus bertemu dulu dengan cinta-cinta yang lain. Memang bukan ide baru, tapi yang terpenting Ayu berhasil mengemasnya melalui racikan narasi yang pas serta dialog yang segar, ceplas-ceplos, kocak, dan sekaligus cerdas. Well, ada juga sih adegan sinetron dari tokoh sampingan yang kadar irinya kebangetan, tetapi masih wajar-wajar saja, tidak begitu mengganggu.

Seperti banyak dikeluhkan oleh pembaca lain, saya pun merasai lemahnya eksekusi akhir (ending). Entah trauma, entah amnesia, yang pasti saya pun agak kurang teryakinkan dengan pilihan Ayu untuk mengakhiri kisah dalam novel ini dengan cara seperti itu. Klise dan terlalu mudah.


Friday, January 8, 2016

[Resensi Novel Chicklit] Size 12 is Not Fat by Meg Cabot

Aku tidak akan mulai makan salad tanpa saus kalau itu yang harus kulakukan untuk mendapatkan pacar, aku tidak seputus asa itu.
---Meg Cabot, Size 12 is Not Fat

First line:
"Mm, halo. Apa ada orang di luar sana?" Suara gadis di kamar ganti sebelah itu seperti tupai.

Heather Wells, mantan penyanyi pop idola remaja, telah sampai pada titik jenuh: bosan menyanyikan lirik lagu ciptaan orang lain, tapi produsernya tidak mau menandatangani kontrak baru untuk lagu-lagu ciptaannya sendiri. Keadaannya diperparah dengan ayahnya dipenjara, ibunya kabur ke Buenos Aires bersama seluruh isi tabungan putri satu-satunya itu, dan Heather tampaknya tidak bisa berhenti membenamkan diri dalam kesedihannya dengan melahap cokelat KitKat. Puncaknya, tunangannya Jordan Cartwright telah menggesernya---dari tangga lagu maupun dari ranjangnya---dan menggantikannya dengan bintang pop nomor satu terbaru Amerika, Tania Trace.

Heather lalu mendapatkan pekerjaan di asrama New York College---tak jauh dari tempat tinggal sementaranya di rumah Cooper---temannya sekaligus kakak mantan tunangannya yang sangat baik kepadanya. Kelihatannya keadaan mulai membaik... setidaknya sampai gadis-gadis di asrama tewas satu per satu dalam waktu berdekatan. Selancar lift merupakan penjelasan resmi dari administrasi kampus mengenai penyebab kematian para gadis itu, tapi Heather punya kecurigaan lain. Dengan bantuan setengah hati dari Cooper, Heather berusaha menyelidiki kematian-kematian tersebut, tanpa menyadari itu bukan hanya sekadar untuk menjawab rasa ingin tahunya, melainkan mungkin akan menjadi pekerjaannya seumur hidup.
 
Judul: Size 12 is Not Fat (Ukuran 12 Tidak Gemuk)
Pengarang: Meg Cabot
Penerjemah:: Barokah Ruziati
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 416 hlm
Harga: Rp45.000 (beli obral Rp10.000)
Rilis: Agustus 2010
ISBN: 978-979-22-6001-4
Rating: 3 out of 5 star

Ide cerita dan eksekusinya:
Jika sekadar membaca judulnya, mungkin kita bakal dengan mudah menarik kesimpulan bahwa novel ini membahas romance dengan konflik utama soal berat badan. Well, tidak sepenuhnya salah, sih, tapi novel ini pun tak melulu hanya mengulas cinta-cintaan saja. Ada subplot misteri pembunuhan yang harus dipecahkan oleh tokoh utamanya. Jadi, perpaduan antara masalah berat badan, kisah cinta nan rumit, dan misteri pembunuhan. Menarik.

Dan, buat penikmat tulisan Meg Cabot, tentu bakal dengan mudah menyukai gaya bertuturnya. Lincah, self-centered, membual tak habis-habis, dan kocak. Terkadang bikin gemas, entah pengin meng-getok kepala atau menjawil pipi si tokoh utamanya. Uh! Namun, selipan misteri pembunuhannya ternyata tak digarap maksimal. Walaupun sempat bikin penasaran, pada separuh jalan ceritanya saya sudah bisa menebak siapa pelakunya. Dan, tebakan saya benar, meski tidak seratus persen sesuai dengan segala alasan dan latar belakang mengapa si pelaku melakukan pembunuhan itu.

Meet Cute:
Tokoh utama novel ini, Heather Wells sudah mengenal dan bahkan tinggal satu atap dengan love interest-nya, Cooper Cartwright, sehingga nyaris tak ada adegan yang bisa masuk kategori meet cute.


Wednesday, January 6, 2016

[Waiting on Wednesday] ...Mission D'Amour

"Waiting On" Wednesday is a weekly event, hosted by Breaking the Spine, that spotlights upcoming releases that we're eagerly anticipating.

Saya masih punya utang sama Francisca Todi untuk membuatkan resensi atas novel Mafia Espresso-nya yang ia rilis ulang dengan judul Irresistible, plus Love Roulette yang merupakan sekuelnya. Saya diberikan contoh novel dalam bentuk e-book. Belum selesai dibaca, sih, tapi saya cukup yakin untuk menyebutkan bahwa saya menyukai gaya menulis Cisca. Oleh karenanya, saya pun tak sabar menantikan novel metropop perdananya ini.

Kehidupan Tara Asten sebagai asisten pribadi Putri Viola—Putri Mahkota Kerajaan Alerva yang supersibuk—selalu penuh tantangan. Namun, Tara tidak pernah menyangka Badan Intelijen Alerva (BIA) akan menjadikannya tersangka utama dalam rencana penyerangan keluarga kerajaan. Dia dimasukkan ke masa percobaan tiga bulan, pekerjaannya terancam tamat!
 

BIA menugaskan salah satu agen rahasianya, Bastian von Staudt, alias Sebastian Marschall, untuk menyamar menjadi calon pengganti Tara dan menyelidiki wanita itu. Tapi di tengah perjalanan misinya, dia malah jatuh hati pada kepribadian lugu Tara. Bukannya mencari kesalahan Tara, Sebastian malah beberapa kali menolongnya.
 

Tara yang awalnya membenci pria itu, mulai bimbang dengan perasaannya. Sebastian pun mulai kesulitan mempertahankan penyamarannya.
 

Tapi, itu sebelum Sebastian mendengar percakapan mencurigakan Tara di telepon. Yang membawa Sebastian pada dua pilihan sulit: misi atau hatinya.

*Ukuran: 13.5 x 20 cm
*Tebal: 368 halaman
*No. Produk: 616171001
*ISBN: 978-602-03-2487-6
*Harga: Rp69,000

*Terbit: 21 Januari 2016

https://www.goodreads.com/book/show/28372202-mission-d-amour

Jadi, buku apa yang kamu tunggu Rabu ini?

Tuesday, January 5, 2016

[Top Ten Tuesday] Sepuluh resolusi perbukuan di tahun 2016

Top Ten Tuesday is an original feature/weekly meme created by The Broke and the Bookish. The Broke and the Bookish original title: Top Ten Resolutions We Have For 2015 (can be bookish, personal resolutions, "I resolve to finally read these 10 books, series I resolve to finish in 2015, etc.)


Well, once again I won't follow the exact topic of TTT for today. Because I didn't make any resoultion for 2015 so I'll drop my list of Top Ten Resolution for 2016 instead. Here they are:


Monday, January 4, 2016

[Resensi Novel Romance] My Wedding Dress by Dy Lunaly

Kalau mau jujur, bukankah sebenarnya kita semua merupakan kumpulan masokhis, disadari ataupun tidak? Terlalu sering kita sengaja membuka kenangan menyakitkan atau menyedihkan dan menyesapnya kembali.
---Dy Lunaly, My Wedding Dress

First line:
Aku berkedip beberapa kali sebelum kembali menatap pantulan wajahku pada cermin di sudut ruangan.

Apa yang lebih mengerikan selain ditinggalkan calon suamimu tepat ketika sudah akan naik altar? Abby pernah merasakannya. Dia paham betul sakitnya.
 

Abby memutuskan untuk berputar haluan hidup setelah itu. Berhenti bekerja, menutup diri, mengabaikan dunia yang seolah menertawakannya. Ia berusaha menyembuhkan luka. Namun, setahun yang terasa berabad-abad ternyata belum cukup untuk mengobatinya. Sakit itu masih ada, bahkan menguat lebih memilukan.
 

Lalu, Abby sampai pada keputusan gila. Travelling mengenakan gaun pengantin! Meski tanpa mempelai pria, ia berusaha menikmati tiap detik perjalanannya. Berharap gaun putih itu bisa menyerap semua kesedihannya yang belum tuntas. Mengembalikan hatinya, agar siap untuk menerima cinta yang baru.

Judul: My Wedding Dress
Pengarang: Dy Lunaly
Penyunting: Starin Sani
Perancang sampul: Titin Apti Liastuti
Pemeriksa aksara: Fitriana STP & Septi Ws
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: vi + 270 hlm
Harga: Rp59.000
Rilis: Oktober 2015
ISBN: 978-602-291-106-7
Dibaca: akhir Desember 2015
Rating: 3 out of 5 star
Buku persembahan dari pengarangnya, tidak memengaruhi penulisan resensi.

Entah jodoh, entah kebetulan, oleh sebab saya tak bisa mengunjungi event Big Bad Wolf book fair di Kuala Lumpur akhir Desember 2015 kemarin, saya yang mendadak kangen melancong ke Malaysia atau Singapura, pas banget ketika menerima novel rilisan terbaru karya Dy ini. Apa pasal? Setting lokasi novel dalam cita rasa weddinglit ini ternyata di dua negara tersebut. Ahay, saya bisa sedikit bernostalgia selama membacanya.

Meet Cute:
Sebagaimana disebutkan di sinopsis novel ini, tokoh Gabriella "Abby" Karen Saraswati dirundung patah hati setelah gagal menikah. Oleh karena suatu alasan yang impulsif, Abby memutuskan untuk melakukan solo traveling ke Penang. Di salah satu negara bagian Malaysia inilah, Abby yang kebingungan mencari alat transportasi untuk kembali ke penginapannya bertemu dengan Wirasana "Wira" Peter Smit di halte bus Rapid Penang.