Thursday, March 29, 2012

[Resensi Novel Young Adult] Pretty Little Liars by Sara Shepard

Sssst... can you keep a secret?
Rating: 3,5 out of 5 star
Read from 17 to 18 March, 2012


Judul: Pretty Little Liars (Para Pendusta Cantik)
Pengarang: Sara Shepard
Penerjemah: Linda Boentaram
Pemeriksa aksara: Natasya Ayu
Pewajah sampul: ABC Family
Pewajah isi: Husni Kamal
Penerbit: Ufuk
Tebal: 378 hlm
Harga: Rp44.900 (disc. 40%)
Rilis: Desember 2011 (cet. 1)
ISBN: 978-602-9159-92-9

Alison DiLaurentis, Aria Montgomery, Hanna Marin, Spencer Hastings, dan Emily Fields, adalah satu genk cewek-cewek cantik yang cukup disegani di SMP Rosewood Day, hingga suatu peristiwa membuat Alison menghilang dan anggota genk yang tersisa tercerai berai. Pada tahun ketiga setelah hilangnya Alison secara misterius, keempat gadis telah memasuki masa-masa SMA dengan segala pernik masalah kehidupan masing-masing.

Aria baru saja kembali dari Islandia untuk kemudian bertemu seorang cowok yang begitu disukainya sebelum ia tahu bahwa seharusnya ia tak boleh berhubungan dengan cowok itu. Hanna yang dulu gemuk dan minderan kini bertransformasi menjadi gadis cantik dan populer di SMA. Spencer adalah si kutu buku yang berusaha lepas dari bayang-bayang kakaknya untuk bisa tampil sebagai bintang di keluarganya. Dan Emily, sang anggota tim renang sekolah, berusaha mati-matian menemukan jati dirinya yang berbeda dari cewek kebanyakan. Lalu, datanglah semua SMS dan e-mail dari seseorang berinisial A pada masing-masing mereka, yang membuat mereka ketakutan, yang akhirnya merekatkan kembali hubungan pertemanan mereka demi melacak siapa sebenarnya si A yang tahu rahasia-rahasia yang mereka simpan.

Apakah mereka berhasil melacak dan menemukan si A misterius yang meneror hidup mereka itu? Simak pernik kehidupan Aria, Hanna, Spencer, dan Emily yang dipenuhi rahasia dalam novel pertama dari serial bestseller Pretty Little Liars karya Sara Shepard ini.


Saya terlebih dahulu terhanyut pada kisah ini justru dari menonton serial TV-nya yang ditayangkan oleh ABC. Alloy Entertainment yang memproduksi serial tersebut menyebutkan bahwa ide awalnya adalah ingin membuat serial “Desperate Housewives for teen.” Dan, bagi kalian yang pernah (suka) menonton Desperate Housewives sepertinya juga bakal mudah jatuh suka pada serial ini mengingat di awal ceritanya bisa dibilang “sangat” mirip. Lima orang perempuan, satu di antaranya bunuh diri (Desperate Housewives) atau menghilang (Pretty Little Liars), lalu satu demi satu rahasia terbongkar. Saya langsung suka!

As usual, kalau sudah terlebih dahulu menikmati versi filmnya, saya menjadi begitu mudah tergiring ketika membaca novelnya dan mulai mencari-cari mana bagian-bagian dalam novel yang berbeda dengan versi filmnya. Dan, untuk Pretty Little Liars ini cukup banyak perbedaan yang saya temukan pada kedua versinya. Beberapa perbedaan tersebut memang mengurangi kenikmatan membaca, misalnya jika di serial TV-nya Emily adalah anak tunggal, di novel ia memiliki dua orang kakak, namun no biggie lah. Saya tetap berusaha menikmati menuntaskan-baca novel ini.

Jujur, saya kesulitan membaca bagian awal dari versi terjemahan ini padahal ketika mengintip versi aslinya, sebenarnya cukup mudah dibaca, entah mengapa ketika diterjemahkan saya justru mengalami kesulitan mencerna kalimat per kalimatnya. Untunglah, setelah bagian awal itu, bab-bab selanjutnya mulai mudah saya baca, meskipun terkadang masih ada beberapa hal yang membuat saya mengernyit tak paham. Mungkin juga, saya terbantu dari pengalaman saya menonton versi serial TV-nya karena kalau pun saya sulit mencerna kalimat-kalimatnya, saya sudah paham ke mana tujuan adegan itu.

Dari segi karakter, saya suka rekaan Sara Shepard ini karena tiap karakternya dilengkapi dengan subplot yang kaya, dan karena novel ini sudah dideklarasikan untuk menjadi serial sehingga subplot yang banyak itu tidak membuat cerita utama menjadi terlupakan. Misalnya tokoh Aria yang harus mati-matian menjaga rahasia gelap sang ayah demi keutuhan keluarganya, juga tak lepas dari permasalahan lain seperti depresi, cinta terlarang dengan cowok di sekolahnya, dan sebagainya.

Rasa penasaran yang terbangun memang memiliki sensasi yang berbeda ketika membaca dan menonton filmnya. Pada versi novelnya, intensitas unsur misterinya dijaga hingga akhir halaman dengan baru mempertemukan keempat sahabat yang frustrasi menerima sms/e-mail dari seseorang yang berinisial A itu di bagian belakang, sedangkan di versi serial TV-nya keempat sahabat ini diceritakan sudah kembali saling bertegur sapa sejak dari episode awal (season 1: 22 episode). Jadi, ketika membaca novel ini saya tak henti-hentinya berdecak dan membatin (kepada para tokohnya), “Ayo Aria, curhat aja sama Emily, Hanna, atau Spencer, dia juga dapet kok sms-nya itu.” Saya sinting! Hahaha.

Terlepas dari gaya penerjemahan yang tidak begitu nyaman, saya tetap menyukai novel ini. Tentu saja, terima kasih kepada pembuat serial TV-nya yang menarik minat saya untuk membaca novel ini.

Selamat membaca, kawan!


promo Pretty Little Liars Season 1 (2010)


promo Pretty Little Liars Season 3 (2012)

Monday, March 12, 2012

[Book Event] Islamic Book Fair 2012

Apa deh saya ini. Sudah tahu sedang krisis finansial akibat gak kira-kira ngabisin duit di Kompas Gramedia Fair 2012 minggu lalu, lha kok masih nekat maen-maen ke pameran buku lagi. Meskipun sudah mengucap janji di bibir, I won't buy anything, nggak mungkin banget ke pameran buku tanpa mencomot satu buku pun. Dan, emank kebukti, ketika saya benar-benar nekat datang ke Islamic Book Fair 2012 malam ini, setidaknya tiga buku berpotongan harga 40% di stan Ufuk Publishing House membuktikan bahwa janji manis di bibir saya akan dengan mudah terkikis keinginan untuk mencomotnya. *sigh*


Tapiiii.... saya sudah mengincar novel Pretty Little Liar ini sejak lama, sejak kali pertama saya menonton serial TV-nya, dan sejak kali pertama saya melihat terjemahan Ufuk nongol di toko buku Trimedia Ambasador akhir tahun lalu, kalau tidak salah. Jadi... ya sudahlah.


Eh, termasuk komik Hadis 33 Pesan Nabi: Vol.2 (Rp18.000) karya vbi_djenggotten yang ternyata saya suka, hehehe. Ini sekuel dari komik sebelumnya. Meskipun saya tak sampai terpingkal-pingkal, namun komik karya komikus yang sebelumnya menelurkan komik populer Married with Brondong ini cukup menyentil juga sisi agamis saya. Dan, satu lagi, novel terjemahan baru dari Ufuk berjudul The Mysterious Howling (Rp30.000) yang dari sinopsisnya sepertinya seru, #semoga.

Nah, buat yang kepengin mampir ke Islamic Book Fair 2012, silakan, masih sampai dengan tanggal 18 Maret 2012 nanti kok.

Wahhhhh, Qanita nerbitin Mansfield Park, awwwwwww, semoga saja keenam buku populer Jane Austen diterbitin semua yaaaa... tapi saya belinya nanti saja...:)

Numbers karya Rachel Ward itu sepertinya seru juga deh, dari sinopsisnya pengen saya comot juga, untung bisa nahan diri, #bersyukur.

Nah, buat yang nyari terjemahan novel-novel Jepang karya Eiji Yoshikawa, silakan mampir saja ke stan Penerbit Serambi ini, itu yang terbaru pun sudah tersedia di situ, tapi saya tak bertanya kena diskon berapa di situ, biasanya sih 20%.

Kalau yang ini, buat yang maish nyari bukunya mbak Matatita yang Tales from the Road dan Death to Come-nya Tyas Palar, ada tuh stoknya di stan buku obral Mizan, cuman Rp10.000 saja...;(

Friday, March 9, 2012

[Resensi Novel Chicklit] Goodnight Tweetheart by Teresa Medeiros

Hai, tweetheart, apa kabarmu hari ini?
Rating: 4 out of 5 star


Judul: Goodnight Tweetheart
Penulis: Teresa Medeiros
Penerjemah: Siska Yuanita
Pewajah sampul: eMTe
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 248 hlm
Harga: Rp
Rilis: Desember 2011
ISBN: 978-979-22-7837-8

Yono: Kau pakai baju apa?
Yuli: Sweater bernoda kopi dan syal Hermes Miranda Priestly di THE DEVIL WEARS PRADA. Kau?
Yono: Jaket kulit hitam mengilat dan topi kain Lyckety-Splyt di 8 MILE.
Yuli: Ahh, manis sekali. Seharusnya tambahkan gelang berduri di pergelanganmu dan tindikan peniti di telingamu.
Yono: Itu rocker, aku ini rapper. Jadi, apa kabar tulisanmu hari ini?
Yuli: Masih belum beranjak dari adegan bercinta di kolam renang yang kuceritakan terakhir kali kita nge-tweet
Yono: Oh, adegan panas itu. Apa kau perlu kipas?
Yuli: Tak perlu, adegan itu di kolam renang, pasti akan dingin sendiri.
Yono: Goodnight, Cinta
Yuli: Goodnight, Rangga
Yono: Goodnight, Mili
Yuli: Goodnight, Mamet
Yono: Goodnight, tweetheart...


Mencoba hal baru, that’s not my style. Ketika facebook baru saja muncul, saya itu belum lama punya akun friendster. Berhubung teman-teman saya banyak yang pindah ke facebook, maka saya pun ‘terpaksa’ ikut arus dan bergabung di situs jejaring sosial buatan Mark Zuckerberg tersebut. Saat itu, saya masih naif juga, mencoba mencari akun facebook artis Hollywood untuk bisa saya ajak friend, ternyata sulit sekali mencarinya. Lalu, saya meminta bantuan google, dan justru diteruskan ke alamat si artis di My Space dan Twitter. Setelah dilihat-lihat, cukup banyak artis yang join di Twitter dan setahu saya saat itu Twitter masih kalah pamor dibanding facebook di Indonesia. Saya membuat akun twitter hanya untuk mem-follow akun artis Hollywood favorit (pertama kali follow Britney Spears...;) tapi, belakangan saya ikut menikmati Twitter (bergantian dengan goodreads.com, tentu saja).

Membaca goodnight tweetheart sungguh menyenangkan. Kocak. Berkat kepiawaian Teresa menghadirkan dialog-dialog cerdas nan lucu (tak jarang menjurus vulgar) mau tak mau membuat saya tertawa. Hal lain yang memukau saya adalah bagaimana dalam novel yang tidak terlalu tebal ini, penulis mampu menciptakan karakter dengan sub-plot yang banyak tapi tetap hidup. Twist pada cerita dan ending yang manis menjadikan novel ini sungguh sayang jika dilewatkan.


Dan, tweet-versation mereka berdua benar-benar menggemaskan. Selalu diawali dengan pertanyaan, “Kau pakai baju apa?” dan kerap diakhiri dengan saling mengucapkan salam perpisahan dengan memanggil tokoh/karakter dalam film-film yang mereka tonton di mana Mark selalu menulis “Goodnight tweetheart” yang tak pernah dibalas oleh Abby karena speechless. Abby Donovan merupakan seorang penulis debutan yang karya perdananya terpilih dalam Oprah’s Book Club dan sedang menggarap novel kedua namun terkendala writer’s block sehingga ia berada pada titik kritis kehidupannya. Sementara Mark Baynard adalah seorang dosen sastra berstatus duda-anak-satu yang mengaku sedang cuti panjang dan berlibur ke beberapa negara di Eropa.

Tapi, semua akan menjadi datar dan biasa-biasa saja, jika hanya berisi tweet-versation biasa yang kadang diwarnai flirting-flirting seksi itu saja. Untunglah, Teresa tahu bahwa cerita ini harus dikemas dengan sub-plot yang mendukung. Di sekeliling Abby ada ibunya yang sedang dirawat di pusat rehabilitasi akibat penyakit disorder yang dideritanya, lalu ada Margo sang sahabat setia, serta konfliknya sendiri menyangkut stagnansi penulisan dan hubungannya dengan agen-publisisnya. Dikarenakan PoV yang digunakan penulis lebih menyorot Abby, maka Mark yang menjadi teman twitter Abby di seberang hanya dapat teraba karakternya melalui percakapan mereka. Menjelang ending, baru terlihat beberapa adegan yang melibatkan Mark dan keluarganya.


What can I say, novel ini produk impor, jadi ketika beberapa kata vulgar terselip di sana-sini, yah, mau bagaimana lagi. Saya tetap terganggu, namun menurut saya, siapa pun pembacanya pasti akan mudah terikat kepada ceritanya ketika membaca novel ini, karena akan sibuk mencoba menebak-nebak...uhmm, “Karakter di film apa sih yang sedang mereka bicarakan ini?” atau beberapa serial Amerika masa kini yang menjadi bahan pembicaraan mereka. Saya menikmatinya. Dan, 4 bintang saya berikan untuk novel ini. Semoga ada novel karya Teresa lain yang dapat diterjemahkan dan diterbitkan di Indonesia.


Selamat membaca kawan!

Saturday, March 3, 2012

[Tambahan Koleksi] Pameran Buku, Belanja Buku

Yah, sudahlah. terima nasib saja, hehehe. Memang sudah jadi penyakit ini sifat menimbun buku yang membuat saya menjadi #PenimbunBuku sejati. Koleksi nambah terus, tapi dibaca belum tentu. Hadehhh, saya harus segera mencari cara untuk membentengi diri agar tidak terus-terusan belanja buku. Saya jadi ngeri ngebayangin gimana kalau seandainya saya dimutasi ke tempat tugas baru. #ketibankulkas

Tapi ya, sudahlah (lagi). Anggap saja ini adalah investasi buat saya berkegiatan di masa pensiun di kala tua nanti. Saya bisa membuka Taman Bacaan atau Perpustakaan gratis buat para tetangga nantinya. Aminnn.

Oke lah, ini beberapa tambahan koleksi yang saya dapat dari kunjungan ke Kompas Gramedia Fair 2012 malam ini:

Romance


Fantasy


Kids


Mari membaca, kawan

Thursday, March 1, 2012

[Ada Diskon] Kompas Gramedia Fair 2012

Diskooooooooooooooooooooooooooonaaaannn.... Kompas-Gramedia nih bisa aja ya kalo bikin event itu pas waktunya. Buat karyawan swasta yang tanggal gajiannya jatuh tanggal 25, berarti saldo sudah menggembung donk, ya? Yang jadi pegawai negeri atau TNI/POLRI atau karyawan swasta lain yang tanggal gajian jatuh pada tanggal 1 juga begitu, rekening sudah menggemuk. Maka, daya tarik pameran buku ini terimbangi dengan kemampuan berbelanja yang tecermin dari ketersediaan anggaran/dana bagi masing-masing orang. :)


Nah, bagi kalian yang suka novel metropop, saya sih menganjurkan silakan mengunjungi event Kompas Gramedia Fair 2012 ini karena diskon normalnya saja 25% + 10% (jika menggunakan CC BCA atau Flazz) sudah pasti bikin ngiler. Buku obralan juga banyak yang oke punya, khususnya buku impor obralan, cihuyy banget deh. Bayangin saja, novel hardcover yang di toko-toko buku berharga 250-an ribu, di situ hanya 25 ribu, siapa yang bisa nolak?

Ini beberapa contoh buku obralan yang saya comot kemarin:




...dan beberapa lagi yang lainnya. Seru deh, pokoknya!