Tuesday, February 21, 2012

[Novel Young Adult] 13 Reasons Why by Jay Asher

Tanya Kenapa?
Read from 16 to 18 February 2012
Rating: 3 out of 5 star


Judul: 13 Reasons Why
Pengarang: Jay Asher
Penerjemah: Mery Riansyah
Penyunting: Endah Sulwesi & Lulu Fitri Rahman
Korektor: Tisa Anggriani
Pewajah sampul: Bambang Suroto
Penerbit: Matahati
Tebal: 288 hlm
Harga: Rp
Rilis: Oktober 2011 (cet ke-1)
ISBN: 6029625578

Summary
Clay Jensen menyukai Hannah Baker. Tidak, rasanya lebih dari sekadar suka. Namun, semuanya tak lagi jadi soal. Hannah Baker sudah tiada. Gadis itu telah meninggalkannya untuk selama-lamanya. Dengan cara yang tragis pula. Bunuh diri. Meskipun demikian, Hannah meninggalkan untuknya 7 keping kaset berisi 13 rekaman yang menguak alasan Hannah Baker memilih mengakhiri hidupnya.

Tentu saja, pikiran Clay dipenuhi bermacam pertanyaan yang tak ia ketahui jawabannya mengingat rasa-rasanya ia tak pernah berbuat hal yang salah dan menyakiti Hannah. Lalu, mengapa ia juga mendapat kaset-kaset itu? Mari ikut mendengarkan rekaman detik demi detik Hannah mengungkap alasan-alasannya mengakhiri hidup bersama Clay Jensen dan mengetahui mengapa Clay juga ada di rekaman tersebut melalui novel debutan Jay Asher berjudul 13 Reasons Why ini.

Sebelum diterjemahkan oleh Matahati, saya sudah berhasrat membaca novel ini (e-book) ketika salah satu group pembaca novel Young Adult di goodreads.com menjadikan buku ini sebagai buku baca bareng, namun saya masih urung turut serta. Maka, ketika Matahati mengabarkan akan merilis terjemahan novel ini, saya pun sekali lagi berniat membacanya. Dan, akhirnya saya membacanya.

Judulnya provokatif. Tiga belas alasan mengapa. Mengapa ada tiga belas alasan? Alasan apa? Hmm, dari situ pun saya sudah berusaha menebak bahwa telah terjadi satu peristiwa penting dengan 13 alasan yang menjadi latar belakang terjadinya peristiwa tersebut. Pun, saya sudah membaui ada nuansa suspense pada novel ini. Meskipun, tentu saja, terdapat begitu banyak skenario yang mungkin saja menyebabkan perlunya 13 alasan untuk terjadinya sebuah peristiwa. Hah! Saya ngomong apa? Entahlah. Abaikan saja.

Yang jelas, memang ada 13 alasan yang diungkap Hannah Baker dalam 7 keping kaset di mana masing-masing alasan terkoneksi dengan orang-orang yang secara bergiliran akan menerima kaset itu dan mau tak mau mendengarkannya. Terkadang, saya mengernyit dan bertanya, “masak sih, cuman karena begitu saja, Hannah bisa menganggap orang itu ikut andil dalam keputusannya untuk bunuh diri?” Maka, itulah perasaan saya sepanjang membaca novel ini. Saya tak mendapati hal-hal signifikan dari cerita Hannah. Ternyata, Jay Asher pun sudah menduga bakal ada pembaca yang “kebingungan” memahami pesannya (yaitu saya) sehingga di akhir novelnya, ia membuat semacam question and answer yang menjelaskan beberapa hal terkait 13 Reasons Why ini.

Dan, moral of the story kisah ini begitu apik. Bahwa setiap kejadian pasti ada sebab-musababnya. Nggak mungkin ujug-ujug seseorang melakukan sesuatu, seimpulsif apa pun orang itu, apalagi untuk sesuatu yang ekstrem, misalnya saja bunuh diri. Ahh, membahas topik bunuh diri saya jadi ingat tagline saya beberapa tahun lalu, “Mengapa bunuh diri diharamkan jika hidup itu sendiri adalah sebuah pilihan?” Saya memahami bagaimana perasaan Hannah Baker atas hidupnya.
Saya butuh segalanya berhenti. Orang-orang. Kehidupan. (hlm. 260)
Sebagai manusia biasa, beberapa kali saya pun mengalami patah arang. Jika sudah begitu saya hanya mengharapkan gelap. Anggapan saya, dunia akan lebih baik tanpa keberadaan saya. Saya ini hanya beban. Untunglah, masih ada keluarga besar yang menyita sebagian besar prioritas saya. Sehingga keinginan semacam itu bisa tersingkirkan.

Menjadi Clay Jensen pun bukan peran yang mudah. Dari awal kita sudah disuguhi pergolakan batin yang luar biasa. Bagaimana tidak, seseorang yang mencintai Hannah dengan sepenuh hati dan tak merasa pernah menyakiti Hannah, Clay malah masuk dalam daftar yang dibuat Hannah. Maka, sepanjang membaca novel ini, pembaca akan diajak merasakan sensasi atas setiap hal yang terkuak dari rekaman. Dan, dari petunjuk yang disertakan dalam setiap rekaman, Clay menyusuri tempat-tempat yang menjadi lokasi kejadian yang dimaksudkan Hannah.

Pada tahap tertentu saya akan meragukan konsistensi rekaman-rekaman yang dibuat oleh Hannah. Bagaimana bisa, ia yang sudah kalut ingin mengakhiri hidupnya masih sempat membuat sejumlah 13 rekaman itu yang adalah gabungan dari narasi berdasar memori Hannah dan rekaman langsung dari peristiwa yang dialaminya.
Saat ini kalian pasti bertanya-tanya, siapa sih mereka? Hannah, kau lupa menyebutkan nama mereka. Tapi aku tidak lupa. Jika ada satu hal yang masih kumiliki, itu adalah ingatanku. (hlm. 214)
Jadi, jika saya tak memberikan bintang maksimal untuk novel ini, bukan berarti novel ini tak bagus, namun itu lebih karena saya sendiri yang gagal menangkap esensinya. Bagi saya yang sudah kebanyakan membaca cerita-cerita cheesy, novel ini semacam kudapan berat yang ketika dilahap pun masih memaksa saya untuk memeras otak. Apa sih maksudnya?

Dari segi cetakan, sudahlah, gabungan mbak Endah-mbak Lulu-Mery-Tisa sudah pasti menghadirkan hasil cetakan optimal. Sepanjang saya membaca, hanya satu typo yang saya temukan (hlm. 214: berciumam) dan jarang saya temukan kalimat membingungkan/ambigu/tak efektif. Salut deh.

Selamat membaca, kawan!


Oiya, ini beberapa sampul edisi negara lain:





Monday, February 20, 2012

[Segera Terbit] Buku Baru Bersampul MENAWAN Terbitan Gagas Media

Sudahlah, Gagas Media itu juaranya sampul novel lokal. Tak heran lah, jikalau pada penyelenggaraan Indonesian Reader Festival 2011, dalam acara Anugerah Pembaca Indonesia 2011, Jeffri Fernando, salah satu pewajah sampul jempolan Gagas Media dinobatkan sebagai pewajah sampul terfavorit. Sampul-sampul karyanya memang, fiuuhhh, aduhaiii.....bagussss bangetttss. Nah, sepertinya sih beberapa di antara novel-novel baru yang akan segera diterbitkan oleh Gagas Media ini adalah karya Jeffri. Tunggu tanggal terbitnya, untuk mendapatkan kepastian...:)

1. Good Fight by Christian Simamora


Sinopsis dicopy paste dari fanpage Gagas Media di facebook:

Dia tak benar-benar mencintaimu, kau dan aku sama-sama tahu itu.

Dibawakannya kau bunga, tetapi bukan kesukaanmu. Digenggamnya jemarimu, tetapi tidak cukup mesra. Dia mencium bibir indahmu, lalu cepat-cepat menyudahinya.

Puaskah kau dengan cinta seperti itu?

Sampai kapan kau terus duduk di situ, menunggu dia berbalik menginginimu?

Berhentilah mengabaikanku.

Tak bisakah kau memberiku kesempatan juga? Lirik aku sebentar saja. Dengarkan aku sebentar saja. Biar aku buat kau percaya, hanya aku yang bisa membuatmu bahagia.

Hanya aku—bukan dia.


2. Flavor of Love by aL Dhimas

Sinopsis:

Aku mencandu segala hal yang manis—terutama dirimu. Seperti madu di ujung lidahku, kecupanmu terasa manis, menghangatkan sekujur tubuhku dengan rona malu. Seperti tiga sendok gula untuk tehku, entah sejak kapan hariku tak lagi lengkap tanpa kehadiranmu.

Jadi maaf jika aku seperti tak tahu malu mengakui ini di hadapanmu. Tapi sungguh, aku teramat membutuhkanmu. Butuh sekian lama waktu untuk menyadari ini, tapi sekarang aku benar-benar percaya. Hanya kau yang kumau. Hanya kau yang mampu membuatku merindu.

Katakan, apa jawabmu? Harus seberapa lama lagi bibirku mengering karena menahan diri membisikkan cinta untukmu?


3. Now and Then: Mengetuk Pintu Cinta by Ann Arnellis


Sinopsis:

Hari ini, ketika melihatmu lagi, kesadaranku terbawa oleh riak hati. Dadaku sesak dipalu malu dan rindu. Cinta menyuruh untuk menghampirimu, tapi ragu membuatku terpaku. Aku bertahan hanya mengagumimu dari jauh.

Seandainya kau tahu betapa ini juga berat untukku. Menjauhimu adalah hal terburuk yang harus kulakukan.

Maaf, Sayang, jika hingga sekarang belum ada jalan keluar bagi kita. Aku harus bagaimana? Senjata apa yang harus kubawa untuk memperjuangkan hubungan yang tak direstui orangtua? Bisakah hanya dengan cinta saja?

[Buku Baru] DaisyFlo by Yennie Hardiwidjaja

Baiklah, sepertinya tahun ini, serangkaian novel-novel metropop bakalan terbit, minimal satu novel satu bulan. Dugaan saya. Karena dari Januari - Maret ini, selalu ada novel baru terbitan lini metropop. Seperti yang ini. Novel terbaru karya Yennie Hardiwidjaja, novelis Miss Jutek, To love, dan Luv You Berry Much. Saya sendiri tidak tuntas membaca Miss Jutek dan merasa tidak begitu klik pada novel itu hingga saya tak lagi tertarik membaca karya-karya Yennie selanjutnya. Tapi, novel metropop yang ini patut dicoba, apakah saya akhirnya bisa menyukai tulisan Yennie atau tidak...:)


Harga: Rp40.000

Berikut adalah sinopsis novel ini, dicopy paste dari situs Gramedia:

Di mata Junot, Tara adalah a miracle. Namun di mata Tora, Tara tidak lebih dari seseorang yang dapat digunakan dan ditinggalkan kapan pun dia mau. Tora telah menghancurkan sekaligus menguasai hidup Tara. Lalu kehidupan Tara yang abnormal pun dimulai. Dia mengorbankan Junot, manusia yang paling dicintainya di muka bumi ini. Ada yang bilang dia sakit jiwa, tapi hanya Tara yang tahu dia hampir menjadi pembunuh.

Sekarang tidak hanya Tara yang terlibat, tapi ada Alexander yang rela mengorbankan hidupnya yang cemerlang untuk menghitam di penjara karena Tara. Ada Junot, laki-laki yang rela menderita untuk mematri serbuk bintang di matanya. Ada Tora, manusia yang menjadi target bahwa Tara hanya akan bernapas untuk melihatnya mati. Juga Muli, sahabatnya sewaktu kuliah yang menyimpan rahasia terbesar dalam hidup Junot.

Apa yang sebenarnya terjadi pada Tara? Mengapa kisah cintanya bagaikan benang kusut? Mengapa dia begitu berambisi untuk membunuh Tora?

Keterangan novel:
Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 256 halaman
Terbit : Maret 2012
Cover : Softcover
ISBN : 978-979-22-8024-1

Sunday, February 12, 2012

[Resensi Novel Metropop] My Partner by Retni SB

Terima kasih, Mbak Retni
Read from 11 to 12 February 2012
Rating: 5 out of 5 star


Judul: My Partner
Pengarang: Retni SB
Pewajah sampul: maryna_design@yahoo.com
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 288 hlm
Harga: Rp43.000
Rilis: Februari 2012 (cet. ke-1)
ISBN: 978-979-22-8017-3

Summary
Dunia Tita langsung menggelap ketika vonis bersalah atas dugaan korupsi pada Ayahnya ditetapkan pengadilan dan enam tahun beliau harus mendekam di penjara, ditambah dengan kewajiban mengganti kerugian pada negara yang nilainya bikin jantungan. Dari masalah itu, berdatangan pula masalah-masalah lain yang harus dihadapinya. Sampai berujung dengan penyitaan seluruh aset orangtuanya demi mengganti rugi sesuai vonis pengadilan.

Adalah Butet dan Sani, dua sahabat yang memberikan dukungan tak tanggung-tanggung pada Tita. Papa dan Oom Anton juga selalu menyemangatinya untuk bertahan menghadapi guncangan demi guncangan hidup. Dan, ada Jodik juga yang memberikan warna dalam keseharian Tita. Hanya satu pertanyaannya, sanggupkah Tita menghadapi Jodik yang selalu sinis dan suka menyindirnya itu?
Simak perjuangan Tita menjalani hidupnya di belantara Jakarta yang tak ramah dalam novel terbaru karya Retni SB bertajuk My Partner ini.

Berbahagia sekali ketika mendengar kabar mbak Retni SB telah merampungkan novel terbarunya lewat twitter. Saya termasuk salah satu penggemar tulisannya yang berusaha tidak melewatkan membaca satu pun karya-karyanya. Maka, ketika Delisa secara ‘sadis’ men-tweet bahwa dia sudah membelinya, saya langsung menetapkan hati untuk segera mendapatkannya, dan ketika sudah membelinya saya langsung membacanya. Dan, astaga, saya jatuh cinta sama novel ini. Terima kasih, mbak Retni.

Novel metropop telah berkembang (dan bertahan) dengan segala pesonanya. Jikalau dulu, mostly metropop selalu disesaki pernik-pernik kehidupan di kota metropolitan dengan embel-embel segala jenis brand barang mewah from head to toe, sekarang banyak juga novel metropop yang tampil dengan sederhana, down to earth, dan bertema keseharian. Menurut saya, Retni SB menjadi salah satu dari sekian banyak novelis metropop yang berhasil menghadirkan kisah cinta metropolis yang sangat dekat dengan keseharian. Tak terkecuali My Partner ini.

Saya sudah jatuh cinta sejak satu demi satu tokoh dihadirkan dalam dunia Tita ini. Sang Ayah dan Oom Anton yang rapuh namun tegar, Butet dan Sani yang meskipun hidup susah tapi selalu menghadirkan keceriaan, sampai dengan Pak RT yang bergenit-genit ria pada Tita. Sedangkan porsi utama romansa dihadirkan lewat dua tokoh cowok berkarakter berkebalikan, Dito dan Jodik. Saya dibuat demikian terikat pada dua karakter ini. Saya bisa memahami jika mungkin beberapa pembaca merasa sebal pada Jodik, tapi percayalah tokoh ini diciptakan seperti itu memang ada sebabnya. Jadi, jika ingin tahu alasannya baca sampai akhir yaa...:)

Mbak Retni mengambil tema korupsi yang memang sudah menjadi rahasia umum di negeri ini. Mungkin Anda pernah melihat film garapan rumah produksi Demi Gisela Citra Sinema berjudul Ketika di mana ada tokoh Mutiara (Senandung Nacita) yang berperan sebagai si anak yang ayahnya (Dedy Mizwar) dituduh korupsi. Saya menganalogikan Tita serupa dengan tokoh Mutiara ini. Ketika dan My Partner hadir dengan keunikan masing-masing, dan saya menyukai keduanya.


Seorang teman menanyakan tentang novel ini, apakah bergelimang kesedihan? Akhirnya saya harus menjawabnya, iya. Tapi, di sinilah kepiawaian mbak Retni menghidupkan tokoh Tita. Dia bukanlah tipikal gadis sinetron yang kerjaaanya dikit-dikit mewek. Tapi, Tita adalah sesosok gadis tegar yang riang meski acapkali mengeluh atas ketidakadilan yang dihadapinya. Menyimak perjalanan hidupnya, saya ikut bersemangat dan yakin pasti ada jalan keluar atas setiap masalah yang hadir.

Dari segi plot, sangat terjaga dengan baik. Background arsitek bagi kedua tokoh utama memberikan nuansa tersendiri. Jalinan keduanya terlihat manis dalam balutan perbincangan tentang desain bangunan. Untuk latar profesi arsitek, bagi saya cukup. Saya yakin banyak istilah-istilah arsitektur tapi mbak Retni memilih menghadirkannya dalam deskripsi sederhana yang mudah dipahami.

Selain itu, saya sangat menyukai mbak Retni yang berhasil membuat dialog-dialog cerdas nan kocak. Tak perlu adegan slapstick untuk menghadirkan humor yang bagus, tetapi cukup melalui interaksi para tokohnya dalam dialog-dialognya, saya sudah dibuat cekakakan sendiri. Serius, saya sampai takut suara tawa saya terdengar teman kos sebelah lalu saya diduga gila. Saya cengengesan sendiri pukul 2 pagi, can u imagine that? Hahaha. Namun demikian, situasi sulit yang dihadapi Tita turut pula membuat saya berkaca-kaca. Banyak adegan-adegan yang memelintir perasaan saya.

Terkait dengan gaya menulis, mungkin saya hanya sedikit kurang nyaman dengan “gaya-menggiring” yang terkadang digunakan mbak Retni dengan seringnya mengawali paragraf atau kalimat dengan kata-kaya “Ya/Yeah/Hmm” Sebagai contoh:
(hlm. 31) Ya, Tita dan Sani sedang ...
(hlm. 40) Ya, sekarang Tita ...
(hlm. 90) Ya, malam ini mereka sedang...
Entahlah, saya juga kerap menggunakan teknik ini dalam menulis kalau sudah bingung bagaimana menghubungkan antarkalimat atau antarparagraf.

Saya mendapati mbak Retni mencoba menyuarakan nada protesnya atas penegakan hukum di Indonesia. Entah disengaja atau tidak, beberapa bagian menggambarkan bagaimana proses perjuangan mendapatkan keadilan di negeri ini tidak mudah. Mulai dari kejanggalan proses persidangan, atasan yang tak ikut dihukum, hingga upeti kecil-kecilan bagi petugas lapas. Jujurlah, itu semua bukan lagi rahasia di Indonesia. Tiap hari, berita televisi atau media cetak/digital telah mengabarkannya.

Mungkin yang saya tanyakan, sampai dengan akhir kisah ini adalah bagaimana kelanjutan upaya ganti rugi bagi negara yang belum seluruhnya terbayarkan meski telah dilakukan penyitaan. Sampai dengan cerita selesai, tak lagi ada penjelasan tentang kisah hukum ini sedangkan saya ingin mengetahui informasinya. Apakah Ayah musti menambah masa penjaranya sebagai pengganti kekurangan pelunasannya atau bagaimana. Terus, soal pasca jotosan yang melibatkan Dito-Jodik, kok nggak ada kelanjutannya, ya? Maksud saya, di zaman seperti ini, semua orang gampang sekali melaporkan orang lain ke kepolisian dengan alasan “tindakan-tidak-menyenangkan” kan, masak Dito nggak ngelaporin Jodik yang sudah menjotosnya? Korban infotainment sih, hahaha, kebetulan belakangan kan sedang ada berita soal cucunya Adam Malik yang melaporkan cucunya Soeharto karena tindakan tidak menyenangkan itu hanya karena kelempar gelas di sebuah kafe. Hmmm. Tapi, bagi saya, kedua hal itu sama sekali tidak memengaruhi jalan cerita sih. It just me and my curiousity.

Oiya, selamat juga buat tim editing dan proofreadingnya. Sepanjang proses membaca, tak banyak typo yang saya temukan, paling hanya ini:
(hlm. 59) ...ganti rugi sebesar itu itu. (duplikasi kata itu)
(hlm. 278) tenggorokkan = tenggorokan
My favorite part pada novel ini:
“Aku nggak pengin pacaran. Aku pengin menikah. Supaya lebih leluasa ngapa-ngapain.” (hlm. 255)
Dan endingnya, ya ampunnn, so sweet. Meskipun ketika Jodik mulai menjelaskan soal rumah itu, saya sudah bisa menebak kejutannya. Tak ayal, saya ikut berbahagia juga.

Overall, saya suka novel ini. Oh, bukan, I LOVE it. Definitely saya tak salah menjadi penggemar yang akan selalu menantikan karya-karya mbak Retni SB.

Selamat membaca kawan!

Sunday, February 5, 2012

[Resensi Novel Metropop] Twivortiare by Ika Natassa

Saya harus baca ulang Divortiare, definitely!
Read from February 1 to 4, 2012
Rating: 3,5 out of 5 star


Judul: Twivortiare (sekuel Divortiare)
Penulis: Ika Natassa
Desain sampul: Ika Natassa
Editor: Elysha Saputra
Proofreader: Syarafina Alfiansyah
Penerbit: independent by Ika Natassa (nulisbuku.com)
Tebal: 283 hlm
Harga: Rp60.000
Rilis: Januari 2012 (pre-order cetakan pertama)
ISBN: -

Summary
Alexandra Rhea, turn to be 31-year-old, still a banker, menuangkan segala unek-uneknya melalui akun twitternya, @alexandrarheaw. Tak sekadar permasalahan pekerjaannya saja, bahkan saat-saat berat setelah adu argumentasi dengan her twice-husband, Beno Wicaksono, ia tumpahkan melalui kicauannya yang sering ditimpali oleh sahabat karibnya, Wina Soedarjo, @winasoedarjo. Dan, melalui tweet-tweetnya, Alexandra menguraikan kehidupan pernikahannya yang untuk kedua kalinya dengan Beno. Berbekal pengalaman pahit divortiare pada pernikahan pertama mereka, Alexandra dan Beno berusaha saling menguatkan untuk menjaga tali cinta suci mereka, meskipun keduanya menyadari hal tersebut tidaklah mudah karena terbentang jurang perbedaan yang tak gampang diseberangi.

Simak liku-liku perjalanan sepasang mantan suami istri yang mendapat kesempatan kedua untuk kembali merajut mimpi melalui ikatan pernikahan ini dalam novel terbaru karya Ika Natassa bertajuk Twivortiare yang merupakan sekuel dari novel laris Divortiare dan novel kelimanya setelah A Very Yuppy Wedding, Divortiare, Antologi Rasa, dan Underground (online).


Tak perlu lagi saya menyebutkan alasan mengapa saya harus membeli dan membaca novel ini. Bagi saya nama Ika Natassa adalah jaminannya, jadi buat apa mikir dua kali buat beli? Maka, ketika secara tak sengaja di timeline saya membaca tweets teman pembaca yang suka karya Ika Natassa berkicau soal pre-order novel Twivortiare, saya langsung meminta bantuan oom Google untuk mencari informasi tentang hal tersebut, dannnn...akhirnya saya ikut ngantre pre-order novel ini. Maklum, dengan tawaran bonus tanda tangan saya pasti mau, mengingat tiga novel Ika lain yang saya miliki juga sudah bertanda tangan dirinya. Horeeeeee....

B.A.G.U.S. (semua huruf kapital) adalah kesan saya selepas membaca novel ini. Love it. Gaya menulisnya sih tak perlu lagi saya ragukan. Ika Natassa selalu menghadirkan suatu cerita yang mengalir lancar, manis dan sadis di saat yang bersamaan. Simpulan sederhana, saya dibuat ngikik dan sesek di waktu yang hampir berbarengan. Bahkan, di saat tertentu saya dibuat sebal sama kebebalan dua tokoh utama di sini. Sempat saya lempar bukunya, tapi dengan cepat saya pungut kembali, karena pada dasarnya saya penasaran setengah mati untuk mengikuti perjalanan hidup kedua tokohnya. Hadehhhh, nyandu bener nih buku.

Tak heran memang, bahwa banyak sekali yang jatuh hati pada sosok dr Beno Wicaksono, the busiest Heart Surgeon in Jakarta. He’s truly lovable. A gentle-wealthy-family-man. Siapa perempuan yang tak luluh jika sang lelaki pujaan hati bilang begini:
“I want you for dinner.” (hlm. 170), ketika sang perempuan bertanya apakah sudah makan malam di luar atau belum.
Atau perempuan mana yang tak mau dinikahi oleh lelaki dengan tanggung jawab sebesar yang dimiliki oleh Beno ini:
“Mulai menikah nanti, semua kebutuhan keluarga dan kamu, itu kewajiban aku. Everything.” (hlm. 146).
You, girls, sound materialistic? Hmm, ini area yang debatable, bisa jadi bahan diskusi selepas membaca novel ini. Tentu saja, Alexandra sudah memberikan pendapatnya di novel ini. Nah, tinggal pembaca untuk setuju atau berpendapat lain. The decision is yours.

But, I definitely need to re-read my Divortiare. I am kinda lost when I read this book. Jujur, ketika kali pertama terbit dan langsung baca pada sekitaran tahun 2008, I didn’t like Divortiare. I don’t know why, tapi saya sedikit kecewa pada Divortiare, karena saya menilai A Very Yuppy Wedding yang adalah novel debutan Ika lebih charming. Tapi kemudian saya agak ragu dengan feeling saya sendiri ketika banyak sekali teman pembaca saya malah jatuh hati pada novel Divortiare. So, what’s wrong with me?

Saya semakin merasa harus membaca ulang Divortiare ketika saya terlupa pada beberapa detail jalan takdir Alex-Beno di Divortiare yang punya pengaruh penting bagi keberlangsungan kisah pernikahan mereka di Twivortiare ini. Pertanyaan paling signifikan, mengingat background relijius kedua tokoh, apakah jenis perceraian yang ada di Divortiare adalah talak satu/dua/tiga? Who cares? For me, ini penting. Ya, balik lagi ke aturan hukum agama yang disematkan kepada dua tokohnya, jika sudah jatuh sampai dengan talak tiga maka keduanya hanya bisa menikah lagi apabila si perempuan sudah menikah dengan lelaki lain lalu bercerai dari lelaki itu. Nah, saya mencoba mencari clue di Twivortiare, dan cuma mendapati keterangan ini:
After a divorce and two marriages, Beno and I believe that marriage is work. (hlm. 17)
Namun, saya merasa dua pernikahan yang disebut dalam kalimat itu adalah tetap pernikahan Alex-Beno, bukan pernikahan setelah perceraian keduanya dengan orang lain. Dan, dalam curhatnya, Alex juga tidak pernah menyebut-nyebut mantan suami selain Beno. So, untuk sementara waktu, saya menganggap perceraian mereka di Divortiare memang belum sampai pada tahap talak tiga yang memungkinkan mereka untuk rujuk tanpa perlu renewed-the-marriage, apalagi mereka mulai dating lagi setelah 6 bulan dari adegan terakhir di Divortiare (Beno ngajak Alex makan nasi goreng Sabang). See? Penting banget bagi saya untuk membaca ulang Divortiare dan menemukan jawabannya.

Sebagaimana judulnya yang ada unsur Twit-nya, novel ini dirancang serupa timeline twitter dari akun @alexandrarheaw, yang hanya dipisahkan oleh tanggal update statusnya. Jadi, pada saat-saat tertentu, Alex juga meretweet (RT) dari follower-nya atau dari akun twitter tokoh populer semisal @paulocoelho dan @victoriabeckham. Mungkin yang perlu dijelaskan adalah sikap Beno yang mana awalnya dia apatis pada twitter lalu nge-tweet something about Alexandra. Hmm, selama ini Alex kan nge-tweet-nya behind Beno’s back, dan Beno juga tidak diceritakan punya akun twitter, nah itu gimana? Bukane kalu nge-tweet, tweet-tweet sebelumnya/timeline bisa saja terbaca dan mengingat sifat Beno, bukankah seharusnya terjadi ledakan kemarahan di adegan Beno nge-tweet itu (hlm. 152)? Oiya, novel ini mostly ditulis dalam bahasa Inggris (campur aduk sama bahasa Indonesia), dan terasa sekali unsur ekspresif-nya seperti kita yang bebas pasang status setiap saat.

Saya sempat iseng menghitung karakter sebuah paragraf dan ternyata terdiri dari lebih 140 karakter. Hmm, bakalan tambah unik sih kalau saja novel ini bener-bener serupa twitter di mana tiap paragraf tak lebih dari 140 karakter. Salut sudah pasti saya berikan karena jelas tak gampang merunutkan cerita dalam batasan seperti itu. Yang membuat saya agak kecewa, saya tak sempat ikut mem-follow akun Alexandra itu sehingga tak bisa menyimpulkan apakah seluruh isi buku ini adalah tweet Alex yang sudah dipublish. Btw, sekarang ini akun twitter @alexandrarheaw masih ada lho meskipun di-protect, lalu juga muncul akun twitter @siMbok yang merupakan khadimat di apartemen Alex-Beno, hahaha, ada-ada saja......:)

Membaca novel karangan Ika, yakin deh tidak hanya akan memberikan efek hiburan belaka tapi juga ada quote-quote keren yang bisa dijadikan sebagai bahan perenungan, introspeksi, atau materi diskusi bareng teman. Bagi saya, ini penting. Meskipun dari awal saya selalu meniatkan bahwa membaca buku itu untuk mendapatkan hiburan/sebagai refreshing tetapi saya juga berharap mendapatkan sesuatu. Tak jarang saya membaca buku hanya dapet nothing. Tapi membaca Twivortiare ini, saya mendapat banyak bahan untuk berkontemplasi.


Nahhhhhh, yang ini salah saya. Mengapa saya tidak menanyakan dari mana Ika mendapatkan ide untuk menggunakan judul Twivortiare. Ketika ikut A Very Yuppy Dinner with Ika Natassa saya hanya menanyakan mengapa ia memilih judul Divortiare dan batal menanyakan alasan pemilihan judul Twivortiare. Saat itu dalam benak saya, “Gak usah ditanya, bego banget sih pertanyaan, kan udah pasti itu lanjutan Divortiare yang tokohnya idup dan crita pake twitter,” dan sampai dengan pulang dari Plaza Senayan malam itu, saya tak pernah tahu alasan pasti Ika memilih judul Twivortiare. Untuk mengintip proses kreatif dari lahirnya Twivortiare, silakan kunjungi ikanatassa.tumblr.com

Mengingat Twivortiare edisi awal ini diterbitkan secara independen oleh penulis, saya sudah memprediksikan bahwa novel ini akan banyak cacat-nya di segi editing dan proofreading, meskipun saya tetap dibuat syok karena ternyata novel ini ada jajaran editor dan proofreader. Dalam bayangan saya, self-publishing itu (katanya) semua-muanya ditangani sendiri. Maka, saya harus bilang, masih cukup banyak kalimat yang tak diedit dan diproofread dengan baik. Kalau di istilah film/klip musik mungkin ini masuk kategori Unsencored atau Director’s cut, hehehe. Entahlah, saya memang pembaca kuno bin kolot sih ya. Dalam percakapan sehari-hari sih saya nggak peduli ada yang teriak soal F-word or Ass****, tapi di media buku yang suatu ketika bisa dibaca anak-anak under-age, hmm, saya berharap semoga bisa diperhalus.

OMG, puhleeeeeasseee deehhhhh, ini zaman kan internet, cyiiiin, perlu gitu dipermasalahin? Hahaha, for me, masih penting. Saya saja kesal ketika video klip single Criminal-nya Britney Spears yang begitu indah (dan BritBrit cantik banget di situ) malah kena flag di youtube dan hanya bisa ditonton oleh yang sudah dewasa hanya gegara video itu menampilkan (sedikit) adegan violence and sexy scene. Tapi, ya, sometimes, ada beberapa hal yang tak diperkenankan untuk menerjang boundaries, kan?. Nggak nyambung, ya? Hahaha, maafkan.

But, overall, saya suka novel ini. 3,5 bintang untuk novel ini. 1,5 bintang lainnya saya simpan karena cukup banyak typo (atau emank disengaja karena itu dari tweets? dunno) dan suatu ketika saya terhantam kejenuhan ketika adu argumentasi Alex-Beno berulang-ulang-ulang-ulang sampai beberapa kali. Saya sadar sih, pengulangan itu penting untuk membuat twist di endingnya itu benar-benar terasa. Namun demikian, di saat-saat tertentu saya capek sendiri mendapati sisi labil dari dua tokoh ini.

Okay, selamat membaca kawan! Dan bagi yang nggak pre-order kemarin, sabar yaaaa, novel ini akan dirilis resmi oleh Gramedia sekitaran bulan Mei 2012 (source: ikanatassa.tumblr.com)

Thursday, February 2, 2012

[Kuis Buku] Berhadiah 2 Copy Novel Metropop Sunshine Becomes You by Ilana Tan

Yahhh, setelah saya sendiri menikmati membaca novel terbaru karya Ilana Tan, Sunshine Becomes You, meskipun tidak terpuaskan secara pribadi, saya ingin berbagi kebahagiaan membaca lagi "kekhasan" menulis dari novelis terlaris (sepertinya) di lini metropop-nya Gramedia ini. Eh, kuisnya hanya di twitter tapinya yaaa...jadi, kalo mau ikutan harus pake akun twitter, hehehe.... colek aja @fiksimetropop yaaa.

Pertanyaan dan cara menjawabnya adalah sebagai berikut:


Pertanyaan:
Sebutkan setting lokasi dari novel Tetralogi 4 Musimnya Ilana Tan secara BERURUTAN dari buku 1 s.d. buku 4. Ingat ya, harus URUT.

Cara menjawab:
@fiksimetropop spasi<#IlanaTan>spasi<#LoveFebruari>

Sekali lagi, ini kuisnya hanya diadain di twitter ya, temans.....:) Good luck!

Wednesday, February 1, 2012

[Buku Baru] Nyonya Besar by Threes Emir

Jadi, ceritanya saya hanya ingin sekadar window shopping saja di Gramedia Plaza Semanggi sore tadi. Niatnya sih ngecek stok baru di obralan Gramedia yang ada di lantai 3A. Eh, ternyata keterusan muterin Gramedia-nya dan secara tak terduga menemukan metropop yang ini. Saya celingukan, berharap ada petugas Gramedia di dekat-dekat rak new arrival di area novel tempat saya berdiri, ternyata tak ada. Saya hendak meminta petugasnya membuka segel salah satu bukunya sebagai buku contoh. Saya terbiasa begitu, biar nggak seperti beli kucing dalam karung.

Dan, sayangnya, berhubung tak ada petugas yang lewat dan saya berprinsip tak akan pernah membuka segel buku oleh saya sendiri, saya memutuskan membeli metropop yang ini. Saya sudah diingatkan dengan label "based on true stories" yang saya benci dan tambahan "kumpulan kisah kaum sosialita" di bawah judulnya, tapi saya tetap nekat beli dan...entahlah, ini fiksi apa bukan. Dua cerita awal yang saya baca (setelah saya beli, tentu saja), kok seperti bukan fiksi. Duuuh, saya beli kucing dalam karung nih. :hammer

Berikut penampakannya:


Harga: Rp42.000

Sinopsis:
Nyonya Besar adalah nyonya penggemar tas merek tertentu yang harganya selangit, ia kesal sekali melihat begitu banyak wanita yang ikutan menentengnya, padahal tas mereka palsu.

Nyonya Besar adalah istri seorang direktur yang gemar musik klasik dan berdansa ballroom, sementara suaminya penikmat musik dangdut. Setengah mati sang Nyonya Besar ingin mengubah selera musik suaminya, namun tak berhasil.

Nyonya Besar adalah seorang nyonya baik hati yang tidak hanya membiayai sekolah anak-anak sopirnya, bahkan juga mengirim si sopir dan istrinya ke Mekah untuk naik haji.

Nyonya Besar adalah seorang ibu yang dengan indra keenamnya mampu melihat anak gadisnya menjadi ”simpanan” pejabat dan dengan tegas membawa kembali putrinya pulang.

Jangan-jangan salah satu Nyonya Besar dalam buku ini punya kisah yang sama dengan Anda atau orang yang Anda kenal....



Ukuran : 13.5 x 20 cm
Tebal : 272 halaman
Terbit : Februari 2012
Cover : Softcover
ISBN : 978-979-22-7928-3


Selamat membaca, kawan!

[Buku Baru] Twivortiare by Ika Natassa

Whoaaaaaaaa....it's finally arrived on my shelf. I've been waiting for it since I ordered it a couple days ago. Thank GOD. Thank @ikanatassa and @nulisbuku. Jadi, karena novelnya sudah sampe, mari kita singkirkan yang lainnya dan kita baca yang ini, haghaghaghag....:)

By the way, tambahan koleksi nggak hanya Twivortiare ini. Hari ini saya juga sempat berkunjung ke Gramedia Plaza Semanggi and heard the news that there are not Book Lover's Time anymore yang biasanya Gramedia suka ngasih diskon untill 20% untuk buku-buku terbitan KPG, kerja bareng Bank BCA. Yahhhhh.... padahal seru ya, the whole years, we have a chance to get 10% discount. Semoga di waktu ke depan, masih ada kerja sama seperti ini lagi. #Ameen

Oke, ini dia penampakan buku baru yang ngendon di lemari buku saya. Silakan dilirik. Oh, yang dua di belakang itu buku obral, each @Rp10.000




Mari membaca....:)