Tuesday, September 30, 2014

[Top Ten Tuesday] Sepuluh buku BERAT yang sulit saya baca...

The Broke and the Bookish original title: Reader suggested --> Top Ten Books That Were Hard For Me To Read (because difficult of book, subject matter, because it was cringeworthy-- however you want to interpret).


Tema buku yang tidak seperti biasa atau kelewat berat buat otak saya yang kecil dan maunya hepi-hepi mulu ini terkadang membuat saya macet ketika mulai membaca sebuah buku. Berikut adalah sepuluh buku yang tak tuntas saya baca sangking kelewat berat tema yang diangkatnya atau karena hal lain. Well, mungkin suatu saat nanti saya akan mencoba meneruskan membacanya lagi.

1. Fight Club by Chuck Palahniuk. Hadoooh, saya sampai jambak-jambak rambut waktu baca. Yang saya baca versi terjemahannya, sih. Ada teman yang bilang, mungkin karena terjemahannya yang enggak banget yang ikut andil hingga saya tak nyaman bacanya.


Monday, September 29, 2014

[Resensi Novel Islami] Bulan Terbelah di Langit Amerika by Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra

Tak Sememukau 99 Cahaya di Langit Eropa...
Amerika dan Islam. Sejak 11 September 2001, hubungan keduanya berubah.

Semua orang berbondong-bondong membenturkan mereka. Mengakibatkan banyak korban berjatuhan; saling curiga, saling tuding, dan menyudutkan banyak pihak.

Ini adalah kisah perjalanan spiritual di balik malapetaka yang mengguncang kemanusiaan. Kisah yang diminta rembulan kepada Tuhan. Kisah yang disaksikan bulan dan dia menginginkan Tuhan membelah dirinya sekali lagi sebagai keajaiban.

Namun, bulan punya pendirian. Ini untuk terakhir kalinya. Selanjutnya, jika dia bersujud kepada Tuhan agar dibelah lagi, itu bukan untuk keajaiban, melainkan agar dirinya berhenti menyaksikan pertikaian antarmanusia di dunia.

“Apa? Wajah Nabi Muhammad junjunganku terpahat di atas gedung ini? Apa-apaan ini! Penghinaan besar!” seruku pada Julia. Mataku hampir berair menatap patung di dinding Supreme Court atau Mahkamah Agung Amerika Serikat, tempat para pengadil dan terhukum di titik puncak negeri ini.

“Jangan emosi. Tak bisakah kau berpikir lebih jauh, Hanum? Bahwa negeri ini telah dengan sadar mengakui Muhammad sebagai patron keadilannya. Bahwa Islam dan Amerika memiliki tautan sejarah panjang tentang arti perjuangan hidup dan keadilan bagi sesama.
“Akulah buktinya, Hanum.”


Kisah petualangan Hanum dan Rangga dalam 99 Cahaya di Langit Eropa berlanjut hingga Amerika. Kini mereka diberi dua misi berbeda. Namun, Tuhan menggariskan mereka untuk menceritakan kisah yang dimohonkan rembulan. Lebih daripada sekadar misi. Tugas mereka kali ini akan menyatukan belahan bulan yang terpisah. Tugas yang menyerukan bahwa tanpa Islam, dunia akan haus kedamaian.

Judul: Bulan Terbelah di Langit Amerika
Pengarang: Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Desain sampul: Hendy Irawan
Desain isi: Suprianto dan Ayu lEstari
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 344 hlm
Rilis: Mei 2014
Harga: Rp75.000 (diskon 50%, beli di tokobuku.getscoop.com)
ISBN: 9786020305455

Saya termasuk yang paling bersemangat ketika mendengar kabar duet suami istri ini kembali menuliskan kisah perjalanan spiritual mereka di luar negeri. Melalui pengalaman kunjungan demi kunjungan ke beberapa kota yang kemudian mereka ceritakan, saya baru mengetahui bahwa jejak Islam banyak terdapat di kota itu. Well, itu yang saya dapat ketika membaca 99 Cahaya di Langit Eropa. Dan, saya benar-benar dibuat terpukau dengan "fakta-fakta" yang mereka paparkan di buku itu.


Bulan Terbelah di Langit Amerika. Dari judulnya saja saya sudah "merinding". Saya sangat berharap mendapatkan pencerahan sekali lagi tentang penelusuran jejak Islam di negara adidaya yang sempat merana akibat Black Tuesday, 11 September 2001, itu. Dan, memang benar, peristiwa Selasa Hitam itulah yang dijadikan dasar oleh Hanum dan Rangga dalam menulis kisah ini. Yang... ternyata tak sepenuhnya benar. Atau dengan kata lain, sebagaimana disampaikan sendiri oleh Hanum di bagian belakang buku ini, bahwa fakta-fakta yang ada di dalam buku ini bersifat debatable. Heh? Maksudnya? Detik itulah minat saya untuk membaca buku ini luntur dan digantikan upaya untuk sekadar menuntaskan-baca.


Saturday, September 27, 2014

[Segera Terbit] Kumpulan Cerita Pendek - Cerita Cinta Indonesia by 45 Penulis GPU

Meskipun format buku ini bukan menjadi favorit saya, pun harganya yang lumayan mahal membuat niat membeli dan membacanya perlu dipupuk jauh-jauh hari, namun tetap saja sulit mengabaikan kehadiran buku istimewa ini. Bayangkan saja ada 45 cerita pendek (cerpen) dari 45 penulis Gramedia Pustaka Utama (GPU) dari segala jenis genre: sastra, metropop, teenlit, amore, horor, tumplek-blek jadi satu. Sedaaaaappp. Benar-benar menggoda iman banget buku ini, sih.
Beragam tema, beragam kisah terangkum di kumpulan cerita pendek Cerita Cinta Indonesia ini. Mulai dari jejak sastra hingga cerita pendek TeenLit tergores dalam 45 cerpen buah karya 45 penulis yang pasti sudah Anda kenal. Kumpulan cerita pendek ini adalah semacam bentuk syukur dan terima kasih bahwa kami masih bisa meneruskan semangat dalam berkarya.

Membaca kumpulan cerita pendek ini seakan memilih beraneka rasa dan rupa dalam sajian paket lengkap. Sebab, ada begitu terlalu banyak kisah kehidupan yang menunggu untuk diceritakan, dan yang terdapat dalam buku ini hanya sebagian kecilnya. Tak pernah cukup kisah cinta, misteri, persahabatan, dan beragam tema lainnya di dunia ini untuk ditampilkan dalam bentuk karya sastra atau cerita populer.

Apa pun rasa dan rupa yang Anda dapatkan saat membacanya, kami berharap Anda menikmati sajian Cerita Cinta dengan rasa Indonesia ini.

***

Kumpulan Cerpen ini ditulis oleh 45 Penulis GPU:
Ahmad Tohari, aliaZalea, Andina Dwifatma, Anjar Anastasia, Arswendo Atmowiloto, Ayu Gendis, Boim Lebon, Budi Maryono, Clara Ng, Debbie Widjaja, Dewi Kharisma Michellia, Dewi Ria Utari, Dewie Sekar, Dyan Nuranindya, Eka Kurniawan, Erlin Cahyadi, Esti Kinasih.

Dari keterangan yang sudah dirilis baru 17 nama penulis yang tertera, masih ada 28 nama lagi yang (untuk sementara) belum diketahui. Tapi nama-nama seperti Ika Natassa dan Syafrina Siregar juga bakal ada di dalam buku ini. Saya berharap semoga ada nama Ken Terate, Syahmedi Dean, Rosemary Kesauly, Nina Addison, dan Retni SB dalam jajaran penulis yang menyumbangkan cerpen karya mereka di sini. Oke, mari menabung dan sabar menunggu kelahiran buku istimewa ini.

Tuesday, September 16, 2014

[Top Ten Tuesday] Sepuluh pengarang terkenal yang bukunya baru saya baca satu

The Broke and the Bookish original title: Top Authors I've Only Read One Book From But NEED to Read More.


Oke, mungkin lagi-lagi saya tak taat aturan main secara saklek dari meme ini. Saya agak lupa, apakah ada pengarang yang bukunya hanya pernah saya baca satu kali. Karena itu saya akan memasukkan juga di daftar Top Ten hari ini pengarang yang bukunya baru saya baca maksimal 3 dari pengarang terkenal yang sudah menerbitkan buku lebih dari sepuluh. Ini daftarnya:

1. Dewi "Dee" Lestari. Seingat saya baru tiga bukunya yang saya baca: Supernova #1, Perahu Kertas, dan Madre. Sebenarnya pernah "mengintip" sedikit Recoverso untuk materi siaran, tapi saya tak benar-benar menikmati membaca kumcer Dee yang itu. Untuk nanti-nantinya saya ingin baca buku-buku Dee yang lain.


Saturday, September 13, 2014

[Sedang Dibaca] ...Remember When by Winna Efendi

Huwaaa, pastinya telat banget saya baru akan membaca novel ini sekarang. Tapi tak apalah, mungkin ada baiknya saya baru akan membaca novel ini jelang pemutaran filmnya, sehingga ketika menontonnya nanti saya masih bisa mengingat-ingat detail novelnya. Pada prinsipnya, saya itu si usil yang suka membandingkan buku dan film adaptasinya. Dan, akan lebih mudah jika saya sudah membaca bukunya terlebih dahulu.
Cetak Ulang, Revisi Title dan Cover.

Apa pun yang kau katakan, bagaimanapun kau menolaknya, cinta akan tetap berada di sana, menunggumu mengakui keberadaannya.

Bagi kita, senja selalu sempurna; bukankah sia-sia jika menggenapkan warnanya? Seperti kisahmu, kau dan dia, juga kisahku, aku dan lelakiku. Tak ada bagian yang perlu kita ubah. Tak ada sela yang harus kita isi. Bukankah takdir kita sudah jelas?

Lalu, saat kau berkata, "Aku mencintaimu", aku merasa senja tak lagi membawa cerita bahagia. Mungkinkah kata-katamu itu ambigu? Atau, aku saja yang menganggapnya terlalu saru?

"Aku mencintaimu," katamu. Mengertikah kau apa artinya? Mengertikah kau kalau kita tak pernah bisa berada dalam cerita yang sama, dengan senja yang sewarna?

Takdir kita sudah jelas. Kau, aku, tahu itu.

Thursday, September 11, 2014

[Resensi Novel Romance] Before Happiness by Abbas Aditya

Cinta dalam diam, sakitnya tuh di sini.... *nunjuk dada*
Namaku Happy, dan seperti harapan saat orangtuaku memberi nama ini, semestinya aku orang yang selalu bahagia.

Aku mencintai sahabatku melebihi segalanya, termasuk diriku sendiri. Tapi, tak pernah bisa mengungkapkanya. Aku takut persahabatanku lenyap hanya karena satu kata itu; cinta.

Dan, ketika ia memintaku untuk melamarkan kekasihnya yang juga sahabatku, entah kenapa hatiku perih, seperti tertusuk pisau karatan dengan perlahan, lalu menghujam ulu hati yang terdalam.

Langit Jakarta, kota Batu di Malang, dan sungai Chao Phraya Thailand mungkin bisa jadi obat bagi sakit ini.

Dan, aku yakin hanya jarak dan waktu yang akan menyembuhkan. Tapi, haruskah aku melupakan cinta ini?

Judul: Before Happiness
Pengarang: Abbas Aditya
Penyunting: Dedik Priyanto
Pendesain Sampul: Adam S. Muhsinin
Penyelaras Akhir: Dea Anugerah
Penerbit: Moka Media
Tebal: 210 hlm
Harga: Rp39.000
Rilis: 2014
ISBN: 9789797958411

Selain perjodohan, tema sahabat jadi cinta menjadi salah satu tema yang sangat cukup sering saya dapati dalam novel, terutama pada novel romance. Buat saya, dua tema ini menduduki peringkat terendah dalam daftar tema favorit saya. Jika memungkinkan, dan masih ada novel dengan tema lain di luar sana, saya dengan senang hati akan meminggirkan novel-novel dengan dua tema itu dan lebih memilih membaca novel bertema lain itu.

Jujur saja, landasan awal saya langsung mencomot Before Happiness adalah harapan yang cukup tinggi dari pengarangnya. Meski tak mengenalnya secara pribadi, saya tahu Abbas dan ikut bersemangat menunggu novel debutannya. Hmm, sayangnya saya memasang ekspektasi terlalu tinggi sehingga hasilnya agak kurang bagus.

Tuesday, September 9, 2014

[Top Ten Tuesday] Sepuluh pengarang atau novel metropop yang kurang mendapat apresiasi

The Broke and the Bookish original title: Top Ten Underrated Authors or Books in X genre. 


Agak berat juga topik Top Ten Tuesday hari ini. Saya pun mulai berpikir keras mengais informasi tentang sepuluh pengarang atau buku dalam lini metropop yang sebenarnya bagus tapi kurang mendapat respons dari pencinta buku tanah air. Tentu saja, ini berdasar versi saya belaka. Dari semua alasan, saya pun berusaha mencari yang benar-benar objektif yang memungkinkan kesepuluh nama pengarang atau judul novel metropop dalam daftar saya ini memang masuk kategori TTT hari ini. Dan, dikarenakan saya tak memiliki data akurat, maka daftar ini hanya berdasar asumsi saya saja, jika ada yang ingin menyanggah, saya persilakan.

[Segera Terbit] Novel Metropop - Pangeran Kertas by Syahmedi Dean

Judul dan kover calon novel terbaru Bang Dean ini cukup intriguing, ya. Jadi kepingin cepet-cepet lihat apa cerita terbaru yang ditawarkannya.


Mungkinkah Nania jatuh cinta pada impian yang ia ciptakan sendiri? Mungkin. Nania hidup dalam kesepian panjang, di antara Papa, bintang televisi yang sangat tenar, dan Mama, ibu yang hancur karena ketenaran suami. Nania mencari cinta dalam puisi-puisi yang ia tulis, sampai ia jatuh cinta pada sosok yang ia ciptakan, seorang Pangeran Kertas yang berhati putih, yang bisa menerima keluh kesah apa pun dari Nania, yang di dadanya Nania bisa menumpahkan tinta kata-kata. Apa yang terjadi ketika Pangeran Kertas menjadi kenyataan? Mereka berdua beradu kata-kata indah di bawah rembulan, beradu tatapan mata bertukar cinta.

Bagaimana jika pangeran impian berhadapan dengan pangeran lain yang lebih nyata? Mana yang harus dimenangkan, impian atau kenyataan? Nania semakin digempur oleh dua pilihan, sangat membingungkan. Salah satunya selalu menyembuhkan ketika yang lain menyakitkan. Mana yang menyakitkan, impian atau kenyataan? Puisi-puisi Nania semakin mengalir ke hamparan kertas.

Nania berdiri di depan megahnya Taj Mahal, monumen cinta paling abadi di muka bumi, merasakan betapa beruntungnya dihujani cinta dan kasih sayang. Nania pun terseret ke Yogyakarta, tempat benteng-benteng tua yang bertahan melalui dera kenangan masa lalu. Mencintai dan dicintai. Impian dan kenyataan. Pilihan yang sulit namun tetap harus diambil, lalu suatu hari nanti pilihan tersebut akan menjadi kenangan berair mata.

Hmm, kalau dari sinopsisnya, sih, ini seperti seseorang yang punya teman imajiner, ya? Tampaknya bakal cukup banyak drama di kehidupan si tokoh utama, Nania. Lalu di paragraf terakhir ada beberapa setting tempat, bisa jadi novel ini pun tidak ketinggalan ikut menyelipkan cerita traveling di antara kisah cinta Nania, pangeran impian, dan lelaki yang mencoba menjadi pangeran nyata di kehidupannya.

Sekilas, ini misinya hampir mirip Surga Retak alih-alih tetralogi fashion, ya. Saya jadi agak khawatir makin kehilangan citra Bang Dean yang begitu saya sukai di novel debutan beliau, tetralogi fashion. Pada beberapa hal saya memang lebih menyukai novel dengan gaya tutur yang lincah dan menggemaskan, hehehe. Maklum, Surga Retak saja belum kelar saya baca hingga sekarang. Fans macam apa saya ini. Hmm, ditunggu saja berarti.

Pangeran Kertas setebal 224 halaman ini direncanakan rilis bulan Oktober 2014.

Monday, September 8, 2014

[Giveaway] Pengumuman yang Tertunda

Sepertinya saya butuh asisten, huhuhu. Atau, pil penghancur kemalasan. Ya, lebih tepatnya saya pilih yang kedua. Mungkin bisa sekali libas, ya. begitu saya menenggak pil itu saya tak lagi beralasan malas melacak jejak perempuan yang menyimpan serusuk tulang saya, yang akan saya hadiahkan sekuntum mawar dan sebuah cincin dalam kotak beledu, lalu saya pinang jadi asisten saya. Hah! Malah curhat.

Okayyy... setelah berjuang membasmi segala kejahatan kemalasan dengan beberapa cangkir kopi, akhirnya saya berhasil mengumpulkan kepingan ingatan satu per satu untuk menuliskan postingan ini. Saya menyebutnya: "Pengumuman Pemenang Giveaway yang Tertunda". Untuk semua tweemans yang sudah ikutan giveaway (apa pun, baik yan diselenggarakan di sini atau di Twitter) dan setiap saat bertanya kapan saya akan mengumumkan pemenangnya, dari lubuk hati terdalam, saya meminta maaf yang teramat sangat.

Baiklah, berikut adalah beberapa giveaway yang saya ingat belum saya umumkan tweeman yang terpilih untuk mendapatkan hadiah pada masing-masingnya. Selamat dan jangan kapok untuk ikutan  giveaway lagi di sini, ya. Termasuk tweemans yang belum terpilih, juga tetap bersedia ikut berpartisipasi dalam giveaway-giveaway lain yang akan saya selenggarakan.


Wednesday, September 3, 2014

[Resensi Kumcer Metropop] Episode Para Lajang by Shandy Tan

---being single is not a crime


Ada lajang yang bimbang
Ada lajang yang jalang
Ada lajang yang menerima diri
Ada pula yang menyangkal nurani
Ada lajang yang suka sendiri
Ada pula yang terpaksa sendiri berkurung sepi

.................

But whoever you are, don’t take life too seriously because you won’t get out alive anyway.
- anonymous

Judul: Episode Para Lajang
Pengarang: Shandy Tan
Pewajah sampul: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia
Tebal: 224 hlm
Rilis: Agustus 2014
Harga: Rp48.000
ISBN: 9786020307626

Setelah Autumn Once More (Ilana Tan, aliaZalea, dkk) setahun lalu, saya mulai menyukai membaca kumpulan "kumcer" cerpen metropop dan sejauh ini Episode Para Lajang menjadi kumcer metropop ketiga yang saya baca dan cukup menyenangkan. Kumcer metropop kedua yang saya baca sekaligus menjadi kumcer pertama yang saya edit *nyengir* berjudul Pagi Ini, di Seberang Jalan Ini (Lusiwulan). Tapi, tetap saja, saya mesti sering mengerutkan dahi ketika mendapati cerita yang sulit saya mengerti esensinya. Bagi saya, cerpen menjadi sebuah karya fiksi yang sulit saya apresiasi karena medianya yang terlalu sempit.

Episode Para Lajang terdiri dari 12 cerita dari bermacam lajang yang dikreasikan oleh Shandy Tan. Oiya, ini juga jadi buku solo pertama Shandy Tan yang saya baca. Gaya menulisnya cukup konsisten. Ketika kali pertama membaca "Cinta 2 x 24 Jam" (cerpen terakhir di Autumn Once More) Shandy Tan membuat twist di akhir ceritanya, dan di hampir kebanyakan cerpen di kumcer ini pun disertai twist yang cukup mengejutkan (dalam artian bagus).

Untuk resensi kali ini saya akan mengurutkan cerita dari yang paling tidak saya suka sampai dengan yang paling saya suka.


Tuesday, September 2, 2014

Sepuluh tokoh fiksi favorit yang seharusnya main bareng di jam istirahat sekolah

The Broke and the Bookish original title: Top Ten Book Characters That Would Be Sitting At My Lunch Table (you know...back to school theme)


Kalau saja di zaman sekolah dulu ada tokoh-tokoh ini dalam kehidupan seorang Ijul sang culuner di sekolahan, mungkin semuanya akan berbeda, ya.

1. Hermione Granger (Harry Potter series by JK Rowling)
Siapa sih yang enggak mau berteman dengan gads supercerdas ini? Well, meski terkadang agak menyebalkan karena saya enggak bakal bisa menyainginya di bidang akademis, setidaknya saya bisa 'mencuri' kebiasaan belajar dan meminta tips belajar darinya.


2. Harry Potter (Harry Potter series by JK Rowling)
Oke, mungkin bakalan agak depresi ya hang-out bareng teman yang dikejar-kejar Raja Kegelapan, tapi Harry-lah yang mengalami segala keseruan di London yang penuh magic. Kalau sampai nggak berteman sama Harry bisa ketinggalan banyak hal menyenangkan dari dunia sihir.


3. Ronald Weasley (Harry Potter series by JK Rowling)
Hahaha, sekalian saja sih gang Harry Potter disebutkan semua, ya. Tapi kalau saya berharap bisa main bareng Hermione dan Harry pas jam istirahat, saya pasti mau juga main bareng Ron. Mereka bertiga kan enggak terpisahkan. Kayaknya obrolan kami bakalan terus hidup kalau ada dia.