Sunday, April 29, 2012

BBI 1st Giveaway Hop Lucky Winner

Hai, temans, setangkup permohonan maaf saya sampaikan kepada semuanya dikarenakan keterlambatan pengumuman Blogger Buku Indonesia 1st Giveaway Hop yang sedianya saya rencanakan pada tanggal 27 April 2012 lalu. Sayang seribu sayang, flu yang menyerang membuat saya tepar tak tertahankan. Jadi, sekali lagi mohon permaklumannya.


Baiklah, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh teman yang sudah ikut berpartisipasi dalam giveaway ini. Pro dan kontra terkait topik yang saya lempar di giveaway ini cukup menarik, dengan sebagian besar kita menyebut bahwa adegan merokok/mengonsumsi minuman keras adalah sebuah adegan yang wajar sekiranya ditujukan untuk memperkuat karakter. Tetapi, hampir keseluruhan menyatakan tak setuju jika rokok/minuman keras justru hanya sebagai kampanye gaya hidup hedonis belaka. Agree!

Untuk membantu saya menentukan siapa yang beruntung terpilih, saya meminta bantuan software The Hat untuk mengacak nama, dan yang keluar adalah.....

widyawidiyot, yang berkomentar:
menurut saya sih tidak masalah selama konten bukunya pas....
kalo genre bukunya itu untuk anak2 lantas memasukkan adegan merokok atau minum alkohol yaa itu baru yang tidak pantas....
tapi juga perlu diperhatikan bahwa adegan tsb tidak mengandung unsur persuasif yang dalam artian bisa menganjak orang yang membacanya untuk ikut-ikutan mencobanya :)
sekian :D
Selamat, Widya, tunggu email konfirmasi dari saya yaaa...

Dan, buat yang lain, tetap semangat, kita tunggu saja semoga si Bebi nanti ngajak bikin giveaway barengan lagi kapan-kapan. Tetap membaca, kawan!

Wednesday, April 18, 2012

[Resensi Novel Amore] Bella and the Beast by Astrid Zeng

Typo-nya bikin saya mual
Rating: 2 out of 5 stars


Judul: Bella and the Beast
Pengarang: Astrid Zeng
Editor: Raya Fitrah
Pewajah Sampul: Marcel A.W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 256 hlm
Harga: Rp38.000
Rilis: Maret 2012
ISBN: 978-979-22-8159-0

Bellatrix Wibisono merupakan bungsu dari tiga bersaudara pasangan pengusaha kaya raya, Hadi Wibisono dan Siska. Orangtua dan kedua kakak perempuan Bella resah karena sampai dengan umur menjelang 26 tahun, Bella tak pernah sekalipun dekat dengan laki-laki. Hal tersebut tak terlepas dari kekangan sang ayah selama ini. Maka, ketika orangtua dan saudaranya menjodohkan Bella dengan Demetri Yoso, keponakan dari konglomerat lain, pengusaha kaya raya, Bella – Demetri menjadi pasangan yang unik.

Demetri telanjur dicap sebagai monster dengan luka parut mengerikan di wajahnya dan tubuh besar-kekarnya, ditambah lagi dengan gosip yang menyebutkan Demetri adalah lelaki kasar yang suka memukul perempuan dan bahkan berniat memerkosa mantan tunangannya. Namun demikian, jalinan pernikahan Bella-Demetri tersambung juga. Dilengkapi pernik keluarga dan para sahabatnya, kisah si cantik dan si buruk rupa ini berusaha mencari jalan menuju kebahagiaan.

Apakah pada akhirnya cinta hadir di hati Bella meskipun ia selalu menganggap wajah Demetri menakutkan? Simak kisah romance yang judulnya merujuk pada dongeng terkenal dunia, Bella and the Beast, karya Astrid Zeng ini.

Saya masih tidak percaya ketika mendapati satu demi satu typo yang bertebaran HAMPIR di seluruh halaman novel ini (Lebay deh gue, nggak semua halaman juga kaleeee). Saya sampai kehabisan post it penanda halaman untuk beberapa kesalahan teknis lainnya. Saya penasaran, apakah tidak ada proofreader untuk novel ini? Jika jawabannya tidak ada, maka sungguh sangat disayangkan.

Dari segi cerita, sebenarnya saya suka dengan kisah ini namun hanya sampai dengan separuh bagian pertamanya saja. Ketika konflik tak beranjak dari topik si lugu dan si monster, saya jatuh bosan. Untunglah, saya memang sudah tersedot pada karakter Bella dari sejak awal kemunculannya. Lugu, polos, menggemaskan, meskipun tidak realistis juga. Sepolos-polosnya orang polos, Bella ini anak konglomerat. Apakah sekadar tak diperbolehkan berhubungan dengan lelaki lalu Bella menjadi sosok kuper yang tak bisa memperoleh asupan informasi? Tidakkah Bella seharusnya dapat menyerap informasi dari dunia luar melalui televisi, internet, atau media cetak? Entahlah, meskipun sudah diberikan penjelasan bahwa Bella tak pernah baca-baca media cetak, toh pada suatu kesempatan dia googling juga mencari informasi tentang Demetri. Jadi, pada dasarnya dia melek internet, tho? Belum lagi, sifat sang mama yang sepertinya demanding sedikit banyak tak mungkin membiarkan sang putri tumbuh menjadi perempuan oon. Ini menurut saya. Kan, karakter ciptaan penulis, suka-suka penulis donk ya.

Sebenarnya cukup banyak subplot yang dihadirkan untuk mendukung cerita, mulai dari kisah orangtua dan kakak Bella, sepupu-sepupu Demetri dan para wanita mereka, serta Sonya, sang mantan. Sayangnya, variasi subplot tersebut tak mampu membuat saya tetap terpaku pada kisah Bella-Demetri. Mulai dari pertengahan novel hingga ke belakang saya hanya ingin sprint untuk segera menuntaskan kisah ini. Alih-alih mendapat kepuasan di ujung jalan, ending novel ini pun tak memberikan sensasi apa pun.

Ketika saya sampai di halaman terakhir dan melirik promo di halaman tambahan, terlihat dari sinopsis dua novel Astrid terdahulu Sleepaholic Jatuh Cinta dan Suami Sempurna untuk Tatiana, sepertinya ketiga novelnya ini saling terkait. Tatiana-Michael-Tecla-Phillip telah hadir di dua buku tersebut. Tapi, entah mengapa, saya tidak tergerak untuk mencari-membeli-dan-membaca dua novel itu setelah tidak terpuaskan membaca Bella and the Beast ini.

Dari segi karakterisasi, penulis masih mengandalkan kekuatan verbal, menyebut Demetri berotot besar laksana raksasa dengan luka parut mengerikan di wajahnya secara berulang-ulang untuk menggambarkan sosoknya, dan bagi saya ini menjadi kurang menarik. Seharusnya melalui tindakan si tokoh dan perlakuan orang sekitar (bukan omongan), sosok Demetri bisa dihadirkan dengan lebih meyakinkan. Sampai tuntas membaca, saya tidak mendapat kesan bahwa Demetri adalah sosok the Beast dalam novel ini. Hal yang sebaliknya justru terjadi pada karakter Bella. Meski beberapa kali juga disebut menyangkut kepolosan, keluguan, dan kebodohan Bella secara verbal, namun sifat dan perbuatan Bella menguatkan karakternya yang menggemaskan itu.


Menyoal nama Bellatrix, mau tak mau bayangan Bellatrix Lestrange, si antagonis pembunuh Sirius Black dari serial Harry Potter mampir di ingatan saya. Kemudian, ketika mengetahui bahwa Bella di sini adalah sosok protagonis yang banyak menarik simpati, ingatan saya melayang ke tokoh Bella Swan dari Twilight Saga. Yahhh, begitulah saya. Selalu mengait-ngaitkan sesuatu yang mungkin tak ada kaitannya sama sekali. Hahaha.

Dan, membaca novel ini saya serasa entah memijak di negeri mana, meskipun kota-kota semacam Jakarta-Surabaya-Malang-Denpasar disebut berulang-ulang namun nama-nama tokohnya yang super-western semacam Bellatrix, Beatrice, Bibiana, Tatiana, Tecla, Michael, Demetri, Phillip, Peter, Patrick, tak meninggalkan setitik nuansa ketimuran. No big deal sih, secara pada zaman modern seperti sekarang nama-nama bernuansa Barat sudah sedemikian lazim digunakan orang, ini hanya karena saya yang produk lama, yang mendapat nama khas Indonesia dari orangtua, terkadang masih berharap para penulis menamai tokoh-tokoh mereka dengan nuansa Indonesia.

Berikut adalah segambreng typo yang saya temukan:
(hlm. 7) seorang orang cucu = pengulangan kata ‘orang’
(hlm. 9) paragraf keempat seharusnya dibagi menjadi dua paragraf
(hlm. 10) menatap ayah mereka tatapan bingung = ambigu
(hlm. 14) memeriksa siapa menghubunginya = ambigu
(hlm. 15) barang-barang yang dia jatuhkannya = pengulangan kata ganti
(hlm. 16) terpercaya = tepercaya
(hlm. 17) Demitri = Demetri
(hlm. 30) ke sekian kalinya = kesekian
(hlm. 40) menandatangangi = menandatangani
(hlm. 43) tandatangani = tanda tangani
(hlm. 44) tanda tangannya lalu menyodorkannya surat perjanjian = pengulangan kata ganti
(hlm. 48) baru menghentikan gelak tawanya menangkap raut tersinggung = ambigu
(hlm. 50) Bibina = Bibiana
(hlm. 58) menganggu = mengganggu
(hlm. 59) “Seperti apa?” Demetri sambil menolehkan = ambigu
(hlm. 61) keesokkan = keesokan
(hlm. 63) paragraf kedua yang dicetak italic, tidak konsisten, menyebut pernikahan mereka, padahal paragraf itu kata batin Bella yang berbicara
(hlm. 64) ditengah-tengahnya = di tengah-tengahnya
(hlm. 67) Phillip menepuk punggung Demetri lalu merangkul bahu sahabatnya = bukankah Demetri sepupu Phillip?
(hlm. 68) menghubungkan kolam area renang = area kolam renang?
(hlm. 68-69) yang tidak pernah dia bayangkannya = pengulangan kata ganti
(hlm. 69) Lalu wanita berdiri = sebaiknya ‘wanita itu’ berdiri
(hlm. 72) kurang tanda baca ‘titik’ pada paragraf kedua
(hlm. 73) Tinggal Bellatrix beberapa tiga orang perempuan = ambigu
(hlm. 74) mengamit = menggamit
(hlm. 77) kelam malam = kelab malam
(hlm. 82) pertanyan = pertanyaan
(hlm. 83) menandatanganinya tanpa tanpa = pengulangan kata ‘tanpa’
(hlm. 84) harus menelan kecewa karena = seharusnya kata benda ‘kekecewaan’
(hlm. 94) asik = asyik = inkonsisten
(hlm. 96) terlanjur = telanjur
(hlm. 96) pekik Tatiana Tatiana menaikkan = kurang tanda baca ‘titik’ di antara Tatiana dan Tatiana
(hlm. 98) Bellatrik = Bellatrix
(hlm. 104) menganggu = mengganggu
(hlm. 109) supir = sopir = inkonsisten
(hlm. 110) paragraf dua berisi kalimat berbahasa Jerman, perlu penjelasan
(hlm. 111) pernihakan = pernikahan
(hlm. 112) terlanjur = telanjur
(hlm. 115) memandangi Tatiana dan dan = pengulangan kata ‘dan’
(hlm. 116) semua tas sialan ini dan dan istriku = pengulangan kata ‘dan’
(hlm. 119) seseorang wanita tua = seorang
(hlm. 124) Demetri tergelak dan hingga tubuh Bellatrix ikut terguncang = ambigu
(hlm. 114) paragraf ketujuh kurang tanda baca ‘titik’
(hlm. 128) apa yang aku inginkan lakukan = ambigu
(hlm. 131) Tatiana marah hingga merusak malam pertamanya mereka = ambigu
(hlm. 132) ancaman akan akan = pengulangan kata ‘akan’
(hlm. 137) Demetri sudah menariknya lengannya = pengulangan kata ganti
(hlm. 137) mengenggam = menggenggam
(hlm. 141) Tadi kami tadi tergesa-gesa = pengulangan kata ‘tadi’
(hlm. 142) menganggu = mengganggu
(hlm. 142) lengangnya = lengannya
(hlm. 152) masih terdengar bibir keduanya = ambigu
(hlm. 152) menarik dua buah kotak bawah meja = ambigu
(hlm. 153) kearah = ke arah
(hlm. 154) ekpresi = ekspresi
(hlm. 157) menggeleng-gelengkankan = menggeleng-gelengkan
(hlm. 157) pawa = para
(hlm. 159) menganggu = mengganggu
(hlm. 166) Tatiana mengaduknya sup = mengaduk
(hlm. 182) mata coklatnya = mata cokelatnya
(hlm. 183) “Hei, kenapa kita mengabari Cindy tentang ide ini?” = sebaiknya ditambahkan kata ‘tidak’
(hlm. 186) meraba-raba perutnya putri bungsunya = pengulangan kata ganti
(hlm. 189) terbangung = terbangun
(hlm. 192) resiko = risiko
(hlm. 195) terbersit = tebersit
(hlm. 202) mengeliat = menggeliat
(hlm. 206) telalu = terlalu
(hlm. 209) mununjukkan = menunjukkan
(hlm. 215) terangangkat = terangkat
(hlm. 220) ke sekian = kesekian
(hlm. 225) Berapa jam yang lalu = Beberapa jam yang lalu
(hlm. 228) terbersit = tebersit
(hlm. 229) keesokkan = keesokan
(hlm. 233) meyadari = menyadari
(hlm. 233) Bellatirix = Bellatrix
(hlm. 249) di panggil = dipanggil
(hlm. 251) menununjuk = menunjuk
Fiuuuuhhh, gimana, banyak tidak? Saya benar-benar pusing ketika menandai satu demi satu kesalahan teknis cetakan ini. Sayang banget, ya?

Oiya, satu bintang saya persembahkan untuk karakter Bella yang menggemaskan dan satu bintang lagi untuk cover bunga tulipnya. Saya penyuka bunga tulip.


Baiklah, selamat membaca, kawan!

Monday, April 16, 2012

Kuis di Twitter: Siapa Cepat Dia Dapat

30 Hari Kerja, 30 Buku Gratis


Hmm, ide untuk ‘bersih-bersih’ rak buku sudah tercetus sejak sebulan silam. Seringnya pameran dan atau pesta diskon di Jakarta membuat saya terkadang ‘lupa diri’ dan kalap membeli buku apa saja, yang penting fiksi. Tak jarang, saya kecele, buku yang saya ambil ternyata sudah saya beli di pesta diskon yang lain, sehingga yaa... menjadi double lah buku itu.

Ide bersih-bersih rak buku akhirnya saya coba untuk diubah menjadi ide memberikan buku-buku double saya atau buku yang tidak ingin saya koleksi, pada teman-teman saya di twitter. Kenapa twitter? Karena lebih cepat dan real time. Sudah begitu, yang terpilih bisa langsung saya hubungi, saya mention, sampai si terpilih ‘ngeh’ bahwa dia mendapat buku gratis. Saya pernah mengadakan kuis di blog, ternyata sang pemenang tidak meninggalkan jejak dan setelah berbulan-bulan pun hanya beberapa yang memberikan konfirmasi, lalu dari yang memberikan konfirmasi itu, dua di antaranya yang telah saya kirimkan paketnya, malah kembali pos (kempos) katanya alamat tidak diketahui. Capek donk, saya?

Makanya, melalui twitter, saya berharap buku-buku yang ingin saya bagi dengan teman-teman bisa sampai ke tangan masing-masing dan menambah bahan bacaan. Kali ini, saya ingin bagi-bagi beberapa buku, sejumlah 30 judul buku, kepada teman-teman melalui Kuis Siapa Cepat Dia Dapat. Bagaimana caranya dan buku apa saja yang dapat dipilih?

Caranya:
1. Pastikan kamu sudah mem-follow @fiksimetropop untuk menyimak pertanyaan hariannya.
2. Berlangsung mulai Rabu, 18 April 2012, sampai dengan 30 hari kerja ke depan (kuis tidak berlangsung di hari libur/weekend).
3. Hari Senin – Selasa, 16-17 April 2012 adalah masa promo, belum dimulai kuisnya.
4. Satu hari terpilih satu pemenang dengan hadiah buku yang dipilih sendiri dari 30 judul buku yang ada.
5. Cara menjawab: #KuisSCDD1[spasi]Jawaban[spasi]Kode Buku Hadiah.
6. #KuisSCDD1 adalah kode kuis di hari pertama (hari Rabu, 18 April 2012), #KuisSCDD2, #KuisSCDD3, dan seterusnya sampai #KuisSCDD30 (kuis di hari ke-30).
7. Kode Buku Hadiah disesuaikan dengan nomor urut judul buku, ditandai dengan tagar/hashtag #Buku1, #Buku2, #Buku3, dan seterusnya, silakan simak daftar lengkapnya di bawah postingan ini. Seluruh buku berbahasa Indonesia.
8. Pemenang dipilih dari yang tercepat menjawab pertanyaan yang diterima di akun @fiksimetropop.
9. Keputusan admin @fiksimetropop tidak dapat diganggu gugat.

Berikut adalah daftar buku hadiahnya:
Yang masih bisa dipilih:
 

#Buku4 Balada Rosid & Delia by Ben Sohib




#Buku11 33 Pesan Nabi (volume 2) by vbi_djenggotten


#Buku22 The Secret Life of Bees by Sue Monk Kidd


#Buku27 That Silent Summer by Elaine Medline




Yang sudah tidak dapat dipilih
:
#Buku1 Memory and Destiny by Yunisa KD
#Buku2 Nocturnal by Poppy D. Chusfani
#Buku3 The Year I Turned 16 by Deeptha Khanna
#Buku5 Akhirnya Tertawa Juga by Krisna Purwana
#Buku6 Things I Know About Love by Kate Le Vann
#Buku7 The Magic Fingers by Roald Dahl
#Buku8 Nyonya Besar by Threes Emir
#Buku9 Nayla by Djenar Maesa Ayu
#Buku10 A.M.S.A.T (Apa Maksud Setuang Air Teh) by Syahmedi Dean
#Buku12 Fade by Lisa McMann
#Buku13 9 Summers 10 Autumns by Iwan Setyawan
#Buku14 The Truth About Forever by Orizuka

#Buku15 Pertemuan Dua Hati by Nh. Dini
#Buku16 Kekasih Gelap by Sanie B. Kuncoro
#Buku17 Kau by Sylvia L’Namira
#Buku18 Ramadhan K.H. by Kuantar Ke Gerbang
#Buku19 Alpha Wife by Ollie
#Buku20 Gossip Licious by Dianing
#Buku21 Three Weddings and Jane Austen by Prima Santika
#Buku23 The Golem’s Eye by Jonathan Stroud
#Buku24 Runner-Up Girl by Hana Natasha
#Buku25 Kekasih Marionette by Dewi Ria Utari
#Buku26 Yakuza Moon by Shoko Tendo

#Buku28 MelanChocolates by Savira
#Buku29 Once a Princess by Johanna Lindsey
#Buku30 A Very Yuppy Wedding by Ika Natassa

Catatan: tidak semua buku adalah buku baru, sebagian di antaranya adalah buku secondhand (sudah pernah saya baca)



Semoga ada yang berminat.

Friday, April 13, 2012

BBI 1st Giveaway Hop

Blogger Buku Indonesia First Anniversary




Waahhh, tak terasa sudah satu tahun ya sejak terbentuknya Blogger Buku Indonesia (BBI). Saya tak menyimak secara detail bagaimana proses kelahirannya, tapi Bebi ---panggilan sayang para member--- telah tumbuh menjadi sebuah ‘gerakan’ yang menguatkan para blogger buku Indonesia untuk terus bersemangat ber-blogging ria seputar buku dan dunia perbukuan di tengah-tengah ramalan sebagian orang yang menyebutkan bahwa era blog sudah hampir lewat masa keemasannya, digantikan semarak jejaring sosial.


Bagi saya, Bebi melecut semangat saya untuk selalu memutakhirkan blog yang sudah saya daftarkan sebagai member di BBI. Bahwa semangat saya untuk menyebarluaskan buku, secara khusus, dan hobi membaca secara umum, mendapat dukungan tak terhingga, terlebih tak lagi merasa kesepian karena blogger buku Indonesia itu jumlahnya banyaaaaaaakkkkkkk. Semangat terus temannnn!!!

Nah, untuk ikut merayakan first anniversary si Bebi, Metropop Lover bergabung dengan lebih dari 30-an blog lain, silakan lirik di blogbukuindonesia.blogspot.com untuk melihat yang lain, dalam kegiatan BBI 1st Giveaway Hop yang diinisiasi oleh tiga blogger keren ini: Fanda's Historical Fiction, Kumpulan Sinopsis dari Okeyzz dan Dear Readers sebagai host.

Namun demikian, berhubung saya belum banyak berkecimpung di dunia per-giveaway-an modern dengan memanfaatkan fasilitas canggih ala rafflecofter atau google docs, giveaway saya di sini, manual saja. Saya akan memilih siapa teman yang beruntung dengan software The Hat.

Jadi giveaway di Metropop Lover ini akan berlangsung mulai hari ini, Jumat, 13 April 2012, sampai dengan hari Kamis, 26 April 2012. Caranya, buat kamu yang berminat ikutan cukup dengan memberikan tanggapan atas pertanyaan ini: “Apa kesan/pendapatmu ketika membaca adegan merokok/mengonsumsi minuman beralkohol dalam sebuah novel?” langsung di kolom komentar di bawah postingan ini, plus sertakan alamat email yang bisa dihubungi. Tersedia satu eksemplar novel romance terbaru karya Christian Simamora, Good Fight, buat kamu yang beruntung. Terima kasih buat yang ikutan.



Oiya, happy first anniversary ya, Bebi, semoga semakin ‘centil’ dan terus memberi warna-warni yang indah bagi dunia blog buku Indonesia. Amiin.

Terus membaca ya, teman!

Wednesday, April 11, 2012

[Resensi Novel Teenlit] Runner-Up Girl by Hanna Natasha

Ada Apa Dengan Mira? (AADM?)
Rating: 4 out of 5 stars


Pengarang: Hanna Natasha
Pewajah sampul: Yustisea Satyalim
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 168 hlm
Harga: Rp35.000
Rilis: Maret 2012
ISBN: 978-979-22-8129-3

Mira dan Kelly adalah duo sobat karib yang saat ini bersekolah di SMA yang sama. Meskipun demikian, keduanya memiliki karakter dan latar belakang keluarga yang berbeda. Mira adalah gadis tomboi dan anak orang kaya sedangkan Kelly adalah seorang gadis feminin dari keluarga biasa saja. Satu lagi perbedaan mendasar yang selalu menjadi bahan keluhan Mira, yaitu menurutnya mama Kelly lebih penyayang dibanding mama Mira yang penuntut dan perfeksionis. Maka, tak jarang keduanya berandai-andai bertukar tempat.

Suatu ketika, lingkup pertemanan mereka bertambah ramai berkat kehadiran Riku dan Aoi, dua cowok yang menghadirkan aura cinta pada keduanya. Kelly menyukai Riku, Riku menyukai Mira, dan Mira menyukai Aoi. Nah, ribet sepertinya urusannya. Apalagi, langsung atau tidak langsung telah tersulut api persaingan di antara Mira dan Aoi. Belum lagi, jalinan persahabatannya dengan Kelly terancam jurang kebencian, Mira tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Kelly seandainya ia menerima ‘tembakan’ Riku.

Silakan disimak romansa cinta monyet keempat sahabat dalam teen lit terbaru karya Hanna Natasha bertajuk Runner-Up Girl ini.

Fiuuuhhh, sekian lamanya saya tak lagi membaca novel-novel teen lit. Saya melewatkan setiap novel teen lit yang terbit setiap bulannya, padahal biasanya saya tetap menyempatkan baca barang satu atau dua buah novel, selain novel teen lit dari pengarang favorit. Di samping memang sebenarnya ingin menuntaskan-baca setiap novel metropop yang terbit, saya juga sudah merasa tidak pada ‘usianya’ untuk membaca novel teen lit, mengingat tak jarang saya keburu men-judge ketika tiba-tiba saya disodori cerita dengan tema yang itu-itu saja, eksekusi konflik yang biasa, karakter yang tidak kuat, plus gaya penulisan yang terlampau childish. Maka, ketika saya menyelesaikan novel ini, dan merasa begitu terhanyut, saya mendecak kagum. Saya suka novel ini.

Runner-Up Girl menyajikan konflik dari empat sahabat yaitu Mira, Kelly, Riku, dan Aoi, namun dengan porsi yang lebih menonjol pada Mira. Ia digambarkan sebagai seorang gadis yang haus akan prestasi namun selalu merasa kurang kasih sayang sang mama yang mengharapkan Mira selalu menjadi juara satu. Dua konflik disematkan padanya. Konflik asmara yang rumit dan konflik yang bersumber pada persaingan di bidang akademis antara Mira dan Aoi. Meskipun masih terdapat beberapa hal yang kurang sentuhan, saya cukup puas dengan konflik yang diciptakan dan solusi yang dipilih untuk mengakhiri konflik itu.

Tentu saja, temanya biasa. Pernik-perniknya pun tak ada yang istimewa. Singkat kata, cukup banyak novel teen lit yang telah terbit dengan tema, konflik, dan karakter yang serupa dengan novel ini. Tak hanya itu, selipan adegan memasak di rumah Aoi langsung menerbangkan ingatan saya pada adegan Cinta yang mengunjungi rumah Rangga setelah Cinta mendapat kabar bahwa Rangga cedera akibat dikeroyok, dan di sana terdapat adegan Cinta yang membantu Rangga memasak hidangan makan malam.


PERSIS! ASTAGAHHH!!! Pada saat itu, saya langsung ‘mutung’ dan berniat memberi dua bintang saja. Tetapi, saya telanjur terenyuh pada banyak bagian novel ini dan terhanyut dalam alur ceritanya, sehingga saya tetap dengan ikhlas memberikan empat bintang. Saya bimbang, hahahaha.

Secara khusus, saya cukup menyukai gaya menulis Hanna. Bahkan, beberapa dialognya cukup bagus dan cerdas dengan selipan sense of humor yang pas. Pada beberapa bagian saya tertawa membacanya. Berikut di antaranya:

Bertingkah konyol ternyata kadang diperlukan untuk membuat rileks pikiran. (hlm. 35)
Sahabat yang baik nggak menjadi beban bagi sahabatnya, tapi menjadi pendukung. (hlm. 41)

Sedangkan, ada satu bagian yang sangat memorable bagi saya. (Hanna, numpang comot yaaa...)

“Tapi, bagaimana cara menembaknya ya?” Kelly garuk-garuk dahi tak jelas.
“Ambil senapan. Taruh moncongnya di dada Riku, kemudian tarik pelatuknya. Gampang, kan?”
“Ah, Miraaaaa!” Kelly kesal. “Aku serius, tauuu!”

Persoalan cetakan, mulus. Hanya ada beberapa typo yang kebetulan saya temukan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:

(hlm. 61) Rik = panggilan Riku oleh Kelly, sebelum-sebelumnya dipanggil ‘Ri’ saja, entahlah, saya merasa inkonsisten
(hlm. 112) menganggu-angguk = mengangguk-angguk
(hlm. 154) ?” tanya Riku (kurang tanda baca titik)
(hlm. 156) memafkan = memaafkan
(hlm. 160) ada penyebutan Australia sebagai negara tempat studi Aoi oleh Mira, padahal (seingat saya) tidak ada sama sekali disebut negara tujuan Aoi sebelumnya

Overall saya suka dengan novel ini dan tetap memberikan empat bintang untuknya. Tak lupa, saya akan menunggu novel-novel Hanna berikutnya. Oiya, Hanna ini juga keren deh. Selain menulis, dia juga seorang penyanyi, yang pada Desember 2010 lalu telah menelurkan album Tetap Kupercaya. Oke, tetep produktif ya, Hann!

Selamat membaca, kawan!



Friday, April 6, 2012

[Resensi Novel Amore] Lullaby by Rina Suryakusuma

Ikatan dua bersaudari kembar
Rating: 3 out of 5 star


Judul: Lullaby
Pengarang: Rina Suryakusuma
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 240 hlm
Harga: Rp35.000
Rilis: November 2011 (cet. 1)
ISBN: 978-979-22-7730-2

Audy dan Rose adalah dua saudari kembar, bungsu dari keluarga Andrew dan Madeline Capelle. Sejak kecil Audy mendapat perlakuan istimewa oleh karena suatu penyakit mematikan yang dideritanya, menyisihkan Rose dari curahan kasih sayang orangtua dan kakak-kakak mereka. Namun demikian, bagi Audy, Rose adalah segalanya. Rose adalah saudari, sahabat, juga belahan jiwanya. Audy berusaha selalu melibatkan Rose dalam setiap episode kehidupannya. Itu juga yang membuat Mardi, kekasih Audy, dirundung gusar mengajak Audy ke tahap hubungan lebih lanjut karena Rose selalu menjadi penghalang.

Tetapi, Audy tak bisa dipersalahkan. Saudara kembar dipercaya memiliki ikatan batin yang teramat kuat dan Audy tak bisa begitu saja mengabaikan Rose. Jika akhirnya ia harus menikah, Rose juga harus menikah. Meskipun, dilihat dari sikap Rose yang tak pernah mau bersosialisasi dan lebih banyak mengurung diri di apartemen mereka, rasanya ajakan Mardi untuk menikah tak akan terjadi dalam waktu dekat. Apa yang harus dilakukan Audy untuk meyakinkan Rose agar mau menjalin hati dengan seorang lelaki?

Satu pertanyaan besar yang harus ditemukan jawabannya di novel ini: apakah ini nyata atau sekadar imajinasi?

Saya selalu suka dengan diksi yang diracik Rina Suryakusuma. Dalam dan menyenangkan. Bgai saya, diksi menjadi salah satu faktor utama untuk menentukan kenikmatan membaca suatu karya tulis, plus konsistensinya. Saya paling sebal jika di awal-awal tulisan diksi-nya konsisten menggunakan kata tidak/tak tiba-tiba di tengah-tengah muncul kata “nggak” yang tidak memiliki maksud dan tujuan lain. Itu, saya kategorikan fatal. Inkonsisten.

Berikut beberapa bagian kalimat yang saya suka:
Bagaimana cara kamu bilang pada matahari supaya dia jangan terbit lagi? Bagaimana cara kau bilang pada orang yang mencintaimu sepenuh hati, supaya tidak usah kuatir lagi padamu? (hlm. 22)

Tawa adalah obat paling manjur untuk kesedihan. Cinta yang tulus ialah terapi paling sempurna untuk semua sakit dan duka yang ia rasakan. (hlm. 118)

Premis novel ini adalah kekuatan terbesarnya. Jika kamu seperti saya yang gampang tertipu, kamu pasti akan mendesah “OMIGOD!” ketika penulis menyajikan twist yang begitu mengejutkan di tengah hingga menjelang akhir. Saya sampai memaki diri sendiri yang tak bisa menebak plot dari sejak mula. Saya baru menemukan clue-nya hampir di pertengahan novel (halaman 165, tepatnya). Astagahh! Dua jempol buat Rina yang berhasil menghadirkan twist ini.

Sayangnya saya tak bisa menikmati gaya ‘feodal’ yang dipilih Rina untuk menghadirkan tokoh-tokohnya dengan terlampau seringnya penyebutan nama lengkap mereka. Saya kurang begitu terhubung. Ada jarak yang tercipta antara saya dan aktor-aktrisnya. Seolah-olah saya duduk di kursi terbawah pada sebuah pertunjukan di panggung setinggi tiga meter. Saya melihat tapi tidak terlibat. Hal itulah yang menghalangi saya dari terhanyut kisah ini.

Selain itu, cerita hanya disokong kisah Audy seorang. Tak banyak subplot yang dihadirkan untuk mendukung kisah bersaudari kembar ini sehingga ada saat-saat saya ingin menaruh novel ini begitu saja dan beralih membaca yang lain. Andai saja penulis memberikan tikungan-tikungan pada jalan cerita ini, saya yakin guncangan twist-nya akan lebih terasa.

Untuk departemen cetakan, berikut beberapa temuan typo yang saya dapat:
(hlm. 18) kekanak-kanakkan = kekanak-kanakan
(hlm. 20) beraktifitas = beraktivitas
(hlm. 28) La Grande = Le Grande = inkonsisten
(hlm. 33) Karena = karena (huruf K harusnya tidak kapital)
(hlm. 34) pertunjukkan = pertunjukan
(hlm. 72) Arman = Armant
(hlm. 77) Tenggorakan = Tenggorokan
(hlm. 78) bidak = biduk
(hlm. 80, 220) praktek = praktik
(hlm. 94) dr = Dr = Dokter = inkonsisten
(hlm. 125) ...di antara keluarganya, dan Rose Tapi Audy sadar,... (ambigu)
(hlm. 149) “Jam setengah tiga subuh.... (hanya terasa tidak pas penggunaannya, hampir tak pernah waktu subuh jatuh pada jam kurang dari pukul tiga pagi, di zona waktu mana pun, di Indonesia)
(hlm. 220) klat = kilat

Oh, dan ini sepertinya sudah menjadi ciri khas seorang Rina, lebih memilih menggunakan kata ‘kuatir’ dibanding ‘khawatir’, jadi ya, sudah, saya sih tetap menyarankan menggunakan kata yang dianggap baku di kamus yaitu ‘khawatir’.

But, overall, saya tetap menyukai membaca novel ini. Sebuah pengalaman mengejutkan yang menyenangkan. Tiga bintang untuk twist-nya.


Selamat membaca, kawan!