Wednesday, April 18, 2012

[Resensi Novel Amore] Bella and the Beast by Astrid Zeng

Typo-nya bikin saya mual
Rating: 2 out of 5 stars


Judul: Bella and the Beast
Pengarang: Astrid Zeng
Editor: Raya Fitrah
Pewajah Sampul: Marcel A.W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 256 hlm
Harga: Rp38.000
Rilis: Maret 2012
ISBN: 978-979-22-8159-0

Bellatrix Wibisono merupakan bungsu dari tiga bersaudara pasangan pengusaha kaya raya, Hadi Wibisono dan Siska. Orangtua dan kedua kakak perempuan Bella resah karena sampai dengan umur menjelang 26 tahun, Bella tak pernah sekalipun dekat dengan laki-laki. Hal tersebut tak terlepas dari kekangan sang ayah selama ini. Maka, ketika orangtua dan saudaranya menjodohkan Bella dengan Demetri Yoso, keponakan dari konglomerat lain, pengusaha kaya raya, Bella – Demetri menjadi pasangan yang unik.

Demetri telanjur dicap sebagai monster dengan luka parut mengerikan di wajahnya dan tubuh besar-kekarnya, ditambah lagi dengan gosip yang menyebutkan Demetri adalah lelaki kasar yang suka memukul perempuan dan bahkan berniat memerkosa mantan tunangannya. Namun demikian, jalinan pernikahan Bella-Demetri tersambung juga. Dilengkapi pernik keluarga dan para sahabatnya, kisah si cantik dan si buruk rupa ini berusaha mencari jalan menuju kebahagiaan.

Apakah pada akhirnya cinta hadir di hati Bella meskipun ia selalu menganggap wajah Demetri menakutkan? Simak kisah romance yang judulnya merujuk pada dongeng terkenal dunia, Bella and the Beast, karya Astrid Zeng ini.

Saya masih tidak percaya ketika mendapati satu demi satu typo yang bertebaran HAMPIR di seluruh halaman novel ini (Lebay deh gue, nggak semua halaman juga kaleeee). Saya sampai kehabisan post it penanda halaman untuk beberapa kesalahan teknis lainnya. Saya penasaran, apakah tidak ada proofreader untuk novel ini? Jika jawabannya tidak ada, maka sungguh sangat disayangkan.

Dari segi cerita, sebenarnya saya suka dengan kisah ini namun hanya sampai dengan separuh bagian pertamanya saja. Ketika konflik tak beranjak dari topik si lugu dan si monster, saya jatuh bosan. Untunglah, saya memang sudah tersedot pada karakter Bella dari sejak awal kemunculannya. Lugu, polos, menggemaskan, meskipun tidak realistis juga. Sepolos-polosnya orang polos, Bella ini anak konglomerat. Apakah sekadar tak diperbolehkan berhubungan dengan lelaki lalu Bella menjadi sosok kuper yang tak bisa memperoleh asupan informasi? Tidakkah Bella seharusnya dapat menyerap informasi dari dunia luar melalui televisi, internet, atau media cetak? Entahlah, meskipun sudah diberikan penjelasan bahwa Bella tak pernah baca-baca media cetak, toh pada suatu kesempatan dia googling juga mencari informasi tentang Demetri. Jadi, pada dasarnya dia melek internet, tho? Belum lagi, sifat sang mama yang sepertinya demanding sedikit banyak tak mungkin membiarkan sang putri tumbuh menjadi perempuan oon. Ini menurut saya. Kan, karakter ciptaan penulis, suka-suka penulis donk ya.

Sebenarnya cukup banyak subplot yang dihadirkan untuk mendukung cerita, mulai dari kisah orangtua dan kakak Bella, sepupu-sepupu Demetri dan para wanita mereka, serta Sonya, sang mantan. Sayangnya, variasi subplot tersebut tak mampu membuat saya tetap terpaku pada kisah Bella-Demetri. Mulai dari pertengahan novel hingga ke belakang saya hanya ingin sprint untuk segera menuntaskan kisah ini. Alih-alih mendapat kepuasan di ujung jalan, ending novel ini pun tak memberikan sensasi apa pun.

Ketika saya sampai di halaman terakhir dan melirik promo di halaman tambahan, terlihat dari sinopsis dua novel Astrid terdahulu Sleepaholic Jatuh Cinta dan Suami Sempurna untuk Tatiana, sepertinya ketiga novelnya ini saling terkait. Tatiana-Michael-Tecla-Phillip telah hadir di dua buku tersebut. Tapi, entah mengapa, saya tidak tergerak untuk mencari-membeli-dan-membaca dua novel itu setelah tidak terpuaskan membaca Bella and the Beast ini.

Dari segi karakterisasi, penulis masih mengandalkan kekuatan verbal, menyebut Demetri berotot besar laksana raksasa dengan luka parut mengerikan di wajahnya secara berulang-ulang untuk menggambarkan sosoknya, dan bagi saya ini menjadi kurang menarik. Seharusnya melalui tindakan si tokoh dan perlakuan orang sekitar (bukan omongan), sosok Demetri bisa dihadirkan dengan lebih meyakinkan. Sampai tuntas membaca, saya tidak mendapat kesan bahwa Demetri adalah sosok the Beast dalam novel ini. Hal yang sebaliknya justru terjadi pada karakter Bella. Meski beberapa kali juga disebut menyangkut kepolosan, keluguan, dan kebodohan Bella secara verbal, namun sifat dan perbuatan Bella menguatkan karakternya yang menggemaskan itu.


Menyoal nama Bellatrix, mau tak mau bayangan Bellatrix Lestrange, si antagonis pembunuh Sirius Black dari serial Harry Potter mampir di ingatan saya. Kemudian, ketika mengetahui bahwa Bella di sini adalah sosok protagonis yang banyak menarik simpati, ingatan saya melayang ke tokoh Bella Swan dari Twilight Saga. Yahhh, begitulah saya. Selalu mengait-ngaitkan sesuatu yang mungkin tak ada kaitannya sama sekali. Hahaha.

Dan, membaca novel ini saya serasa entah memijak di negeri mana, meskipun kota-kota semacam Jakarta-Surabaya-Malang-Denpasar disebut berulang-ulang namun nama-nama tokohnya yang super-western semacam Bellatrix, Beatrice, Bibiana, Tatiana, Tecla, Michael, Demetri, Phillip, Peter, Patrick, tak meninggalkan setitik nuansa ketimuran. No big deal sih, secara pada zaman modern seperti sekarang nama-nama bernuansa Barat sudah sedemikian lazim digunakan orang, ini hanya karena saya yang produk lama, yang mendapat nama khas Indonesia dari orangtua, terkadang masih berharap para penulis menamai tokoh-tokoh mereka dengan nuansa Indonesia.

Berikut adalah segambreng typo yang saya temukan:
(hlm. 7) seorang orang cucu = pengulangan kata ‘orang’
(hlm. 9) paragraf keempat seharusnya dibagi menjadi dua paragraf
(hlm. 10) menatap ayah mereka tatapan bingung = ambigu
(hlm. 14) memeriksa siapa menghubunginya = ambigu
(hlm. 15) barang-barang yang dia jatuhkannya = pengulangan kata ganti
(hlm. 16) terpercaya = tepercaya
(hlm. 17) Demitri = Demetri
(hlm. 30) ke sekian kalinya = kesekian
(hlm. 40) menandatangangi = menandatangani
(hlm. 43) tandatangani = tanda tangani
(hlm. 44) tanda tangannya lalu menyodorkannya surat perjanjian = pengulangan kata ganti
(hlm. 48) baru menghentikan gelak tawanya menangkap raut tersinggung = ambigu
(hlm. 50) Bibina = Bibiana
(hlm. 58) menganggu = mengganggu
(hlm. 59) “Seperti apa?” Demetri sambil menolehkan = ambigu
(hlm. 61) keesokkan = keesokan
(hlm. 63) paragraf kedua yang dicetak italic, tidak konsisten, menyebut pernikahan mereka, padahal paragraf itu kata batin Bella yang berbicara
(hlm. 64) ditengah-tengahnya = di tengah-tengahnya
(hlm. 67) Phillip menepuk punggung Demetri lalu merangkul bahu sahabatnya = bukankah Demetri sepupu Phillip?
(hlm. 68) menghubungkan kolam area renang = area kolam renang?
(hlm. 68-69) yang tidak pernah dia bayangkannya = pengulangan kata ganti
(hlm. 69) Lalu wanita berdiri = sebaiknya ‘wanita itu’ berdiri
(hlm. 72) kurang tanda baca ‘titik’ pada paragraf kedua
(hlm. 73) Tinggal Bellatrix beberapa tiga orang perempuan = ambigu
(hlm. 74) mengamit = menggamit
(hlm. 77) kelam malam = kelab malam
(hlm. 82) pertanyan = pertanyaan
(hlm. 83) menandatanganinya tanpa tanpa = pengulangan kata ‘tanpa’
(hlm. 84) harus menelan kecewa karena = seharusnya kata benda ‘kekecewaan’
(hlm. 94) asik = asyik = inkonsisten
(hlm. 96) terlanjur = telanjur
(hlm. 96) pekik Tatiana Tatiana menaikkan = kurang tanda baca ‘titik’ di antara Tatiana dan Tatiana
(hlm. 98) Bellatrik = Bellatrix
(hlm. 104) menganggu = mengganggu
(hlm. 109) supir = sopir = inkonsisten
(hlm. 110) paragraf dua berisi kalimat berbahasa Jerman, perlu penjelasan
(hlm. 111) pernihakan = pernikahan
(hlm. 112) terlanjur = telanjur
(hlm. 115) memandangi Tatiana dan dan = pengulangan kata ‘dan’
(hlm. 116) semua tas sialan ini dan dan istriku = pengulangan kata ‘dan’
(hlm. 119) seseorang wanita tua = seorang
(hlm. 124) Demetri tergelak dan hingga tubuh Bellatrix ikut terguncang = ambigu
(hlm. 114) paragraf ketujuh kurang tanda baca ‘titik’
(hlm. 128) apa yang aku inginkan lakukan = ambigu
(hlm. 131) Tatiana marah hingga merusak malam pertamanya mereka = ambigu
(hlm. 132) ancaman akan akan = pengulangan kata ‘akan’
(hlm. 137) Demetri sudah menariknya lengannya = pengulangan kata ganti
(hlm. 137) mengenggam = menggenggam
(hlm. 141) Tadi kami tadi tergesa-gesa = pengulangan kata ‘tadi’
(hlm. 142) menganggu = mengganggu
(hlm. 142) lengangnya = lengannya
(hlm. 152) masih terdengar bibir keduanya = ambigu
(hlm. 152) menarik dua buah kotak bawah meja = ambigu
(hlm. 153) kearah = ke arah
(hlm. 154) ekpresi = ekspresi
(hlm. 157) menggeleng-gelengkankan = menggeleng-gelengkan
(hlm. 157) pawa = para
(hlm. 159) menganggu = mengganggu
(hlm. 166) Tatiana mengaduknya sup = mengaduk
(hlm. 182) mata coklatnya = mata cokelatnya
(hlm. 183) “Hei, kenapa kita mengabari Cindy tentang ide ini?” = sebaiknya ditambahkan kata ‘tidak’
(hlm. 186) meraba-raba perutnya putri bungsunya = pengulangan kata ganti
(hlm. 189) terbangung = terbangun
(hlm. 192) resiko = risiko
(hlm. 195) terbersit = tebersit
(hlm. 202) mengeliat = menggeliat
(hlm. 206) telalu = terlalu
(hlm. 209) mununjukkan = menunjukkan
(hlm. 215) terangangkat = terangkat
(hlm. 220) ke sekian = kesekian
(hlm. 225) Berapa jam yang lalu = Beberapa jam yang lalu
(hlm. 228) terbersit = tebersit
(hlm. 229) keesokkan = keesokan
(hlm. 233) meyadari = menyadari
(hlm. 233) Bellatirix = Bellatrix
(hlm. 249) di panggil = dipanggil
(hlm. 251) menununjuk = menunjuk
Fiuuuuhhh, gimana, banyak tidak? Saya benar-benar pusing ketika menandai satu demi satu kesalahan teknis cetakan ini. Sayang banget, ya?

Oiya, satu bintang saya persembahkan untuk karakter Bella yang menggemaskan dan satu bintang lagi untuk cover bunga tulipnya. Saya penyuka bunga tulip.


Baiklah, selamat membaca, kawan!

11 comments:

  1. *garuk-garuk kepala*

    Ini kenapa sih, postingan kok ada space kosongnya sampe segini panjangnya....duhhh...

    ReplyDelete
  2. tadinya mau beli, tapi jd pikir2 lagi deh hehehe...

    ReplyDelete
  3. Premisnya bagus, tapi kalau typo-nya narsis abis gitu sih jadi males bacanya~

    ReplyDelete
  4. ya ampun typonya banyak amat yah ckckckc...

    ReplyDelete
  5. Dari judulnya aku udah langsung bayangin cerita Beauty & The Beast. Tapi kalau Bella-nya jadi oon, ga tahu baca koran dll, tapi kepepet googling, rasanya hilang karakternya si Beauty di cerita ini deh.

    Trus baca deretan typo-nya...huaaa...males banget...
    UDAH PASTI AKU GA AKAN BACA BUKU INI.
    Cukup tahu aja dari review kamu! Hihihi....

    Makasih udah berbagi :)

    ReplyDelete
  6. Wah, untung baca dulu review ini. Sebelumnya pengin beli karena gue kepincut sama Sleepaholic jatuh cinta dan Suami Sempurna Untuk Tatiana. Tapi sekarang jadinya males, hehhee

    ReplyDelete
  7. upsss. typonya banyak banget yaa. tapi kayaknya ide ceritanya lumayan sihhh (lagi suka dengan genre mirip2 HR).

    ReplyDelete
  8. Astaga... typonya... kayak orang nyebar undangan... Batal deh beli bukunya apalagi dengan karakter Bella... Sepolos-polosnya orang masak sih nggak pernah baca buku, nonton tv, atau ngenet??? Jadi apa kerja Bella selama ini??? Disekap???

    *pertanyaan nggak penting*

    ReplyDelete
  9. hehehe....dr awal saya penasaran sama buku ini (dan masih tetap penasaran sih sekarang).

    Tapi sepertinya gak bakal buru2 beli deh. Coba cari pinjeman aja dulu lah.

    ReplyDelete
  10. saya suka alurnya..walau keliatan Bella terlalu polos, seperti tidak pernah menginjak masa-masa SMU dan masa remaja,hingga saya kaget di dalam cerita dia berumur sekitar 25 tahunan. aku kira dia masih sangat muda. tapi ceritanya lumayan bagus. tapi nama Bellatrix terlalu ribet untuk dibaca. good job Astrid Zeng, tetaplah berkarya.

    ReplyDelete
  11. cobalah baca..kalau menurutku sih tidak terlalu mengecewakan.. malah karna menarik,saya kadang baca berkali-kali.yag membuat saya menarik adalah Karakter Demetri yang misterius.dan Bella yang terlalu polos dan tidak dimengerti.tapi didalamnya ada yang sangat menarik dan tidak membuat bosan,soalnya percintaannya dibuat berbeda,kalau aku sih sudah bosan tentang percintaan remaja yang cuma gitu-gitu aja. terus perasaannya lebih peka. aku sih gak nyesel beli.aku pengen nambah cerita yang Tatiana sama yang satu lagi. sepertinya unik. kalo kesalahan sedikit-sedikit sih menurutku biasa terjadi. namanya juga tidak ada sesuatu yang sempurna. lagi pula kesalahn kan di cari-cari.coba deh cari juga unsur kebaikannya dan manfaatnya. kalau menurut aku sih banyak. dibandingkan dengan novel remaja yang cuma cinta2 aja lama-lama membosankan juga.

    ReplyDelete