Ayo, berantas typo!!!
Beberapa teman dekat sudah mafhum bahwasanya ketika membaca saya memang menyukai mendaftar temuan-temuan salah ketik/salah tulis/salah tanda baca/janggal dalam suatu buku. Tentu saja, kejanggalan menurut saya, yang perlu dikonfirmasi ulang juga.
Tidak serta merta saya menikmati aktivitas ini. Ketika saya mulai gemar membaca, saya masih abai dengan adanya pelbagai kejanggalan teknis cetakan tersebut. Bahkan, saya baru tahu bahwa kejanggalan semacam itu dinamakan typo adalah beberapa waktu lalu, ketika saya sudah gabung-aktif menjadi anggota komunitas Goodreads Indonesia dan bertemu dengan banyak pembaca yang meskipun tidak begitu terganggu tetap saja merasa risih dengan adanya typo.
Niatan awal saya sih hanya sekadar sebagai pengingat bagi siapa pun yang terlibat dalam penerbitan suatu buku agar lebih baik pada penerbitan selanjutnya. Juga, dikarenakan sebuah buku dapat menjadi sarana pembelajaran dalam hal berbahasa, buku yang bersih-typo diharapkan dapat menghindarkan terjadinya salah kutip dan atau salah penggunaan bagi siapa pun. Kalau dalam fantasi saya, malah terlintas di benak bahwa ada/tiada typo bisa menjadi salah satu pertimbangan sebuah buku dimenangkan dalam suatu kompetisi penulisan/awarding. Asyik kan, jikalau suatu buku yang begitu memesona ceritanya juga didukung teknis cetakan yang sempurna?
Nah, saya sering memberikan daftar (hampir) lengkap temuan typo dalam suatu buku, berikut halamannya. Tentu saja, saya tidak dapat menghafal luar kepala tentang letak typo-typo tersebut. Sebagai alat bantu penanda typo saya menggunakan post-it. Sebelum menggunakan post-it, saya tak segan melipat halaman yang ada typo-nya, lalu tersadarlah saya, saya telah merusak buku koleksi saya sendiri. Kemudian saya beralih dengan metode mencatatnya dalam suatu kertas/buku tulis. Namun, hal tersebut menjadi tidak praktis karena saya harus membawa pula kertas/buku tulis/bolpoin terus ke mana-mana, mengingat saya juga suka membawa buku yang sedang saya baca ke mana pun.
Dan, sudah beberapa waktu belakangan ini, saya menggunakan post-it yang dari bahan mika/plastik. Awalnya pakai yang berbahan kertas, nyatanya malah gampang lepas dan mudah tertekuk. Untunglah, ketika beberapa kali mampir ke toko buku, dan mencari alternatif lain jenis post-it, saya pun menemukan post-it berbahan mika, saya memilihnya. Dan, memang lebih baik. Masalahnya, beberapa waktu ini, dari 4 toko buku yang saya biasa datangi, saya tidak lagi dengan mudah menemukan post-it transparan yang saya inginkan. Eh, kemarin ketika ikut hadir dalam bincang buku "Perkara Mengirim Senja: a tribute to Seno Gumira Ajidarma" yang diselenggarakan oleh Goodreads Indonesia di toko buku TMBookstore Depok Town Square, saya menemukan post-it favorit saya. Tak tanggung-tanggung, saya langsung memborong 6 buah! Yayyyyyyyyyy......
Dan, sudah beberapa waktu belakangan ini, saya menggunakan post-it yang dari bahan mika/plastik. Awalnya pakai yang berbahan kertas, nyatanya malah gampang lepas dan mudah tertekuk. Untunglah, ketika beberapa kali mampir ke toko buku, dan mencari alternatif lain jenis post-it, saya pun menemukan post-it berbahan mika, saya memilihnya. Dan, memang lebih baik. Masalahnya, beberapa waktu ini, dari 4 toko buku yang saya biasa datangi, saya tidak lagi dengan mudah menemukan post-it transparan yang saya inginkan. Eh, kemarin ketika ikut hadir dalam bincang buku "Perkara Mengirim Senja: a tribute to Seno Gumira Ajidarma" yang diselenggarakan oleh Goodreads Indonesia di toko buku TMBookstore Depok Town Square, saya menemukan post-it favorit saya. Tak tanggung-tanggung, saya langsung memborong 6 buah! Yayyyyyyyyyy......
Sedang Dibaca: One Last Chance
Oiya, saat ini saya sedang membaca novel metropop keluaran terbaru berjudul One Last Chance karya Stephanie Zen. Sejauh ini sih, novelnya kocak nan menggemaskan, meskipun pada beberapa hal, sepertinya agak 'nanggung', tapi saya baru sampai halaman 100-an lebih dari total 287 halaman, jadi saya tak akan menilai lebih jauh sebelum menuntaskannya.
Baik, mari membaca, Kawan!
Wah hampir sama kayak saya, saya kalau baca juga suka nanda2in halaman, cuma kalau saya kurang teliti nyari typo jadi biasanya nandain halaman yg ada dialog/kutipan yg saya suka :). Tapi jeleknya saya suka ngilangin post-it, jadi masih sering nekuk ujung halaman buat tanda. Padahal ngerusak buku ya, duh >_<
ReplyDeleteIya, padahal pas melipat itu, kita sudah sekecil-kecilnya bikin lipatan ya...tapi kalau sudah selesai baca, baru sadar, eh, bukunya terlipat-lipat...:)
ReplyDeletePengen deh mulai mencatat typo dalam setiap review (cuma masih males) hehe..
ReplyDeleteKalo soal harga lebih ekonomis yg mana sebenernya? (kertas atau mika)
Soalnya lagi sebel juga sama post-it kertas tapi mau pilih mika sayangnya oh, kok jumlahnya jauh lebih dikit yaaa (Apa karena emang lebih tipis, jd keliatan lebih dikit?) :P
@Oky....hehehe, kalau saya lagi malas, biasanya cukup saya kasih 'note' bahwa buku itu ada typo-nya, tanpa perlu merinci, cukup sebagai 'warning' saja...:)
ReplyDeleteyang mika itu, harganya Rp6rb kalau di TMBookstore Depok ya, klo di Gramedia sepertinya Rp8/9rb (lupa, tapi lebih mahal). Nah, kalau yang kertas dulu masih belinya di Gramedia sekitar R7/8rb deh, memang lebih banyak pieces-nya...:)
Senjataku cuma 1, Blackberry!
ReplyDeleteCaranya? Gampang!
Buka halamannya, foto paragraf yang ada typonya, rename nama foto dengan halaman yang ada typo itu.
Tapi cara ini aku pake kalo lagi bacanya di rumah sih... Secara ga mungkin di tempat umum foto-foto buku, selain bahaya ngeluarin hape di tempat umum, ntar dikira orang gila motret-motret buku =P
Kalau lagi di tempat umum biasanya senjataku ya post-it sih. Biasanya aku potong kecil2, satu post-it bisa aku potong jadi 4 (irit apa pelit?)
@phie...nice idea, phie...bisa juga itu difoto, tapi klo pake BB, saya nggak tau cara men-silent bunyi jepretan kameranya, jadi berisik banget pas moto...
ReplyDeleteHahaha..sebelum nemu post-it yang kecil-kecil, saya juga dulu motongin post-it jadi beberapa bagian...:)
kebetulan aku bukan tipe pencari typo kayak ijul. Menandai halaman biasanya karena ada kata2 yg bagus atau kalimat yg mau dikutip waktu nulis review nanti. Itupun cukup pake pensil, melingkari halaman dan menggaris bawahi kalimatnya. Repot klo baca ebook, susah menandai kalimat yg mau dikutip.
ReplyDeleteAnyway, aku jd pembaca typo yg ditemukan ijul saja wkwkwk...
@Lila...hehehe, saya juga sekalian kok, menandai typo plus kalau ada kalimat oke yang bisa dikutip...ehmm, dipensil gitu, apa nggak sayang bukunya, Lila?
ReplyDeletewah ada ya post-it mika? sama dengan post-it kertas ga? kan yg kertas isinya berlembar2 gitu, yg mika gimana punya?
ReplyDelete@Jessica...itu yang di gambar, di sebelah novel One Last Chance itu dari bahan mika, per bundle isinya 20 pieces dan ada 7 bundle (140 pieces)...memang lebih sedikit dibanding yang kertas sih...:)
ReplyDeleteaku juga tau namanya Typo setelah ikut GR :) salut deh buat yang rajin nyatet Typo, aku juga suka merasa terganggu tapi males nandain ..:(. Semangatin Ijul aja deh biar lebih rajin 'memberantas' typo...semangat !!!
ReplyDeleteoh yaaa? mauu kak. :3 aku uda nyari di karisma, di gramedia, ga ada sama sekali. errrr. T^T
ReplyDelete