Halo, tweemans, bagaimana kabar bacaanmu? Buat yang ikut baca bareng minjul edisi novel Amore bertajuk
The Unbroken Vow karya Kezia Evi Wiadji, kalian sudah sampai mana? Tetap semangat membaca, ya, soalnya semakin ke tengah konflik dalam kisah rumah tangga Ivy Sutedja dan Ethan Wicaksana ini semakin "panas" dan bikin nagih pengin segera buka halaman-halaman selanjutnya.
Ganbatte!
Nah, sembari melanjutkan-baca, yuk sekarang kita ngobrol-ngobrol santai dulu seputar
The Unbroken Vow ini. Banyak hal yang bisa kita bahas dari novel ini, tapi untuk saat ini mari kita bahas soal
setting lokasi khusus dalam
The Unbroken Vow. Jika kalian sudah melewati bab-bab awal, tentunya kalian sudah tahu tentang
Ivy Bridal, kan? Belum? Wah, kalian mesti kelewatan bacanya, coba cek lagi di Bab 4.
Ivy Bridal adalah salah satu lokasi khusus yang cukup berpengaruh untuk keseluruhan jalan cerita novel ini. Dari tempat ini terwujud latar belakang profesi dan keseharian Ivy. Bersama rekannya, Hannah, Ivy merintis usaha ini sejak usia 28 tahun dan kini usaha mereka itu sudah menjejak tahun keempat.
Ivy Bridal memfokuskan usaha pada perancangan dan penjualan gaun pengantin. Sampai dengan batas bacaan sekarang, saya mendapati kesan bahwa
Ivy Bridal hanya melayani perancangan gaun pengantin khusus mempelai wanita.
Secara fisik, tampilan luar
Ivy Bridal digambarkan berada di satu kawasan rumah-toko (ruko) berlantai tiga.
Sedangkan untuk ilustrasi desain interior dan isi ruangan dideskripsikan secara mendetail oleh Evi di Bab 4. Dari pintu masuk, di sudut ruangan terdapat meja resepsionis (penerimaan tamu). Di lantai satu ini juga merupakan area pajang dengan etalase penuh gaun rancangan Ivy (dan Hannah?) yang ditampilkan melalui maneken, termasuk rancangan terbarunya.
Ruangan di lantai satu dilapisi parket berwarna kayu (parket berasal dari istilah berbahasa asing, yaitu:
parquette. Parquette berarti menyusun potongan-potongan kayu untuk dijadikan penutup lantai,
wikipedia) dengan dinding ber-
wallpaper motif klasik warna cokelat muda dengan panel putih di bagian bawahnya. Di beberapa tempat di dindingnya dipasang foto berpigura kuning keemasan yang menampilkan foto-foto gaun pengantin rancangan Ivy.
Naik ke lantai dua, oleh Ivy ruangan ini difungsikan sebagai ruang penyimpanan seluruh gaun pengantin dan aksesori sekaligus ruang
fitting. Ruangan dibuat serbaputih berukuran 60 meter persegi dengan pintu kaca sebagai pintu masuknya. Lemari berpintu cermin diletakkan menutupi seluruh dinding dan hanya menyisakan
space untuk pintu.
Terakhir, kita naik ke lantai tiga yang disekat menjadi dua bagian, ruang kerja pribadinya dan ruang
finishing. Pada bagian ruang kerjanya terdapat jendela. Ruang
finishing digunakan sesuai namanya yaitu untuk pemberian sentuhan akhir pada gaun rancangannya, seperti menambahkan aksesori semacam payet, renda, kristal, dan sebagainya.
Bagaimana, sudahkah tergambar tempat kerja Ivy? Dari
Ivy Bridal inilah keseharian Ivy membentuk karakternya. Pada waktu-waktu sibuk, Ivy bisa menghabiskan waktunya sepanjang hari (bahkan sampai lembur) di
Ivy Bridal. Tak jarang Ivy mengontak Ethan untuk menggantikan dirinya untuk menjemput Cindy dari sekolah yang akhirnya menjadi bumerang bagi Ivy sendiri. Ups... kita cuma bahas
setting, ya, soal cerita, yuk... kita teruskan-baca novel
The Unbroken Vow ini.
Selamat membaca dan berdiskusi, tweemans.
0 komentar:
Post a Comment