Sssst... can you keep a secret?
Rating: 3,5 out of 5 star
Read from 17 to 18 March, 2012
Judul: Pretty Little Liars (Para Pendusta Cantik)
Pengarang: Sara Shepard
Penerjemah: Linda Boentaram
Pemeriksa aksara: Natasya Ayu
Pewajah sampul: ABC Family
Pewajah isi: Husni Kamal
Penerbit: Ufuk
Tebal: 378 hlm
Harga: Rp44.900 (disc. 40%)
Rilis: Desember 2011 (cet. 1)
ISBN: 978-602-9159-92-9
Alison DiLaurentis, Aria Montgomery, Hanna Marin, Spencer Hastings, dan Emily Fields, adalah satu genk cewek-cewek cantik yang cukup disegani di SMP Rosewood Day, hingga suatu peristiwa membuat Alison menghilang dan anggota genk yang tersisa tercerai berai. Pada tahun ketiga setelah hilangnya Alison secara misterius, keempat gadis telah memasuki masa-masa SMA dengan segala pernik masalah kehidupan masing-masing.
Aria baru saja kembali dari Islandia untuk kemudian bertemu seorang cowok yang begitu disukainya sebelum ia tahu bahwa seharusnya ia tak boleh berhubungan dengan cowok itu. Hanna yang dulu gemuk dan minderan kini bertransformasi menjadi gadis cantik dan populer di SMA. Spencer adalah si kutu buku yang berusaha lepas dari bayang-bayang kakaknya untuk bisa tampil sebagai bintang di keluarganya. Dan Emily, sang anggota tim renang sekolah, berusaha mati-matian menemukan jati dirinya yang berbeda dari cewek kebanyakan. Lalu, datanglah semua SMS dan e-mail dari seseorang berinisial A pada masing-masing mereka, yang membuat mereka ketakutan, yang akhirnya merekatkan kembali hubungan pertemanan mereka demi melacak siapa sebenarnya si A yang tahu rahasia-rahasia yang mereka simpan.
Apakah mereka berhasil melacak dan menemukan si A misterius yang meneror hidup mereka itu? Simak pernik kehidupan Aria, Hanna, Spencer, dan Emily yang dipenuhi rahasia dalam novel pertama dari serial bestseller Pretty Little Liars karya Sara Shepard ini.
Saya terlebih dahulu terhanyut pada kisah ini justru dari menonton serial TV-nya yang ditayangkan oleh ABC. Alloy Entertainment yang memproduksi serial tersebut menyebutkan bahwa ide awalnya adalah ingin membuat serial “Desperate Housewives for teen.” Dan, bagi kalian yang pernah (suka) menonton Desperate Housewives sepertinya juga bakal mudah jatuh suka pada serial ini mengingat di awal ceritanya bisa dibilang “sangat” mirip. Lima orang perempuan, satu di antaranya bunuh diri (Desperate Housewives) atau menghilang (Pretty Little Liars), lalu satu demi satu rahasia terbongkar. Saya langsung suka!
As usual, kalau sudah terlebih dahulu menikmati versi filmnya, saya menjadi begitu mudah tergiring ketika membaca novelnya dan mulai mencari-cari mana bagian-bagian dalam novel yang berbeda dengan versi filmnya. Dan, untuk Pretty Little Liars ini cukup banyak perbedaan yang saya temukan pada kedua versinya. Beberapa perbedaan tersebut memang mengurangi kenikmatan membaca, misalnya jika di serial TV-nya Emily adalah anak tunggal, di novel ia memiliki dua orang kakak, namun no biggie lah. Saya tetap berusaha menikmati menuntaskan-baca novel ini.
Jujur, saya kesulitan membaca bagian awal dari versi terjemahan ini padahal ketika mengintip versi aslinya, sebenarnya cukup mudah dibaca, entah mengapa ketika diterjemahkan saya justru mengalami kesulitan mencerna kalimat per kalimatnya. Untunglah, setelah bagian awal itu, bab-bab selanjutnya mulai mudah saya baca, meskipun terkadang masih ada beberapa hal yang membuat saya mengernyit tak paham. Mungkin juga, saya terbantu dari pengalaman saya menonton versi serial TV-nya karena kalau pun saya sulit mencerna kalimat-kalimatnya, saya sudah paham ke mana tujuan adegan itu.
Dari segi karakter, saya suka rekaan Sara Shepard ini karena tiap karakternya dilengkapi dengan subplot yang kaya, dan karena novel ini sudah dideklarasikan untuk menjadi serial sehingga subplot yang banyak itu tidak membuat cerita utama menjadi terlupakan. Misalnya tokoh Aria yang harus mati-matian menjaga rahasia gelap sang ayah demi keutuhan keluarganya, juga tak lepas dari permasalahan lain seperti depresi, cinta terlarang dengan cowok di sekolahnya, dan sebagainya.
Rasa penasaran yang terbangun memang memiliki sensasi yang berbeda ketika membaca dan menonton filmnya. Pada versi novelnya, intensitas unsur misterinya dijaga hingga akhir halaman dengan baru mempertemukan keempat sahabat yang frustrasi menerima sms/e-mail dari seseorang yang berinisial A itu di bagian belakang, sedangkan di versi serial TV-nya keempat sahabat ini diceritakan sudah kembali saling bertegur sapa sejak dari episode awal (season 1: 22 episode). Jadi, ketika membaca novel ini saya tak henti-hentinya berdecak dan membatin (kepada para tokohnya), “Ayo Aria, curhat aja sama Emily, Hanna, atau Spencer, dia juga dapet kok sms-nya itu.” Saya sinting! Hahaha.
Terlepas dari gaya penerjemahan yang tidak begitu nyaman, saya tetap menyukai novel ini. Tentu saja, terima kasih kepada pembuat serial TV-nya yang menarik minat saya untuk membaca novel ini.
Selamat membaca, kawan!
promo Pretty Little Liars Season 1 (2010)
promo Pretty Little Liars Season 3 (2012)