Berapa kali kamu menyempatkan diri untuk memeriksa kembali tulisanmu sebelum dengan mantap mengirim naskahmu ke penerbit? Pernah, kan? Jangan bilang enggak pernah. APAHHH??? Enggak pernah periksa lagi naskahmu? Oh, TIDAK! Tolong, jangan bilang begitu. Kamu mesti-wajib-harus-bin-kudu ngecek lagi naskahmu. Biar apa? Biar secara teknis tulisan naskahmu sudah bagus. Dengan begitu, Tim Penerbit dijamin tidak "sakit mata" ketika membaca naskahmu pada kesempatan pertama. Perkara cerita, plot, karakter para tokoh, dan lain sebagainya akan diperhitungkan ketika naskah sudah resmi masuk tahapan penyuntingan, yang artinya kamu sudah mendapat kepastian naskahmu diterima dan dianggap layak untuk diterbitkan.
Pada kesempatan ini, saya ingin berbagi tips bagaimana cara memeriksa aksara (proofread) naskahmu sekali lagi. Sebelumnya, silakan cek dulu chirpstory terkait #proofreading ini yang pernah di-tweet Mbak Windy Ariestanty di akun Twitter pribadinya, @windyariestanty.
Chirpstory: How to Proofread Your Story by Windy Ariestanty
Saya sepakat dengan apa yang disampaikan Mbak W bahwa kewajiban untuk membuat naskah bersih dari kesalahan tulis (typo) merupakan kerja bersama. Secara umum, Tim Penerbit yang wajib mengemas naskah dengan kualitas optimal, namun peran penulis juga diperlukan.
Baik, saya akan berbagi tips #proofreading versi saya, yang selama ini saya terapkan berdasar pengalaman menjadi proofreader (atau editor) pada beberapa novel yang pernah saya kerjakan.
Kenali Penerbitnya
Meskipun dalam dunia bahasa Indonesia ada KBBI alias Kamus Besar Bahasa Indonesia (sudah edisi 4, versi online-nya atau biasa disebut kamus daring--dalam jaringan--masih menggunakan edisi 3, bisa cek di sini http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/kbbi/), namun setiap penerbit punya kebijakan sesuai standar masing-masing. Kebijakan tersebut lebih dikenal dengan sebutan selingkung. Saya sendiri tidak begitu paham apa makna harfiah selingkung, namun ada yang berpendapat selingkung diambil dari kata lingkungan--selingkungan--selingkung yang bermakna (kurang lebih) satu tempat; yang kemudian dapat diartikan bahwa sudah sewajarnya di satu tempat, standarnya harus satu.
Selingkung bisa mencakup apa saja. Penggunaan kata baku, tanda baca tertentu, hingga penggunaan kata serapan dari bahasa asing. Pun, disesuaikan lagi dengan naskahnya sendiri. Pada beberapa jenis naskah, kebakuan pengunaan kata atau tata bahasa bisa saja diabaikan. Jadi, jangan kaget apabila mendapat pesanan untuk menjadi proofreader di beberapa penerbit dan standar yang mereka gunakan berbeda-beda. Prinsip dasarnya satu: KONSISTEN. Biasanya, penerbit akan mengingatkan kita tentang penggunaan standar/pengaturan yang konsisten dalam satu naskah. Misalnya kata resiko yang bentuk bakunya di KBBI adalah risiko, apabila oleh suatu penerbit masih diperkenankan untuk menggunakan kata resiko, maka di seluruh naskah penyebutan kata "resiko" harus konsisten.
Tips: Sedari awal, sebaiknya mintalah dahulu contoh cara melakukan proofread atau bisa juga sekalian minta panduannya.
Sedangkan untuk penulis, berpegangan pada KBBI sudah pasti aman sentosa. Di sini, kamu bisa bilang, ini tugas Tim Penerbit untuk menyesuaikan dengan gaya selingkung mereka. Kamu enggak wajib tahu gaya selingkung penerbit. Sepanjang tulisanmu sudah sesuai KBBI dan kaidah EYD, itu sudah cukup.
Siapkan Peralatanmu
1. KBBI edisi terbaru (jika memungkinkan) atau cukup tengok KBBI daring.
2. Buku atau fail elektronik tentang Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) terbaru.
3. Koneksi Internet dan browser: antisipasi apabila ada hal-hal yang tidak kamu ketahui tinggal selancar saja, mencari informasi.
Rapikan Naskahmu
Sebelum menyisir kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf, sebaiknya kamu rapikan terlebih dahulu bentuk tulisanmu. Margin, spasi antarparagraf, bentuk dan ukuran huruf, dan lain sebagainya. Secara logika, naskah yang rapi akan memberi nilai lebih. Calon pembaca naskahmu pun akan menjadi semakin tertarik untuk membaca naskahmu. Kamu harus paham bahwa teknis tulisan semacam ini biasanya juga masuk dalam standar resmi penerbit.
Tips: cek lagi aturan pengiriman naskah yang ada di penerbit pilihanmu. Jenis huruf, ukuran huruf, spasi, jumlah halaman minimal/maksimal, dan lain sebagainya harus kamu pastikan sudah sesuai.
Ingat: 'kepatuhanmu' terhadap aturan standar pengiriman naskah juga bisa menjadi nilai tambah pada tahap penilaian.
Sekarang, Proofread Naskahmu
Pertama, pastikan semua pilihan kata (diksi) yang kamu gunakan sudah sesuai dengan kaidah penulisan berdasar KBBI dan EYD terbaru. Baca lagi naskahmu dengan perlahan, resapi diksi yang kamu pilih, lalu temukan kata-kata yang penulisannya masih membuatmu ragu. Buka KBBI atau KBBI daring, dan pastikan kata itu ada di sana. Apabila kata itu tidak ada, carilah padanan kata lainnya yang memiliki makna sama.
Berikut adalah beberapa kata yang masih sering salah dalam penggunaannya:
Jantungku mencelos. ==> KBBI: Jantungku mencelus.
sekedar ==> KBBI: sekadar
seksama ==> saksama
terlanjur ==> telanjur
terbersit ==> tebersit
praktek ==> praktik
apotik ==> apotek
...dan lain sebagainya.
Tips: perbanyaklah membaca, mendengar orang berbicara, dan mengetahui penggunaan bahasa yang terbaru. Jadilah orang yang selalu termutakhirkan (update).
Kedua, pastikan bahwa kamu tidak melakukan salah ketik atau justru kelebihan ketikan. Tujuan utama proofreading adalah meminimalisasi terjadinya kedua hal ini. Contoh salah ketik: ynag <yang>, kmau <kamu>, menganggu <mengganggu>, menyuka <menyukai>, menggangguk <mengangguk>, dan lain sebagainya.
Tips: tekan tombol Ctrl+F dan carilah kata yang paling sering kamu gunakan di dalam naskah yang kamu sendiri ragu soal penulisannya, misal mengganggu atau mengangguk.
Ingat: untuk mengubah kata jangan gunakan fitur Replace All. JANGAN! Susuri saja satu per satu kata yang ditemukan, lalu ubah jika memang tidak tepat.
Ketiga, pastikan bahwa naskahmu sudah mematuhi kaidah penulisan sesuai EYD, terutama soal penggunaan tanda baca, atribut, dan aturan pembakuan lainnya. Hal-hal yang paling sering terlewat, antara lain:
1. penggunaan partikel "di" untuk kata depan dan pembentukan kata kerja yang penulisannya digabung dan dipisah, misal: di depan, di antaranya, di sekeliling, di atas, diajak, dibawa, ditambal, dan lain sebagainya;
2. penggunaan partikel "pun" yang penulisannya digabung dan dipisah, misal: bagaimanapun, meskipun, walaupun, adapun, apa pun, siapa pun, kapan pun, dan lain sebagainya;
3. penggunaan tanda baca titik (.), koma (,), titik dua (:), titik koma (;), tanda petik ganda ("), tanda petik tunggal ('), dan lain sebagainya;
4. penulisan kata dari bahasa asing, lazimnya hampir semua penerbit mengikuti kaidah untuk mengursif (kursif = italic = cetak miring) kata-kata asing tersebut, kata asing juga mencakup dialek bahasa daerah (lokal), ya;
Tips: mutakhirkan wawasan bahasamu dengan berselancar di Internet. Jangan langsung telan mentah-mentah, pahami dan cari artikel penegas lainnya, apabila banyak artikel membahas satu topik yang sama dan berpendapat sama, maka kamu bisa menjadikannya sebagai patokan.
Klik tautan ini untuk belajar bahasa Indonesia yang lebih baik: Ruang Bahasa Indonesia Bapak Bataone.
5. pembentukan kata karena mendapat imbuhan, misal: angguk <menganggukkan bukan menganggukan>, tunjuk <menunjukkan bukan menunjukan, pertunjukan bukan pertunjukkan>, ketik <mengetikkan bukan mengetikan>, praktik <mempraktikkan bukan mempraktikan>, bentuk <pembentukan bukan pembentukkan>, dan lain sebagainya.
6. penulisan kata-kata tertentu, misal: serta-merta, deg-degan, blakblakan, terus-menerus, kacamata, saputangan, olahraga, dan lain sebagainya.
Keempat, pastikan bahwa naskahmu bebas dari hal-hal yang tidak perlu, misal spasi berlebihan.
Tips: tekan tombol Ctrl+F dan pilih fitur Replace, ketikkan spasi dua kali di kolom Find what dan ketikkan spasi satu kali di kolom Replace with lalu Enter.
Ingat: untuk mengubah jangan gunakan fitur Replace All. JANGAN! Susuri saja satu per satu lalu ubah jika memang tidak tepat.
Kelima, pastikan bahwa naskahmu menggunakan kata dari bahasa asing yang sudah ada serapannya. Menurut pengalaman (paling tidak, pengalaman pribadi saya), masih banyak pembaca Indonesia yang tidak menyukai bahasa gado-gado dalam suatu naskah. Selain kalimat utuh, cobalah untuk mengurangi penggunaan kata dari bahasa asing yang kata serapannya sudah ada di KBBI. Misalnya, piza untuk pizza, pai untuk pie, pantri untuk pantry, mimpi untuk dream, praktik untuk practice, jadwal atau skedul untuk schedule, dan lain sebagainya.
Tambahan:
Perhatikan penggunaan tanda baca titik (.) dan koma (,) berikut ini:
Contoh 1:
Aku mendengar Malika berteriak "Mati kau! Mati kau!"
seharusnya ditulis:
Aku mendengar Malika berteriak, "Mati kau! Mati kau!"
Contoh 2:
"Izinkan aku menjadi imammu, Nabila." kata Arif seraya menyodorkan cincin dalam kotak beledu merah kepadaku.
seharusnya ditulis:
"Izinkan aku menjadi imammu, Nabila," kata Arif seraya menyodorkan cincin dalam kotak beledu merah kepadaku.
atau ditulis:
"Izinkan aku menjadi imammu, Nabila." Arif menyodorkan cincin dalam kotak beledu merah kepadaku.
Demikian beberapa hal yang saya praktikkan ketika melakukan proses pemeriksaan aksara atau penyuntingan naskah. Tentu saja, hal tersebut sangat subjektif dan bisa dimodifikasi sesuai kebutuhan. Beberapa hal memang mutlak dilakukan (berkaitan dengan kebakuan kata dan kaidah penulisan berdasar KBBI dan EYD), sedangkan beberapa yang lain bisa diubah sesuka hati. Apa pun bisa dilakukan, yang terpenting kamu harus terbuka pada pengetahuan baru serta pendapat atau masukan dari orang lain.
Selamat memeriksa sendiri karyamu ya, tweemans.
Tautan untuk pengetahuan:
Blog Ivan Lanin: http://ivan.lanin.org
Blog Dina Begum: http://dinabegum.com (daftar blog penerjemah dan editor)
Keren, Bang Ijul... :D
ReplyDeleteSemoga ada manfaatnya, ya, Tha...kamu juga donk, bagi-bagi ilmunya...
ReplyDeleteArtikel yang luar biasa, Bang! :)
ReplyDeleteMakasih, Kang Opan....)
ReplyDeletesetujuuuu!
ReplyDelete