Wednesday, July 9, 2014

[Resensi Novel Romance] Destiny by Leonita Julian

Nasib yang terlalu acak demi sebuah "Destiny"
“Ingat-ingat saja tuduhan yang kalian katakan malam ini,
mungkin berguna nantinya kalau kalian sudah mengalaminya!”

Bibirku terkatup erat. Jantungku berdegup kencang. Otakku membeku seketika. Beberapa detik, kami dibuat tercengang oleh ucapannya. Entah apa yang ada di pikiran perempuan tak dikenal itu hingga tiba-tiba melontarkan kata-kata yang membuyarkan obrolan kami.

Ah, sudahlah! Aku tak akan menggubrisnya. Farewell party ini jauh lebih penting ketimbang memikirkan siapa dia dan apa maksudnya. Bernyanyi saja sepuas hati, menikmati makanan sekenyang perut, dan flirting dengan laki-laki manis di dekat panggung.

Sampai tak ada satupun yang menyangka, bahwa peristiwa magis malam itu meninggalkan jejak mendalam bagi kehidupan kami selanjutnya.

Judul: Destiny
Pengarang: Leonita Julian
Penyunting: Pratiwi Utami
Perancang sampul: Wirastuti
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 220 hlm
Rilis: 2014
Harga:
ISBN: 978-602-291-028-2

Destiny berkisah tentang 6 teman yang secara tak sengaja mendapat semacam 'kutukan' ketika sedang bersantai merayakan farewell party untuk melepas salah satu dari mereka yang akan meneruskan kuliah di Amerika. Kejadian aneh di Seminyak, Bali, itu lantas menjadi benang merah perjalanan keenamnya. Kejadian demi kejadian seolah terjadi seperti perwujudan dari kutukan yang secara tak terduga ditujukan kepada mereka.

Sejak halaman pertama, saya sudah terpukau dengan kalimat-kalimat indah nan inspiratif yang dirangkai oleh Leonita. Tak dimungkiri, sebagai penyuka-diksi-garis-keras saya banyak menandai kalimat yang quotable. Dan, baru saya tahu kalau sebenarnya novel ini berangkat dari tulisan di blog-nya Leonita, www.leonisecret.com (dituliskan di halaman akhir), yang memang inspiratif. Cukup banyak topik yang dianalisis dengan bagus oleh Leonita di blog-nya tersebut.

Namun demikian, ternyata saya kurang bisa terlarut dalam cerita yang dibangun novel ini. Lagi-lagi mungkin karena aslinya ini adalah pemikiran nonfiksi dari Leonita yang kemudian dibelokkan menjadi fiksi sehingga saya berasa beberapa bagiannya terkesan random banget alias acak dan cenderung membuat plotnya bias. Dan, sangat terlihat, sepertinya semua hal ingin dibahas di sini. Contohnya soal sixth sense (indra keenam) yang dibahas di awal-awal novel, tapi kok makin ke belakang saya nggak merasai pentingnya kemampuan indra keenam itu untuk si tokohnya, ya? Atau ada bagian yang saya lewatkan?


Lalu, berturut-turut juga diselipkan bahasan tentang weton, AIDS, LGBT, Twitter, fenomena twitwar, dan beberapa lagi yang lain. Memang, keseluruhannya sudah diupayakan untuk nge-blend dengan plotnya, tapi buat saya masih terkesan acak dan kurang menyatu dengan sempurna. Bahkan, beberapa topik tersebut terkesan hanya selewat dibahas. Mungkin, saya perlu membaca ulang novel ini di kemudian hari, siapa tahu bisa mengubah penilaian saya pada novel ini.


Dari karakter-karakter yang dihadirkan pun, maaf, saya kurang bisa relate dan menyukai satu pun. Semua serbagenerik di kesan saya. Tak ada yang benar-benar meninggalkan pesona yang sanggup membuat saya mengagumi si tokoh. Dan, entah karena premisnya memang diarahkan untuk menuju pada "destiny" yang sudah disiapkan, cukup banyak bagian yang sangat predictable. Jadi, dari awal saya tak mempersiapkan diri untuk mendapat kejutan-kejutan.

Pada akhirnya, saya menyukai buku ini karena diksinya yang menawan. Kalimat inspiratifnya membuat saya manggut-manggut dan berusaha mengambil hikmah atas semua yang terjadi.
"Mungkin kita cenderung menerima mereka yang dianggap sepadan, tanpa menyadari pantas mendapat ynag lebih baik. Kita cenderung mengecilkan diri sendiri, hingga tak menyadari sedang diinjak, atau menginjak." (hlm. 111)

Jika kamu sedang mencari bacaan yang bercerita tentang persahabatan dan liku-liku pencarian tujuan akhir yang membahagiakan, Destiny cocok untuk menemani waktu luangmu.


Selamat membaca, kawan.

My rating: 2,5 out of 5 star.

2 comments:

  1. JIah! Saya kira novel ini akan seperti Final Destination atau kalau nggak kayak serial HEROES.... wah, nggak rekomended dong, hemm

    ReplyDelete
  2. ada unsur thrillernya nggak mas ijul?

    -denok-

    ReplyDelete