Tapi, banyak orang mengajarkan untuk mendaftar mimpi kita, kan? Tentu saja, tak sekadar didaftar, tapi juga mengupayakan agar terealisasi. Maksudnya... ketika telah didaftar, kita didorong untuk mewujudkan mimpi itu. Dan, saya menuliskan "Ngubek-ubek Bras Basah" ke dalam daftar mimpi-mimpi saya. Perlahan, saya menapaki satu demi satu jalan untuk mewujudkan mimpi itu. Mulai dari mengumpulkan tabungan yang cukup, mengurus pembuatan paspor, mengajukan cuti ke kantor, memesan tiket, hingga benar-benar terbang ke Singapura.
My dream comes true. Saya menginjakkan kaki di Singapura pada 1 Februari 2015 silam. Dan selama 4 hari 3 malam, saya memaksimalkan kunjungan saya untuk tak sekadar liburan tapi juga berwisata buku di Negeri Merlion itu. Dan, setelah hampir dua tahun sejak saya membaca artikel yang ditulis Dewi, saya berkesempatan mewujudkan mimpi untuk menjelajahi Bras Basah Complex.
Bras Basah tampak samping :) |
Ngomong-ngomong, Bras Basah Complex ini terletak di daerah Bugis, dan tidak jauh dari stasiun MRT Bugis yang nempel dengan mal Bugis Junction. Jauh-jauh hari saya memang sudah memesan penginapan di daerah Bugis yang dekat dengan Bras Basah yaitu di The Pod - Boutique Capsule Hotel yang terletak di jalan Beach Road. Makanya, ketika sampai di Singapura sekitar pukul tiga atau empat sore dan masih cerah banget, saya memutuskan berjalan kaki dari hotel ke Bras Basah. Niat awalnya, sih, biar hari-hari berikutnya saya langsung ngeh bagaimana cara menuju ke sana dan memetakan suasana Bras Basah agar misi berwisata bukunya lebih fokus. :) Oiya, tepat di sebelah kompleks Bras Basah adalah perpustakaan umum (public library) yang menjadi bagian dari perpustakaan nasional Singapura, National Library. Saya sempat masuk sebentar ke sana, dan subhanalloh, bagussss bangettt, luasssss, buanyaaakkk lagi koleksinya (terutama fiksi, hehehe)... tapi saya tak berani ambil foto, meski saya tak melihat ada tanda larangan memotret.
Sejujurnya saya membayangkan Bras Basah yang dijuluki The Center of Books and Art ini bakal tampak seperti surga buku. Di mana-mana buku. Lihat kiri - buku, lihat kanan - buku, lihat atas - buku, dan lihat bawah pun buku. Hmm, saya mestinya lebih teliti membaca artikel Dewi, di situ Dewi pun sudah menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun Bras Basah mengalami penurunan, baik dari segi penjual maupun pembeli (buku). Karena itulah, saya menjadi agak sedikit kecewa ketika sampai di Bras Basah dan menemukan fakta bahwa kompleks itu hampir mirip dengan Bursa Buku Murah di kawasan Blok M Square. Malahan, kalau dari segi penjual, jauh lebih banyak di Blok M. Yah, tapi, buku-buku di Bras Basah tentu saja buku berbahasa asing yang koleksinya lebih update ketimbang di Blok M yang kebanyakan menjual buku-buku impor jadul.
Selalu begitu. Sebagai pelancong yang suka berwisata buku, saya memang lebih disetir rasa "penasaran". Mungkin yang saya kejar bukan hasil buruan, tapi lebih ke perasaan terpuaskan bahwa saya sudah sampai di tujuan dan mengetahui bagaimana rupa dari tempat tujuan tersebut. Tapi, ini Singapura. Untuk menuju ke sini saja, banyak sekali tahapan yang harus saya lalui plus pengorbanan waktu dan biaya, jadi kekecewaan enggak boleh mengurangi semangat berwisata buku. Akhirnya, saya memutuskan untuk menikmati apa yang ada dengan mengelilingi kompleks dan mencoba mencari buku-buku incaran atau buku-buku yang menarik minat.
kayaknya cabang toko buku Popular ini satu-satunya toko buku besar (franchise) yang bertahan di sini, ya. |
Karena memang niatnya berwisata buku (murah), maka meskipun saya nemu buku incaran tapi kalau harganya lebih dari SGD10 (IDR95.000), saya enggak beli, hehehe. Saya menargetkan untuk mencari buku-buku dengan harga di bawah SGD5 atau kalau benar-benar buku yang bikin ngiler, harganya mesti di bawah SGD10. Total tiga kali saya mengunjungi Bras Basah selama saya berada di Singapura.
saya lebih banyak nongkrong di toko buku ini, di lantai dasar, yang keliatan dari samping, saya lupa nama tokonya....fufufu |
Nah, selain ke Bras Basah, sebenarnya saya ingin menjelajahi toko buku-toko buku lain yang ada di Singapura, dengan peta yang saya ambil dari Internet ini.
Saya hanya beli ini yang di obralan Lucky Plaza (agak nyesel, sih, enggak banyak belinya, padahal ada beberapa buku yang saya pengin juga).
Masih banyak toko buku yang mestinya saya sempatkan untuk dikunjungi, namun saya merasa tak punya cukup banyak waktu lagi karena ternyata saya terlena dan memuas-muaskan diri dengan mengunjungi tempat-tempat wisata populer Singapura. Tahu-tahu, sudah hari Rabu, 4 Februari, dan saya harus berkemas untuk melanjutkan perjalanan wisata buku ke Kuala Lumpur, Malaysia. Cerita dari Kuala Lumpur, akan saya bagi di postingan selanjutnya, ya.
Btw, meskipun agak sedikit kecewa, kalau sekiranya saya mendapat kesempatan berkunjung kembali ke Singapura, saya akan tetap mampir lagi ke Bras Basah (semoga masih akan terus ada).
Happy book-shopping! *grin
Ya ampuuunnn....itu di fotomu ada wishing chair. Mupeeengggg.
ReplyDeleteBtw tokbuk di Bras yg memuaskan emang cuma di lantai dasar itu. Langgananku juga di situ. Bisa ditawar lhoo
Makasih postingannya informatif sekali.
ReplyDeleteWaktu itu beli berapa buku? Kalau beli buku bekas gini ada batasan untuk bea masuk ke Indonesia nggak? Saya suka bingung kalau mau belanja banyak, takut kena bea masuk