gambar dari: http://votemenot.com |
Sejatinya, kalau untuk tujuan bersenang-senang pergi ke Bandung sendirian itu tidak enak. Mesti beramai-ramai atau beromantis berdua pasangan. Saya selalu mati gaya setiap sudah berada di Bandung, bingung mesti ke mana untuk bersantai sembari menghibur diri. Apalagi saya terlampau ansos alias antisosial --baca buku, kuping disumpal earphone-- kalau sudah jalan. Dan, saya pun bukan penganut prinsip, "Bertanyalah jika kamu tak tahu jalan". Lebih seringnya saya menggantungkan harapan pada aplikasi peta digital di gadget dan baru akan bertanya pada orang jika sudah benar-benar kepepet.
Tetapi, pelesir saya ke Bandung tanggal 30-31 Agustus ini terasa berbeda karena sejak mula sudah saya niatkan untuk berkeliling Bandung, mencari tempat-tempat yang dapat memuaskan keinginan saya untuk berwisata buku. Saya memang merencanakannya, sih, tapi tidak sampai mendetail. Paling banter saya hanya memesan tiket Jakarta-Bandung-Jakarta, mem-booking hostel untuk semalam, dan menandai titik-titik potensial untuk mendapatkan buku incaran. Karena keseluruhan rencana "Wisata Buku Bandung" kali ini masih random maka saya tak mengontak teman komunitas saya yang ada di Bandung dan kembali memercayakan langkah pada berbagai informasi tentang tempat berbelanja buku di Bandung yang saya temukan di Internet.
Saya berangkat ke Bandung menggunakan travel Xtrans dengan jam keberangkatan pukul 09.45 WIB, setelah saya selesai siaran di RPK FM. Saya lupa pastinya berapa lama waktu tempuh ke Bandung, tapi saya sampai di Cihampelas kurang lebih pukul 12.30 WIB. Setelah menyelesaikan urusan pribadi di kantor Xtrans Cihampelas, saya mengecek kembali ringkasan rute perjalanan saya dan akhirnya memutuskan naik angkutan "angkot" kota jurusan Caheum - Ciroyom di Jalan Cipaganti untuk menuju destinasi pertama saya.
Destinasi #1: Reading Lights - Jalan Siliwangi
Beberapa tahun lalu, berbarengan dengan rombongan menghadiri nikahan seorang teman (atau jelajah buku, ya? Lupa!), saya pernah ikutan mampir ke kafe baca ini. Berhubung saya bukan pengingat rute yang baik, saya pun lupa lokasinya. Beruntung saya pernah mendapat penugasan kantor untuk mengikuti kegiatan (dan menginap) di daerah Jalan Hegarmanah dan Jalan Cihampelas sehingga saya lumayan familier dengan kawasan Cihampelas. Ketika mengecek peta saya pun tersenyum senang karena Jalan Siliwangi yang akan saya tuju ternyata adalah rute jogging saya pada satu kesempatan menginap di Jalan Hegarmanah mengarah ke kompleks ITB. Wah, kebetulan sekali. Saya ingat betul lokasi itu. Maka, dengan sedikit percaya diri saya naik angkot dan turun di Jalan Siliwangi dan langsung mendapati Reading Lights begitu angkot berbelok sedikit dari pertigaan Jalan Setiabudi dan Jalan Cihampelas. Alhamdulillah.
foto-foto dari akun Twitter @ReadingLights |
Tempatnya masih tetap se-cozy yang saya ingat, meskipun untuk kali ini saya tak memesan makanan atau minuman. Saya langsung berkeliling di ruang pajang koleksi buku-buku impor bekas yang boleh dipinjam-atau-dibeli itu. Saya tak menghitung pasti ada berapa rak, tapi kalau tak salah ada tujuh rak (ada yang besar, ada yang kecil) ditambah meja kecil untuk menaruh majalah. Saya memang mendapati banyak nama-nama populer di dunia perbukuan: Stephen King, Iris Johansen, John Grisham, Lisa Kleypas, Anita Shreve, dan lainnya, namun buku yang menarik minat saya tak banyak kalau tak bisa dibilang tak ada, hehehe. Namun, dasar saya: masak udah jauh-jauh sampai sini nggak beli apa-apa, maka saya pun mencomot dua novel yaitu Kiss of Midnight-nya Lara Adrian dan Back in Black-nya Lori Foster. Masing-masing seharga Rp35 ribu. Setelah beres membayar saya langsung cabut dan melanjutkan ke destinasi kedua.
Destinasi #2: Books (Imported Novels) di Baluran Town Square (Baltos), Jalan Tamansari.
Di sinilah masalah malu-bertanya-sesat-di-jalan benar-benar terbukti. Sebenarnya saya tahu di mana Jalan Tamansari itu (dekat sekali dengan Jalan Layang Pasopati yang terusan dari Jalan Cihampelas), hanya saja jalanan Bandung dan rute angkot yang meliuk-liuk membuat saya keder. Setelah mencoba menebak-nebak dari arahan peta dan data rute angkot yang saya punya, dengan agak ragu saya naik angkot Caheum-Ciroyom (entah yang mengarah ke mana, tapi yang jelas langsung melewati Cihampelas setelah menyeberang dari Reading Lights). Setelah berputar-putar tak tentu arah (sayanya, sopir angkotnya sih tahu arah) penumpang angkotnya tinggal saya dan Aa sopirnya bilang saya salah jurusan. Matik! Untung beliau baik dan mau mengantar saya untuk mendapatkan angkot yang benar (angkot Sadang Serang-Caringin mengarah ke Baltos).
Akhirnya, saya nemu juga si Baltos itu. Fiuhhh. Lagi-lagi saya lupa mengecek jam, tapi kalau tak salah sekitaran pukul 2 siang lebih saya sampai di Baltos. Dan, untung saja saya sudah nyaman masuk ke pusat perbelanjaan itu, karena tak lama setelah turun dari angkot ternyata hujan deras. Alhamdulillah.
Saya mendapat informasi tentang toko buku "Imported Books" dari catatan blog makhluklemah.wordpress.com. Sayangnya, saya kurang cermat membaca sehingga saya membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memutari Baltos untuk menemukan letaknya. Ya Tuhan, padahal sudah jelas dia menuliskan "Toko Imported Books ada di lantai tiga Baltos". Haishh. Untunglah akhirnya ketemu. Dan, karena lagi-lagi saya kurang cermat, saya tak menyangka bahwa toko buku "Imported Books" itu ya Books itu. Paling tidak saya bisa menduga bahwa koleksi buku jualannya. Banyak dari segi jumlah, tapi 'ajaib' untuk saya sehingga jarang yang menarik minat. Akhirnya saya pun memutuskan membeli seri Narnia-nya CS Lewis dan novel Agatha Christie - Elephants Can Remember (eh, novel-novelnya Agatha Christie lumayan banyak di situ). Setelah kelar bertransaksi, saya sempatkan makan di HokBen lantai dua sambil mengecek peta. Saatnya menuju hostel terlebih dahulu.
Melalui agoda.com saya mencari penginapan murah yang dekat dengan Stasiun Bandung (St. Hall) karena untuk balik ke Jakarta hari Minggu-nya saya naik kereta. Dari kemarin-kemarin kepingin menginap di Unique Guesthouse di Jalan Ence Ajiz yang kamar paling murahnya di bawah Rp100 ribu (harga agoda belum biaya administrasi). Sayang, lagi-lagi sudah terisi penuh. Maka saya mencoba mencari yang lain dan ketemulah si Venice Guesthouse di Jalan Kebon Sirih. Masih disertai dengan acara 'mengukur-jalanan-Bandung' alias jalan kaki karena sok tahu jalan itu, akhirnya saya sampai di guesthouse yang bersebelahan dengan semacam kantor dinas apa gitu dan berdempetan dengan Hotel Kenangan. Semalam di situ kena Rp190 ribu (tarif agoda 140-an ditambah biaya administrasi). Lumayanlah, saya memang tak mencari yang mewah. Saya pilih kamar single. Fasilitas: ranjang king size, AC, televisi mungil dengan channel lokal, handuk, dan rak yang menyatu dengan dinding. Kamar mandi luar (shared bathroom) dan disediakan dispenser jika ingin membuat kopi atau teh atau minuman hangat lainnya. Dapat makan pagi sama free wifi di lobi kayaknya, tapi karena saya sibuk keluyuran, saya tak memanfaatkan keduanya.
Destinasi #3: Pameran Buku Bandung di Landmark (Jalan Braga)
Sekali lagi, saya merasa sok tahu jalan jadinya memutuskan untuk jalan kaki saja. Dekat kok sebenarnya, tapi karena sudah berkeliling dari siang saya agak capek. Syukurlah saya masih kuat dan sampai di Landmark-Braga dengan selamat, hehehe.
Untuk event Pameran Buku Bandung-nya sendiri, hmm, bagaimana ya. Kalau diperbandingkan dengan book fair yang kerap diselenggarakan di Jakarta, tentu kalah jauh. Apalagi venue-nya juga tidak sebesar Istora Gelora Bung Karno (Senayan) atau Jakarta Convention Centre (JCC). Plus, beberapa peserta pameran sudah biasa menjadi peserta book fair di Jakarta, jadi tak banyak kejutan buat saya. Tapi, untuk sebuah pameran buku, lumayanlah ya. Cukup seru untuk dikunjungi oleh warga Bandung.
Setelah berputar-putar dari satu stand ke stand lain, untuk yang akan mengunjungi pameran, saya rekomendasikan (dari segi penawaran diskonnya) mampir di:
- Stand Mizan (stand utama diskon 30% all items, sedangkan stand satunya lagi jual buku obral, yakin bisa bikin kalian kalap: Wonderstruck, buku-buku Alyson Noel, seri fablehaven, novel pemenang dan finalis lomba Qanita Romance, Bintang Belia, Flavor series, dan masih banyak lagi dijual rata-rata 10-30ribuan).
- Stand toko buku Ten Comics yang tidak hanya menjual komik tapi juga banyak buku fiksi dan non fiksi. Novel-novel terbitan Penerbit Matahati dan StudioKata Books dijual dengan harga miring di sini.
- Stand Penerbit Divapress. Ada beberapa novel teenlit dan buku nonfiksi yang dijual Rp15ribuan.
- Silakan dilirik: stand Republika, stand Gramedia (aihhh, gaje banget koleksinya, mengecewakan), stand Agromedia (buku baru dan best-seller harga normal, TANPA DISKON, apahhhhh??? MENGECEWAKAN), dan beberapa stand buku campur-campur yang menjual buku dengan harga Rp10-30ribuan.
Mempertimbangkan beban yang mesti saya angkut balik ke Jakarta, saya cuman mencomot buku-buku ini:
Destinasi #4: Pasar Palasari
Sejak lama saya ingin banget menyambangi Palasari. Ngomongin wisata buku di Bandung, pikiran saya selalu mengarah ke nama ini. Maka, Minggu pagi, setelah berkeliling naik angkot ke Lapangan Bandung Lautan Api di Tegallega saya memutuskan untuk mencoba berkunjung ke Palasari. Sekali lagi saya mengecek rute angkot dan memilih naik angkot jurusan St. Hall - Gede Bage. Sebenarnya naik angkot itu saja cukup, nanti berhenti di pertigaan Jalan Palasari (angkot tidak mengarah ke pasar buku Palasari) turun dan jalan kurang lebih 100-an meter sudah ketemu, kok. Tapi, karena saya belum tahu akhirnya ikut saja anjuran sopir angkot Gede Bage tadi untuk menyambung angkot yang mengarah ke Palasari.
Well, agak kecewa juga ketika sampai di pasar buku Palasari. Jauh dari ekspektasi saya. Oh, enggak jauh beda sama Kwitang sebelum dipindah ke Pasar Senen, ya. Stand-stand buku (buku bekas, buku baru, buku bajakan; novel, buku kuliahan, buku sekolahan; jasa sampul plastik) berjajar cukup banyak. Sayang, mungkin masih terlalu pagi (belum pukul 10), beberapa stand belum buka. Karena tujuan saya mencari novel-novel yang mungkin belum saya punya, saya tak menemukannya di sini. Kalaupun ada buku yang belum saya punya, itu bukan buku incaran saya. Saya kembali ke hostel dengan tanpa membeli buku apa-apa. Ya, paling tidak, akhirnya rasa penasaran saya akan pasar buku Palasari terbayar tuntas, hehehe.
Nah, itulah tadi sesi wisata buku saya ke Bandung dua hari ini. Seru, sih, meskipun mungkin akan lebih seru lagi kalau ramai-ramai, ya. Paling tidak kalau nyasar kan ada temennya, hehehe. Dan, perlu data dan informasi lain tentang tempat-tempat berburu buku. Baiklah, tweemans, selamat berwisata buku!
Keren Bang jalan-jalannya. :) Jadi ngiri pengen jajal Bandung juga
ReplyDeleteAjak juga dong Kak Ijul, ajakin aku *orang Bandung sendiri padahal*
ReplyDelete@Adin...sempatkan untuk berkunjung kalau bisa, yaaa...:)
ReplyDelete@Syifaa....haishhh, ayo, masih bisa tuh diputerin tempat-tempat hunting buku keren di Bandung. Kalau kamu nemu tempat yang lain, infoin yaa...siapa tahu aku bisa berwisata buku lagi ke Bandung.
Baltos itu Balubur Town Square, kakang Joel, bukan Baluran XDD
ReplyDeleteBukan promo hehe, tapi di Palasari, jajaran toko di paling belakang ada cabang BBC (Bandung Book Centre) seperti yang ada di foto di atas (toko pinggir jalan cat warna kuning itu) tapi di cabang ini menurut saya jauh lebih lengkap dibanding cabang yg di pinggir jalan. segala genre ada (toko ini cukup terkenal sama buku-buku kedokterannya yg lengkap dan diskon yg dulu sampai 25% setiap hari) ^^
ReplyDeletePBB bulan ini memang gak begitu oke koleksinya. Masih bagusan yang Maret lalu pas Pesbuk2014 (Pesta Buku Bandung). Yang PBB ini cuma karena ada stand Gramedia group ( itu pun koleksi dan diskonnya nggak oke, masih mending bazar di Gramedia Merdeka pas habis lebaran). Tapi lumayan pas aku dateng hari terakhir, dapet novel langka Forever Yours-nya mbak Karla.
ReplyDeleteAku belum pernah yg ke no. 1. Kapan2 ke sana ah.. btw, Baltos padahal deket kosan aku, mas Ijul.. kepleset juga sampe. Haha.. Kalau berkabar kan bisa ketemuan :D
ReplyDelete