Kupandangi kamu dengan wajah memelas. Berharap kamu mau menyingkap apa yang sedang kita alami sekarang. Kamu tetap pada pendirianmu, bungkam. Pura-pura tak ada hal besar yang baru saja terjadi.
Bagaimana mungkin semua baik-baik saja? Di hari pertunangan kita, segerombolan orang menyerbu rumah. Tembakkan diletuskan. Peluru. Jeritan orang-orang. Dan, kamu membawaku kabur masih dengan kebaya impian yang kini terasa menyiksa dipakai di saat yang tak sepantasnya.
Hari yang seharusnya bahagia, menjelma tegang dan penuh tanya. Kenapa kita harus lari? Belum cukupkah aku mengenalmu sejauh ini?
Aku tak siap menyambut kenyataan. Tak siap jika harus kehilangan. Tak kuat menahan rasa takut yang berkepanjangan.
Judul: Gloomy Gift
Pengarang: Rhein Fathia
Penyunting: Pratiwi Utami
Pemeriksa aksara: Septi Ws
Perancang sampul: Wahyudi
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: iv + 284 hlm
Harga: Rp54.000 (persembahan pengarang)
Rilis: Maret 2015
ISBN: 978-602-291-089-3
Horeee... ada yang berbeda dari novel romance yang biasa saya baca. Dari sejak tahu bahwa akan ada unsur aksi dalam novel ini, saya enggak sabar buat segera baca. Saya sungguh-sungguh berharap makin banyak penulis novel romance yang menyelipkan beragam tema dalam cerita buatan mereka. Biarkanlah FTV dan sinetron kacangan di TV punya pola cerita manis yang mengada-ada dan serba mudah ditebak, mari kita perbanyak cerita novel yang penuh unsur kejutan. Tak melulu hanya cerita cinta-cintaan semanis gulali.
Benang merah Gloomy Gift tetaplah jalinan kisah asmara antara seorang gadis pemilik gerai jasa penyedia kado, Kara Arkana, dengan arsitek slash penyelidik bayaran untuk kasus-kasus berbahaya, Zeno Ramawijaya. Dimulai dari adegan pertunangan yang sakral untuk keduanya lalu dilanjutkan dengan serentetan kejadian yang menyerempet maut. Tempo adegan yang serbacepat membuat pembaca (saya) enggan untuk meletakkan buku ini sebelum menyelesaikannya.
Basically, tulisan Rhein tetaplah manis. Jadi, buat yang suka CoupL(ov)e atau Seven Days tak perlu khawatir kehilangan sentuhan tulisan Rhein yang sesekali mendadak romantis. Meskipun sebagian besar bernuansa tegang dan kita dibuat menduga-duga, kisah romantis antara Kara dan Zeno cukup terasa. Meskipun tak banyak adegan intim di sela-sela serangkaian adegan kejar-kejaran dan baku hantam, chemistry dua sejoli itu tetap terjaga. Dan, saya ikut merasakan bagaimana kegamangan mereka dalam memperjuangkan cinta.
Entah ini kekurangan atau kelebihan (biar jadi fokus), bumbu cerita Gloomy Gift hanya soal Zeno dan perusahaan rahasianya melawan perusahaan Lintang Samudra. Jika saya tak salah menangkap maksud dari beberapa penjelasan mendetail soal perusahaan Zeno, Save Your Life (SYL), apa iya cuman menerima satu order dalam satu waktu? Bukankah urusan dengan Lintang Samudra ini semestinya hanya tanggung jawab Zeno? Maksud saya, akan menjadi lebih kompleks dan seru jika anggota SYL yang lain juga kebetulan menerima order dari klien lainnya.
Namun demikian, Rhein benar-benar berhasil membawa nuansa drama aksinya dengan cukup baik. Tapi, jangan juga langsung percaya pada saya. Selama ini saya memang lebih banyak berkutat dengan novel romance cinta-cintaan biasa, jadi saya memang gampang terkecoh dan sulit menangkap bolong pada tipe cerita semacam Gloomy Gift ini. Mungkin buat kamu yang suka membaca novel aksi, thriller, atau misteri, bisa saja menemukan blooper atau plot hole dalam Gloomy Gift. Sementara ini, buat saya, Gloomy Gift cukup rapi dalam membungkus drama aksinya.
Menyoal karakter yang hadir dalam novel ini, saya pun cukup terkesan. Belakangan ini saya sedang keranjingan menonton serial TV semacam How to Get Away with Murder, Scorpion, Scandal, dan Madam Secretary, yang menyajikan drama penuh intrik dan orang-orang (yang tampak) genius dalam peran mereka. Dan saya merasa tokoh-tokoh dalam Gloomy Gift cukup unik dengan bakat dan peran masing-masing. Tentu saja, dua tokoh utamanya tak boleh dilupakan, namun ada juga Garin dan Dhewa (ayah dan adik Zeno), Lupus, Violet, Adrian, Furky, dan bahkan Belinda (ibu Kara) yang memiliki karakter yang pas dan kuat. Buat saya, tak ada tokoh yang tampil sia-sia.
Tapi, tentu saja tak ada gading yang tak retak, kan? Gloomy Gift pun tetap memiliki titik-titik lemah. Selain konflik yang hanya ada satu tanpa dilengkapi subplot lain (oh, sejarah kelam masa lalu Lupus memang mengejutkan, tapi tetap saja itu hanya pernik kecil), Gloomy Gift masih bermain aman dengan sama sekali hadir bak "dongeng". Apakah kisah ini nyata ada di Indonesia? Apakah ini seperti halnya berandalan di film The Raid atau 9 Naga? Mengapa sama sekali tak ada campur tangan polisi dalam drama aksi ini? Apakah Garin Ramawijaya benar-benar punya pengaruh skala nasional sehingga peristiwa baku tembak di area terbuka dan di acara pertunangan Kara-Zeno tak mendapat perhatian pers? Media sosial? Polisi? Atau minimal reaksi tetangga (dan Pak RT) di lingkungan rumah Kara?
Hal lain yang mungkin tidak terlalu signifikan tapi cukup mengganggu (paling tidak buat saya) adalah pengulangan beberapa penjelasan di beberapa bab. Misalnya, soal ingatan Kara akan sosok "Raymond sebagai orang tua dengan sifat kebapakan yang selalu membanggakan putranya", yang beberapa kali dicuplik setiap ditampilkan adegan Kara menganalisis situasi yang dialaminya. Dan, itu diulang sampai beberapa kali di bab-bab yang berbeda. Dan, masih ada beberapa detail lain yang mengalami hal serupa.
PRO:
1. Idenya gokil (abis nonton apa sih jadi kepikiran bikin perusahaan semacam SYL?).
2. Karakternya kuat dan pas.
3. Pace-nya cepat namun tetap stabil (bikin deg-degan).
4. Setting tempat: Jakarta, Bandung, Bekasi, dan Bogor.
5. Chemistry tokoh utama kuat.
6. Twist di ending dan epilognya sukses bikin saya ternganga.
7. Kovernya bagus dan mendukung cerita.
8. Diksi cukup menarik dengan beberapa bagian sangat quotable.
My fave part:
Kebanyakan pria menganggap wanita hanya sebagai makhluk yang ditakdirkan untuk ditaklukkan, bukan untuk dilindungi. Materi sebanyak apa pun tidak akan memenuhi 'rasa terlindungi' yang wanita butuhkan.(hlm. 133)
"Muaythai."(hlm. 181)
"Itu olahraga favoritmu. Apa lagi selain menembak?"
"Terjun payung, panjat tebing, menyelam--"
"Ke dalam lautan?
"Termasuk ke dalam hatimu."
Someone who you love has at least one secret that would break your heart.(hlm. 185)
Jangan menyesali apa yang sudah terjadi, tapi syukuri apa yang pernah kita alami.(hlm. 242)
Kendali pria atas wanita bukan terletak pada jabatan atau uang yang lebih besar. Tapi, pada bagaimana kemampuan si pria agar si wanita tidak bisa menyembunyikan apa pun darinya.(hlm. 253)
KONTRA:
1. Konflik tunggal (kurang kompleks).
2. Eksplorasi pihak antagonisnya kurang (musuhnya kayak cuman Lupus dan Bos Lintang Samudra).
3. Beberapa detail informasi berulang di beberapa bab.
4. Duel Zeno vs Lupus bisa lebih epik lagi (sudah lumayan, tapi kayaknya bisa lebih meriah lagi).
5. Dalam beberapa hal, masih bermain aman.
6. Typo:
(hlm. 64) menggosok-gosokan = menggosok-gosokkan
(hlm. 121) sapu tangan = saputangan
(hlm. 121) pertunjukkan = pertunjukan
(hlm. 115) kharismanya = karismanya (kecuali ini gaya selingkung)
(hlm. 151) he deserve an award = he deserve(s/ed) an award
(hlm. 166) keluar kota = ke luar kota
(hlm. 174) bagaimana pun = bagaimanapun
(hlm. 181) Apalagi = Apa lagi
(hlm. 206) cocokan = cocokkan
(hlm. 217) Data itu ada saku = Data itu ada di saku
(hlm. 233) disekitarnya = di sekitarnya
(hlm. 234) kebelakang = ke belakang
(hlm. 240) menyentuh lengan kiri atas hati-hati = menyentuh lengan kiri atas dengan hati-hati
(hlm. 250) terpekur = tepekur
(hlm. 252) "Apalagi?" = "Apa lagi?"
(hlm. 258) ternyata dia ternyata = dia ternyata (hilangkan salah satu "ternyata"-nya)
(hlm. 274) seorangpun = seorang pun
Overall, saya sangat menikmati novel romance berpadu desing tembakan dan baku hantam karya Rhein Fathia berjudul Gloomy Gift ini. Sangat berpotensi untuk bisa dikembangkan menjadi serial atau minimal dwilogi Ramawijaya Brothers, maybe? Dhewa Ramawijaya juga cukup menarik untuk mendapuk peran utama, dengan Violet? *nyengir. Baiklah, 4 out of 5 star dari saya untuk Gloomy Gift. Bravo, Rhein.
Selamat membaca, tweemans.
0 komentar:
Post a Comment