“Apakah kau masih membenciku?”
“Aku heran kau merasa perlu bertanya.”
Lucas Ford pertama kali bertemu dengan Sophie Wilson di bulan Desember pada tahun terakhir SMA-nya. Gadis itu membencinya. Lucas kembali bertemu dengan Sophie di bulan Desember sepuluh tahun kemudian di kota New York. Gadis itu masih membencinya. Masalah utamanya bukan itu—oh, bukan!—melainkan kenyataan bahwa gadis yang membencinya itu kini ditetapkan sebagai tunangan Lucas oleh kakeknya yang suka ikut campur.
Lucas mendekati Sophie bukan karena perintah kakeknya. Ia mendekati Sophie karena ingin mengubah pendapat Sophie tentang dirinya. Juga karena ia ingin Sophie menyukainya sebesar ia menyukai gadis itu. Dan, kadang-kadang—ini sangat jarang terjadi, tentu saja—kakeknya bisa mengambil keputusan yang sangat tepat.
Judul: In A Blue Moon
Pengarang: Ilana Tan
Penyunting: Hetih Rusli
Pewajah sampul: Kitty Felicia Ramadhani
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 320 hlm
Rilis: April 2015 (cetakan ke2)
Harga: Rp70.000
ISBN: 978-602-03-1462-4
Surprisingly, saya suka. Hahaha. Well, sebagai seseorang yang dikenal penyuka novel-novel berlabel Metropop, saya sendiri agak terasing karena tidak selalu menyukai novel-novel karya Ilana Tan, secara Ilana Tan ini bisa dibilang Ratu Metropop. Novel-novelnya selalu laris manis dan digemari banyak pembaca Indonesia. Dari karyanya terdahulu saya baru menyatakan suka pada Winter in Tokyo dan Sunshine Becomes You, selebihnya biasa saja.
Kembali ke novel terbaru Ilana Tan bertajuk In a Blue Moon ini, saya merasa tulisan Ilana Tan berkembang cukup signifikan dan menjadi semakin enak dibaca. Gaya tulisannya yang khas dengan menempatkan sorot ke masing-masing tokoh, meskipun menggunakan sudut pandang orang ketiga, sudah cukup rapi dan smooth ketika terjadi pergantian adegan dan peran. Tak seperti di Winter in Tokyo yang saya protes karena ada tokoh tak signifikan yang mendadak tampil, di In a Blue Moon, hal tersebut tidak terjadi. Saya tetap difokuskan pada Sophie Wilson dan Lucas Ford. Tokoh-tokoh lainnya berhasil tampil sebagai pemeran pendukung dan cameo yang pas. Tidak ada yang tiba-tiba menyerobot mengambil lampu sorot.
Saya sepakat dengan banyak pembaca lain yang sudah menamatkan novel ini bahwa In a Blue Moon manis banget. Buat saya ending-nya...
Kegigihan Sopie dan Lucas untuk meluruhkan tembok kebencian yang terbangun sejak masa SMA mereka menjadi cerita yang seru untuk diikuti. Biasanya saya agak keki dengan adegan kucing-kucingan macam begini, namun di In a Blue Moon cukup rapi, menurut saya, jadinya tidak bikin jengkel ketika membacanya. Ada sih, beberapa bagian yang agak lebay, tapi masih bisa ditoleransi.
Kisahnya sendiri tentang Lucas Ford, koki kepala salah satu restoran paling hip di New York, yang dipaksa kakeknya untuk berjodoh dengan Sophie Wilson, pemilik toko kue dengan tartlet superenak. Sebagai warga kota modern yang kekinian, keduanya agak jengah ketika secara mendadak kakek Lucas seenak-enaknya menjodohkan Lucas dengan Sophie. Bahkan, dari semula kakek Lucas menyebut Sophie sudah menjadi tunangan Lucas. Dari sini, kerumitan hubungan keduanya dimulai. Kenangan tak menyenangkan di masa SMA membelit ingatan Sophie dan membuatnya enggan berdekatan --apalagi berhubungan-- dengan Lucas. Dari benci jadi cinta. Perjodohan. Kombinasi dua tema yang tak saya suka. Tapi, di tangan Ilana Tan, saya lupa dua tema itu.
Buat para penikmat tulisan Ilana Tan pasti sudah paham gaya menulis pengarang mega-bestseller yang-hanya-Tuhan-dan-Mbak-Hetih-yang-tahu-siapa-orangnya-itu, kan? Tulisannya sederhana hingga gampang dimengerti. Ber-setting luar negeri tapi selalu ada sentuhan kecil keindonesiaannya, meskipun kali ini, sentuhan Indonesia-nya sedikit sekali. Diceritakan dengan PoV orang ketiga pada hampir seluruh tokohnya, namun tetap berfokus pada Lucas-Sophie. Di banyak tempat, kita akan tahu bagaimana perasaan masing-masing tentang suatu kejadian. Plus, latar belakang dunia kuliner, makin membuat In a Blue Moon gampang 'dikunyah'.
Omong-omong soal premis, entah saya yang kelewat atau bagaimana, apa sih alasan kakek Lucas menjodohkan Lucas dengan Sophie, selain hubungan pertemanannya dengan kakek Sophie? Inilah salah satu poin lemah dari tema perjodohan. Dikira jodoh dari nowhere yang asal comot lalu dengan tambahan beragam kebetulan, voila hubungan dengan mudah terjadi. Buat saya masih agak tak masuk akal saja jika tak ada alasan spesifik mengapa kakek Lucas memilihkan Sophie untuk berjodoh dengannya, apalagi kakeknya ini terkesan memaksa Lucas menerima Sophie, bagaimanapun cara dan keadaannya. Sementara itu, saya sih suka karakter Gordon Ford (Gordon Ramsay? *nyengir*) yang nyentrik dan suka bertindak sembarangan itu. Khas Amerika.
Selain bumbu masa lalu, konflik dengan orang ketiga dari masing-masing pihak juga mewarnai perjalanan asmara Lucas dan Sophie. Biasanya, konflk orang ketiga ini yang bisa bikin cerita yang sudah rapi mendadak jadi corny, tapi lagi-lagi, semua itu berhasil dieksekusi dengan cukup bagus di In a Blue Moon ini. Kenapa akhirnya Lucas atau Sophie memilih siapa yang akan menjadi pelabuhan cinta mereka, memiliki fondasi yang cukup untuk meyakinkan pembaca bahwa pilihan mereka tepat. Hal tersebut juga tak lepas dari karakterisasi yang cukup kuat pada banyak tokoh yang dihadirkan. Tak hanya Lucas, Sophie, kakek Lucas, tapi juga kedua kakak laki-laki Sophie, lalu Adrian, Miranda, Jared, Nic, dan tokoh-tokoh yang lain.
Tapi, by the way, apakah kalian wahai para wanita memang berfantasi memiliki kekasih yang let's say tinggi-gede gitu, ya? Belakangan, atau dari beberapa novel yang saya baca, tokoh protagonis perempuannya pasti digambarkan "mungil" secara fisik. Ataukah itu hanya semacam ketidaksengajaan? #justcurious
Jangan berharap konfliknya ribet dan berbelit, apalagi penuh drama. Hmm, dramanya sih ada, tapi dibuat serbatuntas. Jadi, jangan merasa khawatir digantung atau di-PHP-in. Secara keseluruhan benar-benar manis. Apakah cerita manisnya bikin ngilu (in a bad way)? Hmm, tergantung kamu suka baca cerita yang romantis banget atau enggak. Kalau pernah menonton Maid in Manhattan (Jennifer Lopez) atau While You Were Sleeping (Sandra Bullock), yahhh... semanis itulah kisah In a Blue Moon ini.
Secara cetakan, masih ada typo di beberapa bagian. Salah penyebutan nama pun ada. Namun, sangat minimalis, jadi bisa diabaikan, tak akan mengurangi kenikmatan membacanya, deh.
Overall, 3,5 out of 5 star untuk kisah manis Lucas Ford - Sophie Wilson ini. Yang lagi kepingin baca yang manis-manis, In a Blue Moon ini cocok banget.
Selamat membaca, tweemans.
Hmmm, aku juga cuma suka Ilana Tan di Winter in Tokyo, kak. Kecewa banget sama Spring in London (padahal covernya bagus banget hehe) dan suka sedikit aja sama Summer in Seoul. Jadi penasaran sama In A Blue Moon nih, kebetulan lagi butuh yang manis manis :D
ReplyDeleteKal boleh tahu sentuhan Indonesianya di mana ya kak? :o
ReplyDeletesy sdh baca IABM tapi lupa (atau kelewat ya? Gubrak....) hehe
Baru baca novel ini, klo menurut aku, novel IABM kok kayak kurang greget yaa, opini pribadi sih hehe.. Saya penggemar Ilana Tan, btw katanya sunshine becomes you mau di angkat ke movie
ReplyDeleteDuh aku sengaja lewatin paragraf yang ada tulisan 'awas spoiler'nya soalnya buku ini udah ada di waiting list tapi belum sempet ke beli. Dari resensi resensi yang aku liat buku ini emang bisa bikin diabet katanyaa. Jadi makin penasaran pengen beli :3
ReplyDeleteAku sudah baca. Dan memang, novel ini ringan, ngalir lancar nggak pakai hambatan yang berarti. Sangat manis. Cocok untuk dibaca untuk penghilang stress.
ReplyDeleteOh ya, meski settingnya New York, tetapi kenapa ya, waktu baca aku merasa sedang menonton film sejenis Ratatouille versi dubbing bahasa Indonesia? hihihi