Sunday, July 7, 2013

[Resensi Kumpulan Cerita] Skenario Remang-Remang oleh Jessica Huwae

Diksinya JUARA!

Seorang perempuan di kota tua, membangun sisa-sisa harapannya bersama mi yang diolahnya dengan suatu resep rahasia. Di suatu perumahan baru di pinggir kota, seorang pemuda membangun mimpi dan ide-idenya akan kehidupan normal dengan sang perempuan pujaan. Di suatu sudut mal, seorang sahabat menanti dengan debar sahabat yang dalam diam dipujanya. Di suatu restoran yang terimpit oleh gedung-gedung perkantoran megah, seorang pramusaji bertemu kembali dengan kisah lamanya yang dipikirnya telah mati saat demonstrasi. Di suatu acara televisi nasional, seorang penyanyi lawas berharap-harap cemas untuk mendapatkan popularitas dan kejayaannya kembali. Di sudut lain pada kota yang remang, dua peristiwa besar terjadi; suatu transaksi perasaan, juga pelajaran panjang tentang patah hati.
Andai saja satu hari dalam hidup seseorang dapat diulang, akankah ia bisa mengubah jalan hidupnya? Ataukah hidup memang kadang punya cara sendiri untuk menertawakan rencana-rencana naif manusia?
Judul: Skenario Remang-Remang (SRR)
Pengarang: Jessica Huwae
Editor: Mirna Yulistianti
Proofreader: Dwi Ayu Ningrum
Desain sampul: Staven Andersen
Penerbit: Gramedia
Tebal: 179 hlm
Harga: Rp43.000
Rilis: Juni 2013 (cet ke-1)
ISBN: 978-979-22-9738-6

Kehadiran buku ini laksana janji temu dengan kawan lama yang akhirnya kesampaian. Macet, hujan, tumpukan kerjaan, semua diabaikan demi bertemu kawan lama itu. SRR menyiram kehampaan kenangan akan tulisan seorang Jessica Huwae yang sempat menerbitkan satu buah novel metropop, soulmate.com pada tahun 2006. Impresif. Novel debutan itu langsung memikat hati sehingga terus dan terus berharap ada karya Jessica berikutnya. Dan, ketika mendengar kabar bahwa Jessica akan menerbitkan karya lagi (SRR) saya langsung tak sabar menunggunya. Sayang seribu sayang, jadwal launching buku ini ternyata bertepatan dengan jadwal saya dinas luar kota sehingga tak dapat menyempatkan diri berhadir di sana. Beruntung, saya justru berkesempatan memegang dan membaca buku kumpulan cerita ini satu minggu sebelum SRR secara resmi dirilis. Yayyyy....makasih mbak Jessica.
 
Saya sudah berjanji untuk lebih dapat menyukai buku kumcer dan mencoba merasai kenikmatan membaca cerita pendek. Apalagi saya pun sedang bereksperimen menulis cerita pendek, meski hanya untuk dibaca-baca sendiri. SRR langsung menggebrak dengan kisah demi kisah yang dirangkai Jessica dengan begitu asyik. Yang paling kuat dari keseluruhan elemen, menurut saya, adalah diksinya yang indah nan menghanyutkan. Well, ketika membaca soulmate.com pun saya sudah salut dengan diksi racikan Jessica. Maka, tak heran sebenarnya jika SRR ini juga tampil demikian halus, meskipun toh saya tetap terkagum-kagum. Dan... iri. Ah, saya pengen juga bisa bikin cerita dengan diksi demikian indah. Keren!

Dari 14 cerita yang ada di SRR, saya paling terpesona dengan cerita kedua, Gate 4. Hohoho, what a twist! Saya sampai benar-benar ternganga. Dan, kamu tahu? Saya membaca kisah ini bertepatan ketika saya menunggu pesawat saya boarding! OH-MY! Pas-surapas banget deh pokoknya. Saya jadi dapat feel-nya secara maksimal. Speechless. Suka pake banget lah untuk kisah ini.

Berikut komentar saya pada kepingan-kepingan cerita dalam puzzle SRR karya Jessica Huwae:

1.      Resep Rahasia Tante Meilan
Kisah ini menempatkan Tante Meilan, seorang Tionghoa yang kehilangan suami dan anak-anaknya pasca kerusuhan Mei 1998, untuk berjuang keras bertahan hidup dengan membuka kedai mi ayam yang superlaris namun menerbitkan kedengkian di hati para pesaingnya. Bahkan salah satu di antaranya bersikeras mencari resep rahasia kelezatan mi ayam itu. Dan resep rahasia itu... benarkah ada?
2.      Gate 4
Dua orang bertemu di ruang tunggu bandara. Seorang di antaranya tampak menekuni laptopnya, sementara seorang lagi baru masuk dan mendapati hanya di sebelah pemilik laptop itulah yang bangkunya masih kosong. Setelah berbasa-basi singkat, keduanya mulai terlibat percakapan yang seru, bahkan cenderung pribadi. Tapi, seseorang dari keduanya mengisahkan cerita bualan dalam sesi curhat itu. Siapa? Untuk apa? Itu twist di akhir cerita yang membuat saya syuka-syuka-syuka sama kepingan cerita ini.

gambar dari sini: http://just-euphoria.blogspot.com
3.      Satu Hari Dalam Hidup Aidan
Saya percaya pada hukum sebab akibat. Setiap kejadian ada alasannya. Setiap keadaan pasti ada yang menimbulkannya. Bahkan, satu kebetulan pun sebenarnya berawal dari satu buah sebab yang mengakibatkan terciptanya kebetulan itu. Apa yang dialami Aidan di masa kecilnya bisa menjadi “alasan” mengapa ia melakukan hal demikian ketika dewasa.
4.      Mencintai Elisa
Benarkah cinta memudar seiring berjalannya waktu? Haruskah tiap saat kita menyirami benihnya dengan setuang madu sayang dan setimba air cinta? Kisah ini merenda perjalanan cinta seorang suami pada istrinya, Elisa, yang pada akhirnya dikalahkan putaran waktu.
5.      Mengeja Perempuan Dalam Kesunyian
Siapa yang salah jika kita justru melesatkan panah cinta ke arah yang tak tepat? Dan ketika kita sadar itu tak tepat, dan ada sasaran lain yang lebih mudah bahkan tampak mendekat ke kita, apakah kita langsung mengalihkan bidikan ke sasaran baru itu? Ambillah keputusan secepatnya. Lengah sedikit, target akan jauh dan menghilang.
“Berhentilah memandang ke pintu yang tidak akan pernah dibukakan bagimu.” (hlm. 65)
6.      Skenario Remang-Remang
Kisah yang menjadi judul buku kumcer ini juga tak kalah istimewa. Dan, benar-benar sesuai judulnya. Cerita dirupakan dialog saja, tanpa narasi. Setting, background, dan karakternya harus kita tebak sendiri. Benar-benar dibuat samar. Remang-remang. Jempol dua!

gambar dari sini: http://kfk.kompas.com
7.      Menjemput Bapak
Ini tentang anak yang menceritakan bapaknya. Bapak yang tak pernah meninggalkan impresi positif bagi sang anak, bahkan telah lama si anak minggat dari rumah. Kabar tentang bapak yang sakit keraslah yang membawanya pulang, sampai ia menyaksikan ibunya menjemput Bapak.
8.      Nostalgia Rasa
Sebuah kisah tentang kenangan akan beragam rasa di dada tentang seseorang. Dikisahkan dengan gaya tulisan ibarat surat atau diari privat, kisah ini menguraikan sebuah transformasi cinta yang begitu dalam meski tak tergenggam.
9.      Elegi Sabtu Sepi
Pertemuan demi pertemuan menyemarakkan hari. Terkhusus bagi sang perempuan. Bahkan, jadwal rutin pertemuan itu lambat laun mengubah persepsinya. Ia yang sinis pada kehidupan mulai memandangnya dari sudut yang lain. Tapi mengapa, justru si lelaki pergi ketika ia mulai tak sinis lagi?
“Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah mal dan pusat perbelanjaan memang tidak dirancang untuk kesendirian? Lantas mengapa semua orang tampak berpasangan?” (hlm. 98)
10. Jalan Kembali
Ini tentang kisah haru nan mengagumkan dari seorang mantan popstar yang tak dinyana menemukan jalan untuk kembali ke bawah hujanan lampu sorot ketika diundang tampil di suatu acara televisi. Sanggupkah sang mantan diva ini memancarkan kembali kemilau sinarnya?
11. Galila
Kisah ini tentang Galila, anak pertama di kampungnya yang tak memiliki nama belakang akibat ulah ayahnya. Galila kecil tak paham mengapa harus demikian. Tanya saja pada sang mama yang merajut kepedihan karena kepergian ayah. Mengapa ayah pergi?
12. Semangkuk Salad dan Setumpuk Kenangan Saat Jam Makan Siang
Kisah ini juga berlatar belakang masa-masa reformasi. Kisah cinta yang terajut pada dua dunia yang berbeda, disatukan dalam periuk yang sama, perjuangan pembebasan dari pengekangan rezim yang katanya tak benar. Bertahun-tahun kemudian, dua insan masih juga dipertemukan. Namun, tentu saja, waktu telah menggerus semua yang ada. Apa-apa yang dulu tampak bagus mendadak berubah tak keruan. Mengapa? Itulah tanya yang menyergap. Bagaimana bisa?

gambar dari sini: http://www.thegourmetbagelshoppe.com
13. Pelajaran Patah Hati
Patah hati itu alami. Kata ibunya, manusia mempelajari patah hati justru dari Tuhan melalui berbagai kesulitan hidup. Demikianlah, sang tokoh dalam kisah ini mempelajari satu demi satu episode patah hatinya. Sampai kapan?
14. Segitiga
Cinta. Disemai. Dipupuk. Disiangi. Disirami. Dijaga. Dipanen, ketika waktu telah tiba. Tapi, ada masa, cinta itu... mati. Meskipun telah diajaga mati-matian. Jika sudah begitu, ada kalanya dua insan pencinta ini akan memutuskan untuk berpisah, membawa ini-itu yang menjadi jatahnya. Jika ada satu yang tak diingini keduanya, bagaimana harus memutuskannya? Siapa yang harus membawa “itu”?

Okay, saya memang tak selesai membaca buku ini dalam sekali duduk saja. Bahkan terputus-putus beberapa kali. Tapi, sebenarnya itu lebih karena saya memang harus melaksanakan tugas sehingga tak memungkinkan diri menyempatkan baca buku ini. Pada akhirnya saya selesai juga. Dan, benar-benar puas membacanya. Lagi dan lagi dan lagi dan lagi, saya akan memuji bagaimana diksinya yang begitu menawan. Mungkin ada satu atau dua cerita yang biasa saja, tapi kemasannya itu yang membawa saya seolah terbang ke awan. Saya suka!

Dari segi cetakan, masih ada beberapa typo meskipun tak banyak, dan seingat saya hanya pada beberapa cerita. Sebagian besar cerita hampir-hampir bersih dari salah ketik. Ini beberapa yang saya temukan:
(hlm. 42) ...pos yang terletak bibir Gang Sawo... = ...terletak di bibir...
(hlm. 49) menyeterika = menyetrika
(hlm. 55) Diacuhkannya Elisa = Tak diacuhkannya Elisa (sesuai konteks kalimat)
(hlm. 99) Lantas kamu mulai acuh = Lantas kamu mulai tak acuh (acuh tak acuh)
(hlm. 149) ken-apa = ke-napa
(hlm. 157) mempercayai = memercayai

Baiklah. Buat para penikmat kumpulan cerita, SRR ini mesti kamu baca dan koleksi. Buat teman yang bernasib sama seperti saya, sulit ‘mengapresiasi’ cerita pendek, SRR ini bisa juga kamu coba untuk bacaan pertamamu. Saya sih tak mengalami hambatan berarti ketika membacanya, cenderung enjoy dan santai (kayak di pantai). Jadi, tak ada salahnya kamu coba, teman.

Rating: 4 out of 5 star.

3 comments:

  1. Wah jadi makin penasaran baca ini. :D nice review, bang Ijul. ^^

    ReplyDelete
  2. @Aul...makasih Aul, aku memang suka banget sama diksinya sih, mungkin cerita biasa ya...tapi gegara diksinya jadi istimewa...:)

    ReplyDelete
  3. okeh langsung melesat ke toko buku nih
    thanks loh mas ijul sudah meracuni saya
    hahaha...

    ReplyDelete