Kumpulan cerpen Reda Gaudiamo ini ditulis dalam rentang waktu yang cukup panjang: dari akhir 1980-an hingga 2014.
Warna dari masa ke masa cukup terasa pada beberapa cerpen. Tetap ada satu hal penting yang mengikat satu cerpen dengan cerpen yang lain: semua berkisah tentang keseharian, tentang hati, dan cinta manusia biasa.
Reda Gaudiamo sudah suka menulis sejak SD, namun berani mengirimkan tulisannya ke media massa ketika zaman kuliah karena perlu tambahan uang jajan. Lulusan Sastra Prancis & Magister Komunikasi FISIP UI ini pernah bekerja di berbagai biro iklan dan media cetak, seperti Gadis, Mode, Hai, dan Cosmopolitan.
Tahun 2008 - 2011, Reda menjadi publisher 7 majalah lifestyle Kompas Gramedia. Di waktu luangnya, ia giat bermusik, menyanyikan puisi Sapardi Djoko Damono bersama Ari Malibu dalam grup AriReda.
Judul: Tentang Kita
Pengarang: Reda Gaudiamo
Penyunting:
Penerbit: Stiletto Book
Tebal: 215 hlm
Harga: Rp45.000 (beli di www.stilettobook.com)
Rilis: 14 April 2015
ISBN: 978-602-7572-37-9
Saya suka kovernya. Saya enggak begitu suka kumpulan cerita (kumcer). Jadilah saya selalu batal membawa pulang buku ini setiap meliriknya di toko buku. Beruntung saya akhirnya berkesempatan membaca kumpulan cerita setelah mendapat kiriman dari Stiletto Book. Dan, untuk keperluan resensi ini, hal tersebut sama sekali tidak memengaruhi, ya. Dan, semoga tecermin dari resensi saya, bahwa saya tetap berusaha objektif, sesuai selera pribadi.
'Kisah-kisah sederhana yang penuh makna', itu simpulan saya ketika selesai membaca buku kumcer ini. Meskipun tidak senapas, tapi beberapa cerita yang ada di buku ini menyimpan pesan yang hampir sama dengan cerita-cerita zaman booming Forum Lingkar Pena (FLP) kurang lebih tahun 2004-2006-an silam yaitu mengangkat isu-isu sosial yang terjadi di sekitar kita. Sedangkan sebagian cerita lain di buku ini menghadirkan topik-topik yang dekat dengan keseharian termasuk topik tentang keluarga, pencarian jati diri, dan karier, yang disertai bumbu romance, tentu saja.
Saya bilang sederhana, selain karena memang mengangkat topik keseharian, juga karena gaya bertutur Reda yang lugas dan nyata dengan diksi mudah dimengerti. Buat saya pribadi, sih, ini memudahkan saya untuk menikmati tiap-tiap cerita. Pun, ceritanya juga selalu tuntas, sehingga tak menyulitkan untuk mengimajinasikan ceritanya dalam benak. Oiya, sampir seluruh cerpen di kumcer ini sudah pernah diterbitkan di pelbagai media, antara lain: Harian Kompas, Hai, Femina, Good Housekeeping, dan media lainnya.
Berikut kesan-kesan saya pada masing-masing cerpen dalam kumcer ini:
1. Ayah, Dini dan Dia
Berkisah tentang tentang seorang ayah, anak gadisnya, dan lelaki yang sedang dekat dengan anaknya itu. Ditulis menggunakan PoV orang pertama untuk Ayah dan Dini serta PoV orang ketiga untuk Dia, kisah pembuka kumcer ini cukup menyedot atensi saya. Ehem, saya pernah jadi "Dia" sehingga saya seolah diputarkan film tentang diri saya sendiri ketika membaca kisah ini. Hufft.
2. Mungkin Bib Benar
Salah satu kisah bermajas personifikasi di kumcer ini. Saya sudah berhasil menebak di dua halamannya, sih, jadi terkesan agak biasa.
3. Anak Ibu
Ditulis dengan gaya dialog penuh yang lugas antara ibu dan anak. Percakapannya kadang nyelekit dan kena banget. Bisa terjadi pada siapa pun.
4. Potret Keluarga
Bermula dari selembar foto keluarga berisi beberapa anggota keluarga yang diceritakan dengan tambahan emosi di sana-sini. Nuansanya agak mirip "Cinta Laki-laki Biasa"-nya Asma Nadia, tapi saya tetap terhanyut pada kisahnya.
5. Tentang Kita
Ini cerpen favorit saya di buku ini. Saya setuju pada kurator dan editor kumcer ini yang menempatkan kisah ini sebagai judulnya. Sekali lagi, cerpen ini sangat "gue banget" sehingga sangat mudah masuk ke selera saya. Kisah tentang pilihan karier dan keluarga, tentang apa yang seharusnya diprioritaskan dan mana yang bisa ditunda.
6. 24 X 60 X 60
Cerpen ini kembali ditulis dengan gaya dialog penuh ditambah petikan kata hati dari sepasang suami istri dan anak mereka. Sederhana saja inti ceritanya, tentang peran ibu yang tak tegantikan sebaga weker di rumah. Namun, saya tetap tak paham makna judulnya sih (jam kali menit kali detik kali, ya).
7. Si Kecil
Ini salah satu kisah yang diselipi isu sosial, tentang anak jalanan. Tokoh utama adalah sepasang suami istri yang beradu argumen pada seorang anak jalanan.
8. Perjalanan
Kisah yang ini mengejutkan. Etapi, banyak juga sih cerpen dengan twist keren yang membuat kisah-kisah di kumcer ini dipenuhi unsur kejutan. Namun, yang di sini lumayan bikin, "oh", ketika selesai membacanya. Sesuai dengan judulnya, kisah ini bercerita tentang perjalanan sepasang laki-laki dan perempuan beda usia menggunakan kereta Gambir-Yogya. Dalam percakapan mereka, terkuaklah rahasia yang tertimbun selama bertahun-tahun.
9. Bayi
Kisah ini ditulis dengan gaya setengah dialog langsung, setengahnya lagi dialog tak langsung. Menarik. Ceritanya sendiri biasa saja buat saya. Tentang sepasang suami-istri yang terganggu suara tangisan bayi.
10. Menantu
Lagi, cerpen ini ditulis dengan gaya dialog penuh. Sama-sama luas dan witty seperti cerpen ketiga, Anak Ibu, ceritanya menyoal pilihan menantu sesama atau beda suku bagi sang ibu dan segala konsekuensinya. Beberapa bagian bikin nyengir miris.
11. Taksi
Cerpen favorit saya yang lain. Kayaknya, sekarang setiap naik taksi saya jadi parno sendiri, hahaha, apakah kata-kata si sopir benar atau hanya karangannya saja. Duh.
12. Minggu Dini Hari
Cerpen ini agak spooky. Lumayan bikin keki dan merinding, hahaha. Sialan. Hati-hati buat yang suka pulang pagi, ya.
13. Aku: Laki-Laki
"Mengapa menyatakan cinta harus masuk dalam tugas pria? Mengapa pria yang harus melakukannya? Mengapa seluruh dunia percaya bahwa buat pria ini soal kecil? Tak masalah? Ide siapa itu? Siapa?" Hahaha. Exactly.
14. Maaf
Kisah lain yang ditulis dengan gaya spooky. Hubungan terlarang antara manusia dan makhluk dunia lain.
15. Cik Giok
Salah satu kisah yang twist-nya kerasa banget. Memang bisa ditebak, tapi saya gagal. Di ujung cerita saya tetap terkejut.
16. Dunia Kami
Salah satu cerpen yang biasa saja buat saya, mana yang paling panjang lagi, hahaha. Sudah sangat sering dibuat. Tema: tawuran anak SMA.
17. Pada Suatu Pagi
Kisah penutup kumcer ini lumayan emosional, dan nonjok. Kisahnya tentang orangtua yang sudah kelewat tua. Bagaimana anak merawat dan memperlakukan orangtua di masa senja mereka. Baca ini dan segera peluk orangtua kita, ya. Berjanjilah untuk merawat dan membahagiakan mereka, selama kita bisa. Selama kita punya kesempatan.
Well, seperti judul dari resensi ini, saya cukup terkesan dengan kumcer ini. Typo masih bertebaran di sana-sini, di beberapa cerpen akhir justru banyak typo-nya. Akan mengusahakan untuk membaca karya Reda yang lain. 3,5 out of 5 star untuk Tentang Kita.
Selamat membaca, tweemans.
0 komentar:
Post a Comment