Tuesday, August 18, 2015

[Review Novel Romance] Memori by Windry Ramadhina

Such a masterpiece...
Cinta itu egois, sayangku. Dia tak akan mau berbagi.

Dan seringnya, cinta bisa berubah jadi sesuatu yang jahat. Menyuruhmu berdusta, berkhianat, melepas hal terbaik dalam hidupmu. Kau tidak tahu sebesar apa taruhan yang sedang kau pasang atas nama cinta. Kau tidak tahu kebahagiaan siapa saja yang sedang berada di ujung tanduk saat ini.

Kau buta dan tuli karena cinta. Kau pikir kau bisa dibuatnya bahagia selamanya. Harusnya kau ingat, tak pernah ada yang abadi di dunia—cinta juga tidak. Sebelum kau berhasil mencegah, semua yang kau miliki terlepas dari genggaman.

Kau pun terpuruk sendiri, menangisi cinta yang akhirnya memutuskan pergi.

Judul: Memori
Pengarang: Windry Ramadhina
Penerbit: Gagas Media
Tebal: 312 hlm
Rilis: Mei 2012
Harga: Rp45.000
https://www.goodreads.com/book/show/13632491-memori?ac=1

Sebenarnya saya sudah punya buku fisik dari novel Memori karya Windry ini, tapi yaaa... you know me lah, ya, saya pan penimbun buku sejati. Beli iya, baca entah kapan, hehehe. Berhubung saya biasanya suka cepet dan sempet baca di perjalanan maka pas banget waktu Gagas Media ngerayain ultahnya Juli kemarin, Gagas berbagi kebahagiaan dengan membagi-gratis e-book novel ini di Playstore, dan saya pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Saya unduh e-book-nya dan berhasil saya rampungkan-baca selama musim libur Lebaran Idul Fitri tahun ini.

Dan, saya suka. SUKA BANGET sama buku ini. Dari beberapa novel karya Windry yang sudah saya baca, Memori adalah favorit saya. Semua-muanya saya suka. Dari mulai karakter para tokohnya (termasuk background masing-masing), konfliknya, setting-nya, sampai dengan pace-nya. Pokoknya, SE-MU-A-NYA. Saya sampai bingung harus menulis apa untuk meresensi novel berlatar dunia arsitektur ini, dunia yang secara nyata juga digeluti oleh pengarangnya. Menyoal dunia arsitektur enggak perlu diragukan lagi, deh, Windry piawai sekali mengemasnya sedemikian rupa untuk menguatkan jalinan konflik yang dirangkainya.

Oke, oke, saya akan bilang beberapa fakor yang bikin saya suka banget sama novel ini, deh, ya. Pertama, saya suka premisnya-konfliknya dan bagaimana konflik tersebut dieksekusi, kuat sekali dengan pesan ilosofis yang begitu dalam. (duh, ngomong apa saya ini?). Kedua, karakternya 'benci'able-yet-lovable banget, bikin gemes-geregetan sepanjang baca, sumpah! Mahoni yang cuek-cuek tapi memendam rasa, Simon yang seenak udelnya tapi bertanggung jawab, Sigi yang terombang-ambing di masa remaja tapi sanggup menjadi dewasa, Sofia yang wanita idaman banget, Ron yang blakblakan khas bule tapi bikin kocak suasana, Mae yang kok-ada-ya-ibu-yang-begitu-banget-sama-anaknya, dan ayah dalam kenangan Mahoni yang begitu pemikir. Ketiga, gaya menulis Windry benar-benar menghanyutkan, setiap kata yang terangkai menjadi kalimat seolah dipikirkan masak-masak dan tak ada yang dibuat tanpa maksud. Keempat, entah disadari atau tidak, romance dan latar belakang profesi arsitek tersaji dengan seimbang, dan saya penyuka yang seperti itu, seperti filosofi lini novel metropop yang selama ini saya gandrungi. Dan... banyak hal-hal bagus yang sulit saya ungkapkan dari buku ini.

Oke, saya cuman bisa bilang begitu. Intinya, saya suka aja. 5 out of 5 star untuk kenangan yang mengharu biru ini. Yang belum baca, ayo baca, yang belum punya, ayo beli/pinjam dulu, hehehe (kalau kemarin ngelewatin rezeki mengunduh gratis e-book ini).

Selamat membaca, tweemans.

0 komentar:

Post a Comment