--pg.115
Sebagai penulis novel thriller, orang kerap menyangka isi kepala Inge hanya seputar urusan pembunuhan. Terlebih lagi sikapnya yang pendiam dan lebih banyak mengurung diri di kamar.
Namun di mata Alan, Inge semanis penulis romance. Inge teman yang menyenangkan dalam segala hal. Alan dengan mudah dapat membayangkan Inge menjadi perempuan yang ingin ia nikahi, bukan Ruby… perempuan yang selama ini berstatus kekasih Alan.
Alan mewakili segala yang Inge inginkan dalam hidup. Kecuali satu hal… Inge tidak ingin mengulangi hal yang membuat hatinya terluka bertahun-tahun. Inge tidak mau Alan meninggalkan Ruby demi bersama dirinya.
Sebagai penulis, Inge selalu tahu bagaimana cerita yang ditulisnya akan berakhir. Tapi untuk kali ini, Inge tidak tahu bagaimana akhir kisahnya dengan Alan….
Namun di mata Alan, Inge semanis penulis romance. Inge teman yang menyenangkan dalam segala hal. Alan dengan mudah dapat membayangkan Inge menjadi perempuan yang ingin ia nikahi, bukan Ruby… perempuan yang selama ini berstatus kekasih Alan.
Alan mewakili segala yang Inge inginkan dalam hidup. Kecuali satu hal… Inge tidak ingin mengulangi hal yang membuat hatinya terluka bertahun-tahun. Inge tidak mau Alan meninggalkan Ruby demi bersama dirinya.
Sebagai penulis, Inge selalu tahu bagaimana cerita yang ditulisnya akan berakhir. Tapi untuk kali ini, Inge tidak tahu bagaimana akhir kisahnya dengan Alan….
Judul: Sincerely Yours
Pengarang Tia Widiana
Desain Sampul: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Tebal: 246 hlm
Harga: Rp57.000
Rilis: 14 September 2015
ISBN: 978-602-032050-2
Tak bisa mungkir, gaya tulisan Tia Widiana memang sudah berhasil memikat selera saya sejak terbitnya novel debutannya, Mahogany Hills, beberapa tahun silam. Sejak itu saya sudah menunggu-nunggu racikannya yang lain untuk segera diterbitkan. Dan, saya menjadi salah seorang pembaca yang turut antusias ketika kabar novel keduanya yang bertajuk Sincerely Yours ini siap dirilis.
Meet Cute (pinjam istilah Mbak Nina Ardianti)
Dua tokoh utamanya, Sekar "Inge" Wangi Tambanglaras dan Alan "Alan" Anugrah, dipertemukan dalam situasi canggung yang imut, hehehe. Agak absurd sedikit (bagian soal salah minum obat itu), tapi benar-benar cara bertemu yang asyik, beda, dan sepertinya belum pernah digunakan pengarang lain. Pembuka jalinan kisah Inge-Alan yang cukup bagus.
Plot, setting, dan karakter
Sama saja dengan kebanyakan novel romance, ini tentang dua orang yang sebelumnya tak terlalu mengenal satu sama lain apalagi memiliki rasa ketertarikan, oleh karena suatu hal dipertemukan, ada letupan chemistry, jatuh hati, serta dibumbui secuil pertengkaran dan kesalahpahaman. Jalan ceritanya beralur maju dengan beberapa kilasan masa lalu untuk mendukung perkembangan konflik.
Cerita berlokasi di sebuah kompleks permukiman bernama Kecapi Asri di daerah Sentul, Bogor. Kompleksnya terdiri dari cluster-cluster di area perumahan dan satu area dinamakan distrik bisnis sebagai lokasi jasa penunjang permukiman dan pusat bisnis di kompleks tersebut.
Novel ini didukung dua karakter utama yakni Inge yang adalah seorang novelis best-seller buku-novel misteri-thriller, sedangkan Alan adalah pimpinan dari PT Lindung Tenteram, yaitu perusahaan penyedia jasa teknik instalasi kelistrikan dan pertamanan yang ditunjuk sebagai partner oleh pengelola/pengembang kompleks. Di luar itu ada karakter Linda dan Ilham (ibu kandung dan ayah tiri Inge), para tetangga Inge, editor Inge, dan Hera. Latar belakang Inge membentuknya menjadi pribadi yang sedikit introver sedangkan Alan adalah tipe family man sejati.
Konflik
Pemicu konflik adalah masa lalu Inge, kegemarannya menulis kisah misteri-thriller, dan ibu kandungnya. Saya tak bisa menjelaskan lebih detail, karena tentu saja akan membuka jalan cerita novel ini (spoiler). Jadi, silakan baca sendiri untuk mendapatkan esensi kisah ini. Namun, satu yang agak menggelisahkan adalah selipan subkonflik kehadiran orang ketiga yang menurut saya kurang halus pemunculannya dan terkesan menjadi satu-satunya alternatif untuk membangun puncak konflik utamanya. Saya tak punya saran bagaimana cara menaikkan intensitas konfliknya, tapi saya mengharapkan hal lain ketimbang sekadar kehadiran orang ketiga. Terlalu mudah ditebak.
Catatan:
Beberapa judul buku yang disebutkan dalam novel ini: Titik Nol (Agustinus Wibowo), Critical Eleven (Ika Natassa--bahkan lumayan banyak dibahas, termasuk fenomena perilisannya), dan Carrie (Stephen King).
Musuh utama dari novel dengan cerita yang bagus adalah hasil edit dan proofread yang buruk.Typo:
(hlm 16) tanaman yang ditanam bahu jalan = tanaman yang ditanam di bahu jalan
(hlm 29) meletakkannya di depan dada itu = meletakkannya di depan dada laki-laki itu
(hlm 30) menganggetkan = mengagetkan
(hlm 42) bahwa dalam
(hlm 50) dan meletakkan di bak cuci = dan meletakkannya di bak cuci
(hlm 53) scraf = scarf
(hlm 59) Alan
(hlm 61) dan
(hlm 65) Inge hanya menatap
(hlm 75) perasaaan = perasaan
(hlm 113) perceraiaan = perceraian
(hlm 131) isyarat agar Inge
(hlm 134) beberara = beberapa
(hlm 141) Gadis itu cepat-cepat menekap mulut
(hlm 146) saat di melewati = saat dia melewati
(hlm 155) hal hal = hal-hal
(hlm 163) supir = sopir
(hlm 180) Bu Eva menjabat
(hlm 181) Sekarang lagi sama
(hlm 187) Kucir rambutnya bergoyang mengiringi tiap langkahnya
(hlm 194) kebahagian = kebahagiaan
(hlm 202) perjalan = perjalanan
(hlm 212) Kalau tidak, aku mungkin tidak akan kenal Teguh...
(hlm 213) sindirian = sindiran
(hlm 217) tanganya = tangannya
(hlm 222) mengantarkanya = mengantarkannya
(hlm 222) dari pada = daripada
(hlm 225) pembacaraan = pembicaraan
(hlm 238) Dia akhirnya berdiri di samping dan/lalu Inge merengkuh bahu
(hlm 243) Gelas kertas
(hlm 243) Namun, yang kemudian dikatakan Alan
(hlm 244) mengecup lembut kening
(hlm 244) bulang Juni = bulan Juni
Selain typo yang masih lumayan banyak, juga terdapat salah penggunaan tanda baca (kurang "titik") atau juga kalimat-kalimat tak efektif dan beberapa yang agak janggal/bolong. Misalnya saja di halaman 217, paragraf terakhir, disebutkan bahwa telapak tangan Inge berkeringat, tetapi di halaman 218 paragraf 4 mengapa disebutkan telapak tangannya "baru mulai berkeringat"?
Hal lain yang bikin saya geregetan plus mengerutkan kening dalam-dalam adalah kurang halusnya pergantian adegan pada Bab 6 dan Bab 7 yang dipasang berkebalikan. Tak ada intro yang menjelaskan antaradegan sehingga terasa janggal. Yang paling terasa adalah paragraf kedua terakhir di halaman 53 saat Linda dan Ilham yang "belum dikenalkan" pada Alan ujug-ujug sudah tahu nama Alan. Pergantian yang juga terasa kurang mulus adalah ketika kemunculan tokoh baru yakni Hera.
Pada akhirnya 3,5 out of 5 star untuk novel kedua Tia ini. Selalu menunggu karya-karyamu selanjutnya, Tia.
Kok banyaj alpha nya ya... walah dalah..
ReplyDeleteSaya agak kecewa saat membaca novel ini. Novel yg tdk terlalu tebal tp saya selesaikan lebih dari 4 hari untuk membacanya. Alur ceritanya kadang g bgtu jelas. 😊
ReplyDeleteSaya agak kecewa saat membaca novel ini. Novel yg tdk terlalu tebal tp saya selesaikan lebih dari 4 hari untuk membacanya. Alur ceritanya kadang g bgtu jelas. 😊
ReplyDelete