Wednesday, October 8, 2008

Resensi Novel Metropop: Andrei Aksana - Men 2 Love: Two Men To Love

Cinta 2 Hati...
*Bonus CD Soundtrack "Dia atau Dia"

Karena desakan sahabatnya, Abel bersedia nge-date dengan Recko. Mulanya terpaksa, tapi lama-lama Abel luluh juga oleh perhatian Recko. Cuma masalahnya, setiap Jumat Recko tidak bisa mengajak Abel kencan, karena harus menghitung pembukuan di kantornya.

Helloooo, weekend kan sudah dimulai sejak hari Jumat! Masa Abel harus memeluk guling di rumah, sementara cewek-cewek lain sedang berada dalam dekapan kekasih masing-masing?

Lalu Abel bertemu Billian, cowok yang cuma bisa hang out Jumat malam, karena Sabtu dan Minggu on duty di kafe.

Jadilah Abel merangkap kekasih. Mendapat perhatian ganda. MEN 2 LOVE. Mungkinkah memiliki dua pria sekaligus?

Sampai suatu ketika terjadilah peristiwa itu.... Recko mengajaknya dinner Jumat malam!

Double date menjadi double trouble. Terbongkarkah semua permainan Abel selama ini? Siapakah yang harus dipilih Abel? Friday Night Lover? Atau Saturday Night Lover? Dia... atau dia?

"Do you love me?" tanya Recko malam itu.

"Ya," jawab Abel kebingungan. But I love him too....
Judul: M2L-Men 2 Love
Pengarang: Andrei Aksana
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Genre: Romance-Comedy, Metropop
Tebal: 272 halaman
Harga (Toko): Rp45.000
Inibuku.com: Rp38.250 (15% Disc) - Beli
Bonus: CD Soundtrack “Dia atau Dia” dan foto pengarang
Rilis: Agustus 2008

Ini adalah metropop terbaru dari salah satu penulis laki-laki yang ada di belantara penulis wanita pada genre Metropop yang diusung Gramedia, Andrei Aksana. Beberapa novel terdahulunya lebih banyak dilabeli novel dewasa, sedangkan novelnya yang tergabung dalam genre ini, yang saya tahu, baru Pretty Prita dan Men 2 Love ini.

Cukup memikat meskipun mengusung tema ‘yang-itu-itu-juga’ namun dengan penokohan yang kuat dan hampir konsisten sepanjang cerita. Meskipun sempat goyah dan (bagi saya) cukup terbaca inkosistensinya.
Ciri khas Andrei terlihat dari tutur kalimat dan bahasa gaulnya (bukan bahasa gaul yang punya Debbie Sahertian, ya) plus selipan bahasa fashion yang berhamburan mirip banjir di Muara Angke. CD soundtrack juga masih setia disertakan pada novelnya ini, yang kebetulan belum sempat saya dengarkan, keburu mudik Lebaran kemarin. Tapi jujur, saya sendiri tidak begitu antusias dengan bonus CD begini, prasangka saya pasti yang bikin harganya lebih mahal. Ciri khas lain dari mas yang satu ini adalah tampilan per bagian yang sengaja tidak disusun berdasar bab tapi langsung dengan judul bebas yang terhubung satu dengan lainnya.

Secara genre, susah menemukan cela dari novel ini. Debur emosi, ketegangan, drama, dan timbul-tenggelam kisah romantis dan persahabatan disajikan dengan lengkap. Bumbu-bumbunya juga pas. Yah, kadang sih, adakalanya saya merasa bumbunya kurang sedap di beberapa bagian. Misalnya, si karakter utama (Abel) begitu powerful di kantor, maka saya jadi bertanya apa iya di dunia nyata ada orang yang sebegitu powerful-nya? Kan masing-masing punya job desc yang tentu saja membatasi kekuasaan mereka. Saya mafhum kalau mungkin owner dari perusahaan atau sekelas Direktur begitu, tapi manajer?

Kritik saya tujukan, pertama sekali terhadap unsur teknisnya. Salah ketik/cetak masiiiiiiiiiiih juga ada. Sebal rasanya. Bosan sih ngritik ini-ini terus, tapi saya sih berharap dengan semakin seringnya dikritik para penerbit bisa lebih introspeksi dan menyadari bahwa selain cerita pembaca juga menginginkan kesempurnaan dalam hal teknis. At least, I need it.

Sengaja atau tidak, sifat utama Abel disebut berkali-kali di novel ini, si drama queen. Ini agak menganggu karena seolah-olah saya sebagai pembaca ‘dianggap’ tidak bisa menyimpulkan sendiri dengan tindakan si karakter utama tersebut yang suka mendramatisir keadaan sebagai perwujudan seorang drama queen. Am I that stupid?

Sisi lain adalah kesukaan Andrei untuk mendetilkan penampilan. Iya sih, metropop memang ditujukan bagi perempuan urban yang hampir ‘gila’ penampilan, tapi ya masak sampai sedetil itu? Saya berasumsi bahwa detil itu hanya untuk mempertebal halaman. Yah, sekali-dua sih tidak masalah tapi kalau keseringan? Basi juga jadinya, kan?

Summary - spoiler alert

Abel sangat memerhatikan penampilannya. Meskipun belum mempunyai pacar lagi, dia masih trauma akibat ditinggalkan oleh Kevin, Abel berprinsip penampilan adalah yang utama. Suatu ketika Hellen, sohibnya, mencoba memperkenalkannya pada seorang cowok. Kontan Abel ngamuk, ia marah karena dianggap tak laku. Namun Hellen tak patah arang, dengan satu rencana akhirnya Abel berhasil dipertemukan dengan Recko yang kabarnya baru datang dari Australia. Meski awalnya tak mau, namun sejatinya Abel penasaran juga. Dan ketika akhirnya ketemu…… Abel langsung ilfil. Mengapa? Pertanyaan pertama yang bisa Anda cari jawabnya dengan membaca metropop ini.

Recko ternyata jenis cowok yang tak mudah menyerah. Sms. Telepon. Berkali-kali menyerbu handphone Abel, walaupun Abel menanggapinya dengan dingin. Hingga suatu saat Recko tak lagi menghubungi Abel dan hal tersebut menimbulkan sedikit kekacauan pada keseharian Abel yang sudah terbiasa dengan serbuan sms atau telepon dari Recko. Singkat cerita, oleh sebab sesuatu Abel menerima Recko sebagai kekasihnya. Apa sebabnya? Pertanyaan kedua yang bisa Anda cari jawabnya dengan membaca metropop ini.

Abel baru menyadari bahwa Recko adalah lelaki yang selama ini ia idam-idamkan, Prince Charming baginya. Namun, sayang, Recko tak bisa menemaninya tiap Jumat malam karena harus lembur di kantor, padahal menurut Abel Jumat malam adalah waktu yang pas untuk nge-date barang pacar tercinta. Hal inilah yang membuat Abel bersedia menerima tawaran Billian, cowok yang menyelamatkannya dari drama memalukan di mal, untuk jalan bareng tiap Jumat malam. Kebetulan sekali, Billian yang mengaku bekerja di café hanya bisa hang out tiap Jumat malam saja. Maka, jadilah Abel dan Billian pasangan Friday night only. Abel berpendapat ia tidak selingkuh, ia hanya berteman dengan Billian karena senyatanya cintanya memang untuk Recko seorang. Tapi mengapa ia juga bergetar apabila berdekatan dengan Billian ya?

Sepandai-pandainya tupai melompat pasti jatuh juga, sepandai-pandainya Abel bermain kucing-kucingan dengan Recko-Billian akhirnya terbongkar juga. Ketegangan double date yang berubah menjadi double trouble berlangsung seru.

Bagaimana akhir dari kisah Abel dan dua lelaki pasangan nge-date-nya ini? Lalu, pada siapakah Abel sebenarnya cinta? Ataukah memang cinta bisa dibagi-bagi, untuk dua orang misalnya? Maka, untuk menemukan jawabannya, silakan baca metropop ini.

0 komentar:

Post a Comment