Monday, August 17, 2009

Resensi Novel Metropop: Kennaz H. Imamah - Kala Lonceng Cinta Berdentang

Mentah!


Judul: Kala Lonceng Cinta Berdentang
Pengarang: Kennaz H. Imamah
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Genre: Romance, Fairytale in Metropop
Tebal: 256 halaman
Rilis: Juli 2009 (cet. 1)
Harga: Rp35.ooo (Toko)
ISBN: 978-979-22-4786-2

Ketika kali pertama genre Metropop dipatenkan oleh Gramedia, novel-novel berlatar kaum urban ini hadir dalam balutan nuansa elegan yang anggun. Bercerita tentang geliat kehidupan di kota metropolitan, bersandang-pangan-papan tak jauh dari kata mewah, dengan tokoh-tokoh nyaris sempurna dalam tampilan fisik dan kecukupan materi, namun terlalu rapuh emosi. Gambaran itu meninggalkan kesan bagi saya bahwa novel ini membidik pembaca dari kaum urban, mostly perempuan, yang cerdas (berkarir) sehingga saya selalu menyebut novel-novel metropop adalah novel yang “pintar” meskipun terkadang juga hanya berisikan mimpi muluk dan khayalan yang kelewat tinggi. Untungnya sebagian besar pengarang novel metropop cukup piawai memberikan sentuhan humanistik yang membumi sehingga novel tersebut tetap dapat dinikmati dengan logika.

Sayang, novel debutan (?*ga tau kebenarannya, apakah ini debutnya ato bukan*) Kennaz ini gagal memberikan sentuhan humanistik tersebut dan hanya mengumbar dongeng antah berantah yang jauh dari sisi logis. Entahlah, rasa-rasanya baru kali ini saya membaca novel metropop yang langsung hilang minat dari hampir sejak permulaan. Saya menjadi bimbang untuk tetap melanjutkan ataukah stop dan mencari bacaan lain, meskipun akhirnya saya putuskan untuk melanjutkannya. Demi teringat sejumlah rupiah yang sudah saya keluarkan untuk menukarnya di kasir Gramedia akhirnya saya bertekad untuk merampungkan-baca novel bersampul manis ini.

Yang bisa saya katakan adalah novel ini masih terlalu “mentah”. Yaitu, agak terlihat kurang rapi dalam penjalinan adegan per adegan. Diksi-nya lumayan bagus, namun agak terlihat amatiran. Saya menjadi teringat pelajaran mengarang di SD dulu bahwa guru Bahasa Indonesia saya memberi contoh untuk memulai sebuah paragraf dalam suatu bab dengan menggambarkan suasana sekitar, keadaan cuaca, atau detail set lokasi, dengan bahasa “langitan” yang indah nan menawan. Sepintas seolah sedang berpuisi. Dan novel ini melakukan hal itu. Kennaz hampir selalu memulai paragraf seperti yang dicontohkan guru SD saya itu. Untuk ukuran novel modern, cara seperti itu agak old fashioned.

Dari segi tema, novel ini pun tidak hadir dengan tema yang kuat atau unik. Tema cinta bercabang banyak begini sudah sering diangkat. Dan bila dibandingkan dengan novel-novel sebelumnya yang membahas tema serupa yang sudah saya baca, novel ini tertinggal cukup jauh. Saya berharap novel ini menghadirkan konflik yang rapat berkaitan dengan kesibukan si tokoh utama me-manage pacar banyaknya. Sayang, Kennaz hanya ‘sempat’ membuat satu scene yang mengilustrasikan kerepotan tersebut dan itu pun kurang greget. Agak alot. Dan, tidak berhasil, dalam pandangan saya.

Bagi saya, novel ini tak meninggalkan kesan apa-apa. Saya cukup kaget bahwa tidak ada satu pun unsur dalam novel ini yang saya sukai. Terkadang meskipun saya tidak menyukai keseluruhan sebuah novel, saya tetap menyukai salah satu unsurnya. Entah diksi, setting, tokoh-tokohnya, atau gaya bahasanya. Namun, tidak dengan novel ini. Saya juga agak muak (maaf) dengan ketertarikan penulis pada tokoh pria yang kebule-bulean.

Oh, tidak. Maafkan saya. Bukan maksud untuk mencela habis-habisan novel ini. Sekali lagi saya tekankan, posisi saya hanyalah seorang pembaca biasa dengan sisi subjektivitas yang sangat berlebih. Plus, saya sendiri tidak bisa/mampu membuat novel bahkan yang seperti telah ditulis Kennaz ini. Saya hanya membuat review sebatas selera saya. Murni, tidak ada tendensi apapun. Awalnya saya berniat menjadikan blog review saya ini berguna (bagi yang mampir dan membaca) sebagai bahan pertimbangan untuk membeli sebuah buku. Tapi, faktanya saya tidak piawai menilai buku dengan seobjektif mungkin. Jadi, segala keputusan ada di tangan masing-masing. Seni adalah berpijak pada selera. Saya boleh bilang novel ini jelek, Anda pun tidak dilarang memuji novel ini. Semua berpulang kepada selera kita masing-masing.

Selamat membaca!

Sinopsis (cover belakang)
Divvy memandangi lonceng kaca di tangannya. "Dulu aku pernah baca dongeng tentang seorang putri yang memanggil pangerannya dengan cara membunyikan lonceng. Biarpun sang pangeran berada ratusan meter jauhnya, dentang lonceng yang dibunyikan sang putri pasti akan membuat sang pangeran secepat kilat datang ke tempat sang putri berada."

Divinia Prudencia tidak pernah bisa menolak ajakan berpacaran. Itulah kenapa Divvy punya banyak pacar. Dan enggak tanggung-tanggung, lima orang sekaligus!!! Waktunya tersita untuk bekerja dan mengatur jadwal kencan dengan semua kekasihnya. Suatu hari Divvy berulang tahun dan mendapatkan hadiah lonceng. Setiap kali Divvy membunyikan lonceng tersebut, selalu saja pria yang sama menghampiri meja kerjanya. Apakah dongeng itu nyata? Apakah lonceng itu akan menunjukkan siapa cinta sejati Divvy? Lalu bagaimana dengan kekasih-kekasih Divvy yang lain?



2 comments:

  1. I have been exploring for a little for any high-quality articles or blog posts in this kind of space
    . Exploring in Yahoo I finally stumbled upon
    this web site. Studying this information So i'm satisfied to exhibit that I've a very
    good uncanny feeling I found out exactly what I needed.
    I such a lot indubitably will make sure to
    don?t omit this website and give it a glance on a
    continuing basis.

    Also visit my web site: Cris Teano

    ReplyDelete
  2. Placed the baking site in your range quite so they driving history additionally cork heading reposition.
    Additionally, you can roast your ultimate small rodent, mainly because certain happens to be oven-safe.
    The effectiveness of Le Creuset enameled surefire why don't we so it to have some of the optimum stove conditions. You are going to remodeling your prized components at the same time, can be better fight children, in spite that distributors now don't make sure you have the particular set of gizmos inside of the extremely exterior.
    Distinguish between without interruption performance time after plan occasion.
    This process Holman heater might be small-scale appearing in building additionally
    it methods 24.3" high 31.1' wide and as well , 22.3" deep which may suitable for firms complete with space.


    Feel free to surf to my homepage - Raymon Terkelsen

    ReplyDelete