Judul: Kontrasepsi (Andai bahagia bisa dirancang dengan sempurna)
Penulis: Eni Martini
Penerbit: Gagas Media
Tema: Dewasa, Perencanaan Keluarga, Rumah Tangga
Tebal: x + 250 halaman
Harga: Rp34.000
Rilis: 2009 (Nopember/Desember)
Pertama: Gagas, FIRE YOUR EDITOR. PECAT! SEKARANG! Cari yang baru. Yang benar-benar mengerti bagaimana kerja seorang editor. Jangan pekerjakan saya, karena saya juga tidak tahu bagaimana kerja seorang editor. Sebagai pembaca, saya hanya sangat kecewa dengan kinerja editor sehingga sangat menganjurkan agar GagasMedia menggantinya, secepatnya. Novel Eni ini menjadi salah satu novel dengan kerja editan yang menurut saya kacau. Saya ulangi...KACAU! BALAU! Duh, rasanya beberapa waktu belakangan saya sudah mulai tidak cerewet lagi soal editan sebuah buku. Meskipun masih melontarkan satu-dua kritik, tapi hanya karena satu-dua lipatan kerut dahi saya saja (baca - migrain karena editan yang asal-asalan), dan baru sekarang lagi saya harus dibuat geregetan (pengen-nelen-biji-kedondong) gara-gara buku yang parah sekali editannya. Salah ketik, salah penempatan tokoh, salah sebut nama tokoh, salah tanda baca (kurang pas), dan cara penyajian dialog yang amburadul, membuat saya sakit kepala. Ya ampuuunnnnnnnnnnn.....cape' deh... Eh, tapi buktinya mana? Biasanya lo kasih tuh yang salah sebage contoh. Kali ini tidak ada contoh, sangking banyaknya kesalahan, saya jadi malas menuliskannya di sini.
Kedua: jauhkan novel ini dari jangkauan putra-putri, ponakan, atau adik Anda yang masih di bawah umur. Seharusnya, GagasMedia memberikan label adult (dewasa) untuk novel ini. Meskipun di Indonesia, pe-label-an seperti itu seolah tidak ada gunanya, paling tidak masih ada effort dari penerbit untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Novel ini penuh dengan konten yang menurut saya hanya cocok untuk orang dewasa (adult only). Penyebutan alat kelamin, beragam jenis alat penunda kehamilan, serta penyebutan hubungan intim di dalamnya, menurut saya sangat tidak layak dikonsumsi bagi yang belum cukup umur. Sekali lagi, JAUHKAN NOVEL INI DARI JANGKAUAN ANAK-ANAK!!!
Sebenarnya novel ini cukup bagus, kalau boleh dipuji, novel ini bisa dijadikan sarana pemberian edukasi tentang rumah tangga bagi pasangan muda yang baru menikah dan menjelang punya momongan. Namun demikian, segala macam pemikiran penulis yang tertuang di sini, apabila benar-benar ingin diaplikasikan harap untuk dikonsultasikan terlebih dahulu dengan ahli atau kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya, karena segala informasi yang terselip di sini tidak disertakan dengan sumber ilmiah yang cukup dan akurat, sehingga kurang bisa terjamin validitasnya. Jangan sampai Anda salah mengimplementasikan selipan informasi yang disampaikan oleh penulis melalui tokoh-tokoh rekaannya ini.
Ketika kali pertama melihat novel ini di toko buku saya sekejap mengerutkan kening dan berujar pelan pada diri sendiri, "bedanya ama Test Pack-nya Ninit Yunita apa ya?", sayang...ternyata saya agak lupa jalan cerita novel Ninit itu. Maka, saya tak bisa membandingkan kedua novel fiksi itu. Yang jelas, Kontrasepsi-nya Eni juga lumayan bagus kok, terutama dari segi tema, penokohan, dan pemberian konflik yang warna-warni.
Summary tokoh: Moza (ibu dari Kinan dan Gibran - penulis yang ibu rumah tangga), Didit (suami Moza), Keira (pemilik toko kue, ibu dari Queen yang lahir prematur), Ve (suami Keira), Neyne (fotografer, study ke Paris, keguguran), Thomas (partner Neyne), Sandra (relasi Moza), Nathan (ex-Neyne).
Dari segi gaya bahasa sih standard novel chicklit atau novel metropop lain, tidak ada yang istimewa. Terkadang juga agak membosankan karena konflik hanya berputar di masalah pilih-pilih alat kontrasepsi. Memang fokus dan sesuai dengan garis besar yang ingin dipesankan oleh sang penulis, tapi...ya itu tadi, menjadi agak boring. Maybe karna lo cowok??? Bisa jadi.
Tak banyak yang bisa saya komentari dari novel ini kecuali "kekesalan" saya pada banyaknya kesalahan yang lolos dari mata editornya (padahal dua orang). Duh!!!
Anyway, enjoy reading, people!
Sinopsis (cover belakang)
Cemburu adalah dosa yang paling rentan dialami perempuan. Uniknya, perasaan itu justru tumbuh saat berinteraksi dengan sesama kaumnya.
Lihat saja Moza. Meskipun tampak bahagia-bahagia saja dengan kehidupan pernikahannya, diam-diam Moza menyimpan iri hati yang besar terhadap Neyne, sahabatnya yang masih melajang.
Neyne selalu berkoar-koar tentang enaknya hidup single. Tapi kenapa dia tak bisa menyembunyikan perasaan cemburunya ketika Keira dilamar sang pacar?
Keira lain lagi ceritanya. Dia salut melihat Moza yang begitu kekeuh menjalani tanggung jawab sebagai ibu. Dia sendiri juga pengen punya anak... suatu hari nanti-entah kapan.
Dan ketika belakangan ketiganya dihadapkan kepada situasi yang melibatkan alat kontrasepsi, tiba-tiba rasa cemburu itu terasa tak perlu....
holaaa...
ReplyDeletegoogling tentang buku ini dan nemuin resensian dikau.
ow... udah terbit dari 2009 toh? kok dakuh ga pernah liat ya di toko buku?
tentang editor, sayah juga setuju. saya nemuin banyak typo yang bikin sayah bertanya2.
btw, tentang pernyataan ini :
Memang fokus dan sesuai dengan garis besar yang ingin dipesankan oleh sang penulis, tapi...ya itu tadi, menjadi agak boring. Maybe karna lo cowok??? Bisa jadi.
penulisnya kan cewe?!
anyway... makasih reviewnya.. sayah juga mo ngereview juga ahhh