Saya harus baca ulang Divortiare, definitely!
Read from February 1 to 4, 2012
Rating: 3,5 out of 5 star
Judul: Twivortiare (sekuel Divortiare)
Penulis: Ika Natassa
Desain sampul: Ika Natassa
Editor: Elysha Saputra
Proofreader: Syarafina Alfiansyah
Penerbit: independent by Ika Natassa (nulisbuku.com)
Tebal: 283 hlm
Harga: Rp60.000
Rilis: Januari 2012 (pre-order cetakan pertama)
ISBN: -
Summary
Alexandra Rhea, turn to be 31-year-old, still a banker, menuangkan segala unek-uneknya melalui akun twitternya, @alexandrarheaw. Tak sekadar permasalahan pekerjaannya saja, bahkan saat-saat berat setelah adu argumentasi dengan her twice-husband, Beno Wicaksono, ia tumpahkan melalui kicauannya yang sering ditimpali oleh sahabat karibnya, Wina Soedarjo, @winasoedarjo. Dan, melalui tweet-tweetnya, Alexandra menguraikan kehidupan pernikahannya yang untuk kedua kalinya dengan Beno. Berbekal pengalaman pahit divortiare pada pernikahan pertama mereka, Alexandra dan Beno berusaha saling menguatkan untuk menjaga tali cinta suci mereka, meskipun keduanya menyadari hal tersebut tidaklah mudah karena terbentang jurang perbedaan yang tak gampang diseberangi.
Simak liku-liku perjalanan sepasang mantan suami istri yang mendapat kesempatan kedua untuk kembali merajut mimpi melalui ikatan pernikahan ini dalam novel terbaru karya Ika Natassa bertajuk Twivortiare yang merupakan sekuel dari novel laris Divortiare dan novel kelimanya setelah A Very Yuppy Wedding, Divortiare, Antologi Rasa, dan Underground (online).
Tak perlu lagi saya menyebutkan alasan mengapa saya harus membeli dan membaca novel ini. Bagi saya nama Ika Natassa adalah jaminannya, jadi buat apa mikir dua kali buat beli? Maka, ketika secara tak sengaja di timeline saya membaca tweets teman pembaca yang suka karya Ika Natassa berkicau soal pre-order novel Twivortiare, saya langsung meminta bantuan oom Google untuk mencari informasi tentang hal tersebut, dannnn...akhirnya saya ikut ngantre pre-order novel ini. Maklum, dengan tawaran bonus tanda tangan saya pasti mau, mengingat tiga novel Ika lain yang saya miliki juga sudah bertanda tangan dirinya. Horeeeeee....
B.A.G.U.S. (semua huruf kapital) adalah kesan saya selepas membaca novel ini. Love it. Gaya menulisnya sih tak perlu lagi saya ragukan. Ika Natassa selalu menghadirkan suatu cerita yang mengalir lancar, manis dan sadis di saat yang bersamaan. Simpulan sederhana, saya dibuat ngikik dan sesek di waktu yang hampir berbarengan. Bahkan, di saat tertentu saya dibuat sebal sama kebebalan dua tokoh utama di sini. Sempat saya lempar bukunya, tapi dengan cepat saya pungut kembali, karena pada dasarnya saya penasaran setengah mati untuk mengikuti perjalanan hidup kedua tokohnya. Hadehhhh, nyandu bener nih buku.
Tak heran memang, bahwa banyak sekali yang jatuh hati pada sosok dr Beno Wicaksono, the busiest Heart Surgeon in Jakarta. He’s truly lovable. A gentle-wealthy-family-man. Siapa perempuan yang tak luluh jika sang lelaki pujaan hati bilang begini:
“I want you for dinner.” (hlm. 170), ketika sang perempuan bertanya apakah sudah makan malam di luar atau belum.Atau perempuan mana yang tak mau dinikahi oleh lelaki dengan tanggung jawab sebesar yang dimiliki oleh Beno ini:
“Mulai menikah nanti, semua kebutuhan keluarga dan kamu, itu kewajiban aku. Everything.” (hlm. 146).You, girls, sound materialistic? Hmm, ini area yang debatable, bisa jadi bahan diskusi selepas membaca novel ini. Tentu saja, Alexandra sudah memberikan pendapatnya di novel ini. Nah, tinggal pembaca untuk setuju atau berpendapat lain. The decision is yours.
But, I definitely need to re-read my Divortiare. I am kinda lost when I read this book. Jujur, ketika kali pertama terbit dan langsung baca pada sekitaran tahun 2008, I didn’t like Divortiare. I don’t know why, tapi saya sedikit kecewa pada Divortiare, karena saya menilai A Very Yuppy Wedding yang adalah novel debutan Ika lebih charming. Tapi kemudian saya agak ragu dengan feeling saya sendiri ketika banyak sekali teman pembaca saya malah jatuh hati pada novel Divortiare. So, what’s wrong with me?
Saya semakin merasa harus membaca ulang Divortiare ketika saya terlupa pada beberapa detail jalan takdir Alex-Beno di Divortiare yang punya pengaruh penting bagi keberlangsungan kisah pernikahan mereka di Twivortiare ini. Pertanyaan paling signifikan, mengingat background relijius kedua tokoh, apakah jenis perceraian yang ada di Divortiare adalah talak satu/dua/tiga? Who cares? For me, ini penting. Ya, balik lagi ke aturan hukum agama yang disematkan kepada dua tokohnya, jika sudah jatuh sampai dengan talak tiga maka keduanya hanya bisa menikah lagi apabila si perempuan sudah menikah dengan lelaki lain lalu bercerai dari lelaki itu. Nah, saya mencoba mencari clue di Twivortiare, dan cuma mendapati keterangan ini:
After a divorce and two marriages, Beno and I believe that marriage is work. (hlm. 17)Namun, saya merasa dua pernikahan yang disebut dalam kalimat itu adalah tetap pernikahan Alex-Beno, bukan pernikahan setelah perceraian keduanya dengan orang lain. Dan, dalam curhatnya, Alex juga tidak pernah menyebut-nyebut mantan suami selain Beno. So, untuk sementara waktu, saya menganggap perceraian mereka di Divortiare memang belum sampai pada tahap talak tiga yang memungkinkan mereka untuk rujuk tanpa perlu renewed-the-marriage, apalagi mereka mulai dating lagi setelah 6 bulan dari adegan terakhir di Divortiare (Beno ngajak Alex makan nasi goreng Sabang). See? Penting banget bagi saya untuk membaca ulang Divortiare dan menemukan jawabannya.
Sebagaimana judulnya yang ada unsur Twit-nya, novel ini dirancang serupa timeline twitter dari akun @alexandrarheaw, yang hanya dipisahkan oleh tanggal update statusnya. Jadi, pada saat-saat tertentu, Alex juga meretweet (RT) dari follower-nya atau dari akun twitter tokoh populer semisal @paulocoelho dan @victoriabeckham. Mungkin yang perlu dijelaskan adalah sikap Beno yang mana awalnya dia apatis pada twitter lalu nge-tweet something about Alexandra. Hmm, selama ini Alex kan nge-tweet-nya behind Beno’s back, dan Beno juga tidak diceritakan punya akun twitter, nah itu gimana? Bukane kalu nge-tweet, tweet-tweet sebelumnya/timeline bisa saja terbaca dan mengingat sifat Beno, bukankah seharusnya terjadi ledakan kemarahan di adegan Beno nge-tweet itu (hlm. 152)? Oiya, novel ini mostly ditulis dalam bahasa Inggris (campur aduk sama bahasa Indonesia), dan terasa sekali unsur ekspresif-nya seperti kita yang bebas pasang status setiap saat.
Saya sempat iseng menghitung karakter sebuah paragraf dan ternyata terdiri dari lebih 140 karakter. Hmm, bakalan tambah unik sih kalau saja novel ini bener-bener serupa twitter di mana tiap paragraf tak lebih dari 140 karakter. Salut sudah pasti saya berikan karena jelas tak gampang merunutkan cerita dalam batasan seperti itu. Yang membuat saya agak kecewa, saya tak sempat ikut mem-follow akun Alexandra itu sehingga tak bisa menyimpulkan apakah seluruh isi buku ini adalah tweet Alex yang sudah dipublish. Btw, sekarang ini akun twitter @alexandrarheaw masih ada lho meskipun di-protect, lalu juga muncul akun twitter @siMbok yang merupakan khadimat di apartemen Alex-Beno, hahaha, ada-ada saja......:)
Membaca novel karangan Ika, yakin deh tidak hanya akan memberikan efek hiburan belaka tapi juga ada quote-quote keren yang bisa dijadikan sebagai bahan perenungan, introspeksi, atau materi diskusi bareng teman. Bagi saya, ini penting. Meskipun dari awal saya selalu meniatkan bahwa membaca buku itu untuk mendapatkan hiburan/sebagai refreshing tetapi saya juga berharap mendapatkan sesuatu. Tak jarang saya membaca buku hanya dapet nothing. Tapi membaca Twivortiare ini, saya mendapat banyak bahan untuk berkontemplasi.
Nahhhhhh, yang ini salah saya. Mengapa saya tidak menanyakan dari mana Ika mendapatkan ide untuk menggunakan judul Twivortiare. Ketika ikut A Very Yuppy Dinner with Ika Natassa saya hanya menanyakan mengapa ia memilih judul Divortiare dan batal menanyakan alasan pemilihan judul Twivortiare. Saat itu dalam benak saya, “Gak usah ditanya, bego banget sih pertanyaan, kan udah pasti itu lanjutan Divortiare yang tokohnya idup dan crita pake twitter,” dan sampai dengan pulang dari Plaza Senayan malam itu, saya tak pernah tahu alasan pasti Ika memilih judul Twivortiare. Untuk mengintip proses kreatif dari lahirnya Twivortiare, silakan kunjungi ikanatassa.tumblr.com
Mengingat Twivortiare edisi awal ini diterbitkan secara independen oleh penulis, saya sudah memprediksikan bahwa novel ini akan banyak cacat-nya di segi editing dan proofreading, meskipun saya tetap dibuat syok karena ternyata novel ini ada jajaran editor dan proofreader. Dalam bayangan saya, self-publishing itu (katanya) semua-muanya ditangani sendiri. Maka, saya harus bilang, masih cukup banyak kalimat yang tak diedit dan diproofread dengan baik. Kalau di istilah film/klip musik mungkin ini masuk kategori Unsencored atau Director’s cut, hehehe. Entahlah, saya memang pembaca kuno bin kolot sih ya. Dalam percakapan sehari-hari sih saya nggak peduli ada yang teriak soal F-word or Ass****, tapi di media buku yang suatu ketika bisa dibaca anak-anak under-age, hmm, saya berharap semoga bisa diperhalus.
OMG, puhleeeeeasseee deehhhhh, ini zaman kan internet, cyiiiin, perlu gitu dipermasalahin? Hahaha, for me, masih penting. Saya saja kesal ketika video klip single Criminal-nya Britney Spears yang begitu indah (dan BritBrit cantik banget di situ) malah kena flag di youtube dan hanya bisa ditonton oleh yang sudah dewasa hanya gegara video itu menampilkan (sedikit) adegan violence and sexy scene. Tapi, ya, sometimes, ada beberapa hal yang tak diperkenankan untuk menerjang boundaries, kan?. Nggak nyambung, ya? Hahaha, maafkan.
But, overall, saya suka novel ini. 3,5 bintang untuk novel ini. 1,5 bintang lainnya saya simpan karena cukup banyak typo (atau emank disengaja karena itu dari tweets? dunno) dan suatu ketika saya terhantam kejenuhan ketika adu argumentasi Alex-Beno berulang-ulang-ulang-ulang sampai beberapa kali. Saya sadar sih, pengulangan itu penting untuk membuat twist di endingnya itu benar-benar terasa. Namun demikian, di saat-saat tertentu saya capek sendiri mendapati sisi labil dari dua tokoh ini.
Okay, selamat membaca kawan! Dan bagi yang nggak pre-order kemarin, sabar yaaaa, novel ini akan dirilis resmi oleh Gramedia sekitaran bulan Mei 2012 (source: ikanatassa.tumblr.com)
oiya, ini, ada tanggapan dari Ika Natassa di goodreads sih, perlu kyknya saya share di sini, karena dapat menjawab pertanyaan yang saya lontarkan di review ini:
ReplyDelete"hai ijul, thanks ya review-nya. menjawab bbrp pertanyaan:
1. iya ini murni dari transkrip @alexandrarheaw (aslinya udh 600an halaman) yg kemudian gue rampingkan jd novel ini, dgn cara menghilangkan sebagian besar tweets. jd awalnya tiap twit memang 140 karakter, tp supaya lbh enak dibaca, pengejaan katanya dibuat full, e.g tadinya di tweet knp jadi kenapa
2. talak 1, ini sbnrnya ada di salah satu tweets yg gue hilangkan dr buku final
3. maaf ttg profreading yg mungkin krg rapi ya :)
thank you for reading this book, saat ini naskahnya lg diambilih oleh editor gue di gramedia dan akan dirilis gramedia dlm tahun ini jg. you're one of the lucky 1300 readers who got to read it first :)
waduhh lama bgt mas nunggu bulan mei...wis ngiler iki..
ReplyDeleteadakah cara lain spy sy bs mendapatkannya?
thx u
Hi,thanks yach atas review dr novel2 metropop nya bs jd resensi saya utk beli novel coz terkadang kog kl hanya baca dr cover atau resensinya aja kdg suka menjebak heheheh btw mo tanya kl mo beli novel twitvortiare ini dimana yach? coz saya cari di gramedia dan tga blm ada heheheh mohon pencerahan nya yach ······ thanks ditunggu review novel2,metropop lainnya yach
ReplyDeleteHi,thanks yach atas review dr novel2 metropop nya bs jd resensi saya utk beli novel coz terkadang kog kl hanya baca dr cover atau resensinya aja kdg suka menjebak heheheh btw mo tanya kl mo beli novel twitvortiare ini dimana yach? coz saya cari di gramedia dan tga blm ada heheheh mohon pencerahan nya yach ······ thanks ditunggu review novel2,metropop lainnya yach
ReplyDeleteHi,thanks yach atas review dr novel2 metropop nya bs jd resensi saya utk beli novel coz terkadang kog kl hanya baca dr cover atau resensinya aja kdg suka menjebak heheheh btw mo tanya kl mo beli novel twitvortiare ini dimana yach? coz saya cari di gramedia dan tga blm ada heheheh mohon pencerahan nya yach ······ thanks ditunggu review novel2,metropop lainnya yach
ReplyDeleteYay, akhirnya aku berani baca reviewmu mas! XD
ReplyDelete*yaiyalah karena uda baca bukunya*
Ending Twivortiare sepertinya masih membuat penasaran :) Mbak Ika apa punya rencana untuk membuat trilogi atau lanjutannya, sepertinya banyak topik yang menarik untuk diangkat seputar rumah tangga Alex dan Beno. Mungkin kelanjutan mereka memiliki momongan, dilema ibu bekerja yang mempunyai bayi/anak, penyesuaian dua pribadi yang sangat egois ketika dihadapkan pada tanggung jawab sebagai orang tua, menjadi orang tua di tengah lingkungan perkotaan dan topik/konflik2 lainnya yang tentunya kalau dikembangkan oleh mba Ika menjadi lebih menarik dan membuat pembaca puas :) tapi kalau ada lanjutan novel Twivortiare, tolong jangan dibuat gantung lagi ya endingnya, bikin gemes soalnya :)
ReplyDeletekira2 masukan ini bisa sampai ke mbak Ika gak ya :) thx.