Sejujurnya saya belum baca buku Merry Riana: Mimpi Sejuta Dollar meski nama Alberthiene Endah di sampul depan buku itu menjadi faktor utama yang bisa menggerakkan saya untuk mencomot, membuka, dan membaca buku ini. Tapi, tidak. Keengganan saya membaca buku nonfiksi lebih menguasai diri hingga sampai saat ini saya belum berniat membaca salah satu buku fenomenal dari salah satu sosok muda nan fenomenal Indonesia itu. Sampai film yang diadaptasi dari buku ini dirilis dan bisa disaksikan di bioskop tanah air mulai tanggal 24 Desember 2014 kemarin, saya tetap belum membaca buku ini.
Tak jadi soal, toh saya tak ragu ketika memutuskan untuk pergi ke bioskop dan menonton film ini. Okeeee, kali ini ada sosok Chelsea Islan sebagai alasan utama menonton film ini sih, hehehe.
Sejak mengagumi akting si cantik pemeran Bintang di sitkom Tetangga Masa Gitu? yang tayang di NET.TV itu, saya seperti kecanduan menikmati kemampuan akting Chelsea yang begitu istimewa. Tak terkecuali di film Merry Riana ini. Meski pada beberapa scene tampak terlalu lebay (mungkin tuntutan skenario) misal ketika ia melamar kerja dan mendapat pekerjaan pertamanya di Singapura sebagai agen sebuah lembaga nonprofit yang mencegat pejalan kaki atau kewajiban menangis di sepanjang film, menurut saya kualitas akting Chelsea Islan patut mendapat apresiasi setinggi-tingginya.
Pada beberapa adegan, tatapan mata Chelsea begitu intens. Keseriusan dan totalitasnya dalam memerankan Merry Riana begitu jelas tergambar. Saya sangat-sangat-sangat terpuaskan dengan kesempurnaan akting seorang Chelsea Islan. Apakah saya yang terlalu lebay di sini? Hmm, bisa jadi karena saya memang sudah nge-fans berat sama Chelsea, sih, hehehe.
Tentang ceritanya sendiri, hmm... cukup inspiratif, meskipun, lagi-lagi, mestinya tidak perlu dibikin se-lebay itu. Sebenarnya antara beruntung-tidak beruntung saya belum membaca bukunya. Awalnya saya pikir Merry Riana yang disebut-sebut meraih satu juta dollar pertamanya (singapura apa US, ya) di usia 26 tahun saja ini diraihnya dengan menjadi motivator dari sebuah MLM. Maka, saya mereka-reka akan seperti apakah filmnya. Ternyata, lebih banyak romance-nya, ya? Apakah di bukunya juga begitu? Sampai keluar dari bioskop pun saya masih enggak paham, satu juta dollar yang didapat Merry itu dari mana, ya? Dari menjadi agen asuransi atau dari bermain saham? Yang saya dapatkan justru Merry secara ajaib menemukan cincin tanda cinta Alva dari seorang ibu tua pengamen jalanan. Hmmm...
Well, memang diceritakan sih bagaimana perjuangan Merry Riana yang karena kejadian 1998 harus "mengungsi" ke Singapura dan karena uang yang dipunya keluarganya tak cukup, hanya Merry yang pergi ke sana. Dari sinilah kisah perjuangan Merry yang masih muda belia harus survive di negara Singapura yang terkenal serbamahal itu. Dalam perjuangannya, Merry bertemu dengan Irene (Kimberly Ryder), mantan teman seangkatan di SMA yang kemudian menjadi sahabatnya di Singapura, dan Alva (Dion Wiyoko), penjamin keberadaannya di kampus yang kemudian menjadi pelabuhan cintanya.
Dari departemen akting sudah lumayan, kok. Bahkan dapet banget nuansa Singapura-nya. Untuk dialog berbahasa Inggris juga sudah disertakan subtitle-nya. Sedangkan aktor si pencuri perhatian di film ini adalah si bos pengelola Singapore Flyer yang kemayu dan dikesankan gay (saya lupa nama tokohnya). Para penonton selalu terkesiap lalu geli dan terbahak-bahak jika aktor tersebut nongol. Meskipun kurang sreg dengan tata musiknya, tapi untuk filmnya sendiri tata suaranya sudah sangat bagus, mendukung setiap adegannya. Sedangkan dari segi pengambilan gambarnya juga bagus. Beberapa view indah negeri Merlion, termasuk bianglala raksasa, Singapore Flyer, yang menjadi set lokasi filmnya juga tereksekusi dengan apik. Ahh, saya jadi makin enggak sabar untuk segera berkunjung ke Singapura Februari mendatang.
Oke, secara keseluruhan saya memberikan 3,5 dari 5 bintang untuk film ini (1,5 bintangnya sendiri buat Chelsea Islan). Cukup inspiratif dan bisa menumbuhkan kepercayaan diri bahwa jika kita mau berusaha maka tidak ada yang mustahil. Dari dialognya juga banyak sekali kalimatnya yang quotable. Sayang, terlalu banyak drama enggak penting dan adegan mewek yang sinetron banget. Maklum juga sih, yang bikin kan MD Pictures, konglomerat sinetron ituuuu...
Selamat menonton dan membaca bukunya ya, tweemans.
Bisakah saya mendapatkan buku ini? Karena di toko buku gramedia tidak ada
ReplyDeletesaya butuh bukunya, dimana saya bisa mendapatkannya
ReplyDeletehahaha, saya pun tak tahu apakah buku itu memang benar-benar ada :)
ReplyDelete