Hai, Emma, terima kasih atas kesediaan berbincang-bincang bersama @fiksimetropop tentang Emma dan dunia kepenulisan yang Emma geluti saat ini. Sebelumnya boleh dibagi informasi keseharian Emma?
Hai teman-teman, saat ini saya baru saja mulai bekerja dan merintis karier di sebuah perusahaan. Saya lulus dari jurusan ekonomi :)
Wah, kerja kantoran juga, ya? Jadi, bagaimana cara Emma membagi waktu antara kesibukan harian dan menulis? Dan, apakah ada waktu atau tempat khusus untuk menulis?
Biasanya ketika sedang menyelesaikan satu tulisan, saya menyisihkan waktu di akhir minggu, atau di malam hari. Sesempat saya bisa, dan juga tergantung mood. Waktu khusus tidak ada. Kadang bisa setiap malam saya menulis. Tapi kadang, seperti belakangan terjadi, hampir dua bulan saya tidak menyentuh laptop saya kecuali untuk browsing lagu atau film :p
Bagaimana dengan keluarga, apakah mereka mendukung karier kepenulisan Emma?
Keluarga saya berdiri netral. Mereka tidak menghalangi kesukaan saya menulis.
Omong-omong, sejak kapan Emma menyukai dunia tulis-menulis?
Dunia menulis menurut saya erat kaitannya dengan kesukaan baca seseorang. Dengan demikian, boleh saya simpulkan, itu berawal sejak kecil. Diawali dengan hobi baca saya, lantas menulis kisah harian saya sendiri dalam bentuk diary, lalu personal blog.
Terus, apakah Emma juga mengalami fase kepenulisan dengan mengikuti bermacam lomba penulisan?
Tidak pernah.
Hmm, pernah mengikuti kegiatan workshop kepenulisan/pendidikan formal kepenulisan ataukah menggeluti dunia kepenulisan ini secara otodidak?
Belum pernah ikut workshop. Saya belajar dari banyak baca dan juga masukan dari editor.
Dari karya yang sudah terbit, Emma kan menulis novel, nah, apakah Emma juga menyukai menulis cerpen atau puisi?
Saya sangat suka cerpen. Saya sering menulis cerpen, walaupun seringnya hanya untuk konsumsi pribadi saja. Saya juga suka baca puisi. Tapi sampai sekarang, sayangnya, saya belum mampu menulis puisi.
Oke, sekarang nyampe ke pertanyaan sejuta umat, hehehe. Biasanya ketika menulis, dapat inspirasinya dari mana, sih?
Inspirasi saya datang dari kejadian sehari-hari. Seperti untuk novel Re-Write, inspirasi awal jatuh pada tokoh Beth. Saya membayangkan seorang gadis yang sulit move on. Seorang gadis galau dan kadang minder, seperti kebanyakan dari kita di kehidupan nyata kita, dan dari sana, cerita bergulir.
Kalau penulis dan novel favorit Emma?
Novel favorit saya... seperti kebanyakan pembaca lain, saya yakin banyak sekali. Sangat banyak malah. Sulit untuk disebutkan satu per satu. Mulai dari Gone with the Wind (Margaret Mitchell) hingga P.S. I Still Love You (Jenny Han). Mulai dari serial Little House (on the Prairie karya Laura Ingalls Wilder) hingga On Writing-nya Stephen King. Begitupun dengan penulis favorit: Banyak sekali. Banyak penulis hebat dengan kisah-kisah luar biasa yang mengundang untuk kita membaca karya-karya mereka. Tapi jika harus disebutkan beberapa, maka saya suka Colleen Hoover, Jenny Han, Gilian Flynn, Haruki Murakami, Sophie Kinsella, Winna Efendi, dan juga Ilana Tan.
Well, apakah ada pengaruh yang diberikan oleh penulis favorit tersebut, baik langsung maupun tidak, dalam hal menulis?
Setiap buku bagus yang kita baca, saya yakin, sadar atau tidak, akan memengaruhi cara pikir kita, yang pada akhirnya akan tertuang pada tulisan yang kita hasilkan.
Terkait novel-novel Emma yang telah diterbitkan Gramedia dua-duanya berlabel Young Adult, apakah itu pilihan Emma atau editor? Boleh diceritakan sedikit tentang label Young Adult bagi novel-novel karya Emma?
Dalam menulis, saya tidak terlalu memikirkan akan dimasukkan dalam kategori apa oleh penerbit. Saya percaya pada keputusan penerbit. Mereka pasti akan mengelompokkan tulisan saya dalam lini terbaik, yang sesuai dengan cerita yang saya tulis.
Jika menilik dua novel Emma yang sudah terbit, Pay it Forward dan Re-Write, sepertinya tema cinta jadi pilihan. Nah, mengapa memilih cinta sebagai tema novel-novel Emma?
Oh ya, dua novel saya jatuhnya memang tentang cinta dan keluarga, ya. :p
Saya menulis sesuatu yang menggugah hati saya. Saya menulis tokoh yang menuntut untuk saya keluarkan dari kepala saya, ke atas kertas. Sampai saat ini, karena memang baru dua novel yang saya tulis, berkat Tuhan semata, saya belum terlalu berpikir tentang hal lain. Saya percaya, setiap buku yang bagus, setiap cerita yang kita tulis sepenuh hati, akan memiliki jalan sendiri ke hati pembaca, apa pun temanya.
Apakah Emma melakukan riset terlebih dahulu dalam menulis ataukah begitu dapat ide langsung menulis?
Mengenai riset, baik untuk Pay It Forward maupun Re-Write, saya berusaha menggali sebanyak mungkin hal yang berkaitan dengan topik dan setting yang saya tulis, sehingga mudah-mudahan semua hal yang saya masukkan dalam novel, bukan tempelan semata :)
Dari semua novel yang sudah terbit, mana yang memberikan kesan paling mendalam? Mengapa?
Saya masih penulis yang baru belajar, nih. Bukunya saja baru dua. Jadi jika ditanya tentang kesan mendalam, saya bisa jawab dua-duanya. Pay It Forward sangat berkesan, karena itu adalah naskah pertama yang diterima oleh penerbit. Sedangkan Re-Write juga sangat berkesan karena ada sesuatu yang sangat istimewa ketika saya menulis tentang Beth dan Rick di sana.
Soal karakterisasi, apakah tokoh-tokoh dalam novel Emma murni reka-imajinasi atau ada beberapa yang berasal dari sosok nyata kehidupan keseharian kamu?
Kalau tokoh hanya reka imajinasi saja.
Apakah impian terbesar seorang Emma Grace dalam dunia kepenulisan?
Impian saya hanyalah semoga saya bisa tetap menulis cerita yang bisa diterima oleh para pembaca tercinta, dan tentunya bisa menghibur kita semua.
Apakah ada keinginan menulis buku non fiksi atau novel di luar tema cinta?
Untuk menulis non fiksi, belum sih untuk sekarang. Terutama karena memang saya belum mampu dan masih perlu belajar lagi.
Terakhir, apakah ada yang ingin disampaikan bagi pembaca Indonesia?
Saya hanya ingin menyampaikan terima kasih banyak untuk @fiksimetropop, dan juga pembaca di luar sana, yang begitu bersemangat membaca dan menularkan virus baca pada teman-teman yang lain melalui dunia media sosial, maupun review-review yang teman-teman buat. Percayalah, itu sangat membantu kami--para penulis, untuk bisa berkarya lebih baik lagi. Jadi, terima kasih banyak, ya, teman-teman.
Sekali lagi, terima kasih ya, untuk kesempatannya.
Oke, Emma. Terima kasih juga sudah berbagi dengan kami, pembaca buku tanah air. Terus menulis dan terus produktif, ya.
Dan, untuk tweemans yang belum punya bahan bacaan untuk minggu depan, lalu masih bingung, yuk... comot saja novel Young Adult Re-Write karya Emma Grace terbitan Gramedia dan ikutan baca bareng selama satu minggu, tanggal 19 s.d. 24 Oktober 2015. Sampai ketemu di Twitterland, tweemans. Cheers!
Kehidupan Beth Samodro berjalan seperti layaknya gadis berumur dua puluh tahun. Ia kuliah di Sydney. Memiliki keluarga yang sayang padanya. Jatuh cinta luar biasa pada laki-laki yang telah ia kenal sejak sekolah menengah di Jakarta.
Perjalan hidup Derick Bhrasongko dimulai dari kota Sydney. Ia lahir dan besar di kota tersebut. Ia tak suka pada orang Indonesia. Masa lalu telah mengajarnya untuk membenci gadis lemah yang hanya bisa menganggukkan kepala dan menurut pada orang lain, atas nama cinta.
Beth dan Rick memiliki latar belakang dan pribadi yang berbeda. Kesamaan di antara mereka hanyalah sama-sama menyimpan rahasia kelam yang membebani langkah mereka saat ini. Kedua manusia yang tak pernah cocok untuk bersama dalam kondisi apa pun. Lalu pada satu persimpangan, jalan mereka bertemu.
Dan garis hidup berkata lain.
0 komentar:
Post a Comment