Monday, January 16, 2017

[Resensi Novel Romance] Angel in The Rain by Windry Ramadhina

#3_2017

First line:
Di salah satu sisi Charlotte Street yang basah, dia berdiri memanggul tas besar.
---pg.8, Chapter: LONDON: Pertemuan di Tengah Hujan

Ini kisah tentang keajaiban cinta.

Tentang dua orang yang dipertemukan oleh hujan. Seorang pemuda lucu dan seorang gadis gila buku yang tidak percaya pada keajaiban.


Di Charlotte Street London, mereka bertemu, tetapi kemudian berpisah jalan.


Ketika jalan keduanya kembali bersilangan, sayangnya luka yang mereka simpan mengaburkan harapan. Ketika salah seorang percaya akan keajaiban cinta, bahwa luka dapat disembuhkan, salah seorang lainnya menolak untuk percaya.


Apakah keajaiban akan tetap ada jika hati kehilangan harapan? Apakah mereka memang diciptakan untuk bersama meski perpisahan adalah jalan yang nyata?

Judul: Angel in the Rain
Pengarang: Windry Ramadhina
Editor: Yuliya & Widyawati Oktavia
Penyelaras Aksara: Widyawati Oktavia
Desainer sampul: Windry Ramadhina & Agung Nugroho
Penerbit: GagasMedia
Rilis: 2016
Tebal: viii + 460 hlm
ISBN: 9789797808709
Format: e-Book on Playbooks (Google)
Harga: Rp19.000 (promo)
My rating: 4 out of 5 star

Saya begitu terbuai oleh LONDON: Angel dan benar-benar terhanyut bersama Walking After You, maka ketika terdengar kabar Windry akan menuliskan penggalan kisah lanjutan LONDON: Angel saya girang bukan main. Apalagi tokoh yang akan dihidupkan adalah Ayu dan Gilang. Saya sendiri begitu terpikat pada karakter Ayu di LONDON: Angel.

Namun demikian, saya baru saja kecewa pada pembacaan karya Windry terakhir, Last Forever. Oleh karenanya saya kelewat banyak berpikir untuk jadi membeli-baca atau tidak ketika Angel in the Rain, si kisah lanjutan itu, akhirnya benar-benar terbit. Maju-mundur-cantik-cantik setiap mau mencomot dari toko buku. Lalu saya pun memutuskan: 1) pinjam teman, kalau suka baru beli; atau 2) nunggu diskonan harga obral.

Ternyata pilihan kedua yang datang terlebih dulu, meskipun tak benar-benar sama, karena yang diskon justru berformat digital di Playstore. Gambling (karena enggak yakin bisa kelar baca di handphone), akhirnya saya beli juga versi digital yang diobral itu. Dan, Angel in the Rain menjadi buku panjang pertama yang selesai saya baca di handphone! Woo-hoo, rekor. Sebenarnya saya juga pembaca e-book, tapi lebih seringnya saya baca di iPad. Sedangkan di handphone saya hanya menyimpan beberapa judul novel saja, dan belum ada satu pun yang terbaca.

sumber: www.pinterest.com

Angel in the Rain ditulis dengan alur maju-mundur. Sebagian besar ber-setting di Jakarta dengan kilasan ingatan ber-setting di London. Kisahnya sendiri dimulai dari bagian akhir kisah LONDON: Angel, ketika Gilang dan Ayu kembali ke Jakarta. Rancangan pertemuan sudah bermula sejak mereka secara tak terduga bertemu di London. Namun, di Jakarta-lah silang kehidupan mereka akhirnya dipertemukan. Dengan segenap kerumitan yang diracik Windry.

Masih tampil dengan diksi menawan, kalimat efektif, dan narasi yang mendetail, saya begitu betah menekuni lembar demi lembar (versi digital) novel kesembilan Windry ini. Gairah saya yang memudar ketika membaca Last Forever, secara drastis meningkat puluhan kali. Didukung pula dengan semangat baca saya yang entah bagaimana cukup bagus di awal tahun 2017 ini.

Buat yang sudah baca LONDON: Angel pasti tahu dong kenapa Gilang pergi ke kota Big Ben itu? Belum tahu? Hmm, baca lagi kalau begitu... dan buat yang belum baca, saya sarankan baca dulu, deh. Hehehe. Kecuali kamu enggak begitu ingin tahu apa saja yang dialami Gilang selama di London, oke-oke saja sih kalau tetap mutusin baca Angel in the Rain tanpa membaca LONDON: Angel dulu. Toh, sebenarnya ada beberapa bagian di sini yang menjembatani bolong informasi itu. Tapi, ada baiknya kamu baca dulu LONDON: Angel, ya.

Di sini Ayu dikenalkan sebagai gadis si gila buku yang ternyata adalah seorang penulis novel pupoler yang cukup laris, sedangkan Gilang sebagai si pemuda lucu yang ternyata adalah editor sastra yang sedikit anti-novel populer. Kontras. lalu, bagaimana dua orang asing yang hanya kenal sepintas lalu (dan bertolak belakang sifatnya itu) akhirnya bertemu kembali? Semoga bukan spoiler, semua karena buku Burmese Days cetakan pertama karya George Orwell. Apa dan bagaimana? You should read it by yourself. Baca sendiri!

Singkatnya, memang ada yang terjadi antara Ayu dan Gilang. Tapi, jangan langsung berasumsi ini kisah yang gampang. Ada cerita lalu yang tak sepenuhnya berlalu. Ayu dengan Em, dan Gilang dengan Ning. Ada pula geng suporter Gilang: Brutus, Dum, Dee, dan Hyde. Lalu orangtua Ayu dan kakak perempuannya, Luh, yang menuntut Ayu terlalu banyak. Yakinlah, ini bukan kisah cinta yang gampang.

Angel in the Rain diceritakan dengan menggunakan sudut pandang orang pertama baik dari sisi Ayu maupun Gilang. Namun, runutan kisahnya, sesekali dinarasikan oleh Goldilocks dan payung merahnya. Maka, jangan heran jika pada beberapa bagian novelnya seperti sok kenal sama kita--pembaca--dengan memanggil 'Sayang' dan mengajak kita mengobrol. Pernah lihat serial TV Gossip Girl atau Desperate Housewives yang fenomenal itu? Nah, seperti itulah Angel in the Rain diceritakan.

sumber: bestpaintingforsale.com
Departemen karakter juga digarap maksimal oleh Windry, as usual. Saya suka semua tokoh-tokohnya, tentu saja terutama Ayu dan Gilang. Keduanya tampil memesona, kuat, dan hidup dari awal hingga akhir. Tokoh pendamping juga tak kalah kuatnya. Sebut saja Ning, Luh, dan Em. Oh, dan juga Ungku, pemilik toko buku langka di kawasan Kota Tua.

Yang mengganggu saya justru hadir di akhir. Ending-nya bikin aaarggghhh... in a bad way. Entahlah. Saya mengharapkan sesuatu yang grande. Bukan sesuatu yang mudah begitu. Oke, bagi kedua tokohnya mungkin bukan akhir yang mudah. Tapi, secara keseluruhan, buat saya ending-nya kurang nendang. Tapi, don't ask me. Saya juga enggak tahu harus diapain tuh berdua. Yang pasti, bukan yang seperti itu. Atau bakal ada novel lain yang melanjutkan kisah mereka? Saya kok nangkap kesannya begitu waktu baca penggalan curhat Goldilocks di pengujung novel. Hmmm.

Oiya, saya bilang Angel in the Rain juga memuat unsur Walking After You? Yap, ada sebagian kisah di sini yang terjadi di toko kue Afternoon Tea yang dikelola An dan Julian yang merupakan napas utama novel Walking After You.  

Overall, saya cukup puas dengan Angel in the Rain, meski tidak semenghanyutkan Walking After You atau LONDON: Angel sekalipun. Nostalgia yang manis dengan malaikat hujan.

Jadi, selamat membaca, tweemans!

End line:
Gilang dan Ayu, meskipun demikian, bersisian semakin rapat di bawah payung merah.
---pg.50, Chapter: UBUD: Pertemuan Kembali di Tengah Hujan

2 comments:

  1. waaah kalo ini adalah kisahnya Gilang, aku maauuu baca.
    soalnya sama bang, malah aku dnf sama Last Forever. hehhehhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wahhh, *toss Ziyy soal Last Forever...iya, ini tentang Gilang dan Ayu. Aku sih suka Ayu dari London jadi lumayan penasaran bagaimana lanjutan kisahnya, hehehe...

      Delete