Judul: Deviasi
Pengarang: Mira W
Genre: Romantic, Medical background, Semi thriller
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama (GPU)
Rilis: April 2005 (cetakan kelima)
Harga: Rp7.500 (sale – Obral Buku Murah)
Tebal: 272 halaman
Saya sempat membaca sekira 2 novel karya Mira W beberapa tahun silam. Saya cukup terpikat dengan gaya bahasa dan konsistensi jalinan cerita yang dibuat oleh novelis yang kondang sepanjang tahun 90-an ini. Namun, kesan bahwa tulisan beliau cenderung “tante-tante” membuat saya sedikit terintimidasi karena saya lelaki. Picik sekali saya. Untung saja, akhirnya saya mampu melepaskan diri dan bersikap santai saja. Be myself. Bias gender tidak akan menghalangi kecintaan saya membaca buku. Semoga saja. Hmm…
Adalah sebuah event Obral Buku Murah Gramedia yang digelar di Pusat Perbelanjaan Hero Pancoran yang membuat saya kembali menyukai hasil tulisan novelis perempuan yang sangat produktif ini (gua gak ngitung dah berapa nopel yang dibikn ama beliau, yang pasti dah banyak sekali deh!). Entahlah, kalau harganya tidak dipangkas (kalo gak salah, normalnya nih harganya sekitaran Rp30-an gitu) apakah saya masih berminat membelinya atau tidak (habis… nopel tipis begini, kecil pula size-nya, kok ya mahal banget yak?!?). Lepas dari masalah banderol harga itu, saya sungguh bersyukur saya mencomot novel ini. Astaga, saya benar-benar terpukau dengan novel ini. As good as usual.
Entah kebetulan atau tidak, tema utama novel ini justru hampir mirip dengan drama seri Amerika berjudul United State of Tara (UST), yang salah satu executive producer-nya adalah Steven Spielberg, yang juga baru saja selesai saya tonton DVD-nya. Siapa yang tidak kenal legenda hidup sutradara populer Hollywood itu. Karya-karyanya selalu berkelas dan mengundang decak kagum. Novel Deviasi dan UST memiliki kesamaan latar belakang tokohnya, yaitu isu gangguan kejiwaan berupa Multiple Identity Disorder (MID) atau Dissociative Identity Disorder (DID), dimana penderitanya dikenal memiliki kepribadian lebih dari satu. Jika di novel karangan Mira tokoh Rivai dideskripsikan memiliki kepribadian lain yaitu Rizal, maka dalam UST, Tara digambarkan memiliki 4 identitas. Dan, baik novel Mira maupun drama seri tersebut sangat lezat untuk dinikmati. Tentu saja dengan level kelezatan masing-masing.
Untuk sementara, mari membahas novelnya Mira (gua lagi nyoba bikin blog seputar film dan musik di sini, tapi belum diapa-apain, just wait and see). Sinopsisnya saja telah membuat saya langsung tak sabar untuk segera membacanya. Sungguh menggoda. Hahaha... Latar belakang keilmuan Mira yang adalah seorang dokter memang tak bisa dilepaskan hampir di banyak karyanya. Setting rumah sakit, tempat pelayanan kesehatan, hingga profesi maupun keseharian para tokohnya yang tak jauh dari dokter, perawat, bidan, ahli kejiwaan, dan lain sebagainya, menjadi ciri khas yang membedakan tulisan Mira dengan karya novelis lainnya. Bosen? Entahlah, setelah membaca 4 novel beliau, kebosanan tak jua menghampiri saya. Mungkin karena saya yang tidak tahu-menahu soal kesehatan jadi mendapat ilmu baru dengan membaca novel-novel Mira sehingga meskipun beberapa kali diulas, saya masih tetap antusias. (Ah, mo ngaku kalo dulu cita-cita jadi dokter gak kesampean kok ya malu, yakk!?!)
Deviasi hadir dengan kisah yang menawan namun rumit. Kepribadian ganda. Mengejutkan sekaligus membingungkan. Padahal, saya paling benci membaca novel yang ceritanya berputar atau dibuat sedemikian misterius (makanya gua ga seneng baca nopel detektip-detektipan gitu, too complicated for me). Tapi, saya malah mau nambah dan nambah lagi begitu membuka-baca lembar demi lembar novel dengan ketebalan tak lebih dari 300-an halaman ini. (bukan sifaf gua juga, beli nopel yang tipis gini, untung murah, hihihi). Gaya bahasa serta setting khas Mira yang telah saya ketahui dari 2 novel beliau yang saya baca sebelumnya tidak lagi membuat saya “terkejut” sehingga saya langsung enjoy mengikuti alur cerita yang disusunnya.
Setting, tokoh, gaya bahasa, dan alur cerita telah terangkai sempurna. Tidak ada yang perlu dikritik. Yang membuat saya menyukai novel ini adalah, ada saat-saat dimana saya dibuat gemas karena merasa “dipermainkan” oleh Mira dengan kejadian atau keadaan yang diciptakannya. Saya harus mengacungkan kedua jempol saya karena Mira berhasil membuat saya terhanyut pada kisah dalam novel ini. Tak jarang saya memaki (untung kagak keras-keras, ntar dikira gua crazy lagi) atau juga memuji jika tokohnya melakukan atau tidak melakukan apa yang saya ingin atau tidak inginkan. Gemas. Sungguh!
Saya cenderung malas membaca novel yang kebanyakan menggunakan flashback dalam penceritaannya, namun pada novel ini saya justru mengharapkan adanya kisah-kisah ungkitan masa lalu demi membantu saya memahami jalinan ceritanya. Mira juga piawai kapan harus menampilkan kejadian kilas balik tersebut. Sangat pas untuk tidak membuat kacau aliran plotnya, setidaknya bagi saya.
Kecakapan Mira yang lain adalah kecermatannya untuk mengait-ngaitkan satu tokoh dengan tokoh yang lain. Hal tersebut juga sempat membuat saya gemas bukan main. Pernah, di seperempat bagian novel saya menggerutu, “loh, ngapain sih si Ini, apa hubungannya ama si Itu…kok tiba-tiba muncul tokoh Ini ya?” Namun, kegemasan saya itu justru menaikkan semangat untuk segera menuntaskan membaca novel ini. Bahkan, gara-gara ending-nya yang dibuat menggantung sebagai koneksi ke novel berikutnya, saya langsung memburu novel lanjutannya itu (untung ada, di obralan juga, lumayan, padahal gua dah janji, mo nopelnya didiskon pa kagak klo ketemu gua musti beli!). Saya kadang juga sering menghujat penulis yang mendadak memberi porsi pada tokoh yang sebelumnya tidak punya “hak-suara” namun tiba-tiba ikut bercerita, sekali lagi, dalam novelnya ini, Mira mengemasnya dengan sangat apik. Caranya memberi ruang pada peran-peran pendukung itu tidak berlebihan dan cukup pas dalam menjaga ritme keseluruhan cerita.
Hmm…kok rasanya gua muji mulu ya? Tetapi, sungguh saya sendiri bingung mencari cela dari novel ini, bahkan dari segi penulisan dan edit kata per kata-nya. Nah, jika GPU saja begini teliti untuk karya-karya waktu dulu, mengapa untuk penerbitan novel masa kini sering salah di editan ya? Hayyo…siapa nih yang musti disalahin?
Mungkin gangguan kecil yang muncul adalah hanya pengulangan beberapa kalimat yang terdapat dalam beberapa chapter. Termasuk kebiasaan Mira untuk menggantungkan kejadian dari satu adegan ke adegan lainnya, memang menggelitik rasa ingin tahu, tapi kadang agak mudah ditebak sehingga membuat jengah. Semoga saja, pembaca tidak lekas kesal dan tak menghentikan-baca sebelum sampai klimaks.
Overall, saya sangat menyukai novel ini. Jika harus memberikan bintang, dalam skala 1 sampai dengan lima, saya akan memberikan 3,5 bintang. Kalau saja ketebalannya ditambah (gak perlu bersambung gitu, hehehehe) saya tidak ragu memberikan 4 bintang lah. Hmm…
Enjoy reading, people!
Sinopsis (cover belakang)
“Kau hamil, Arneta?” Rivai duduk dengan hati-hati di sisi pembaringan, seolah-olah takut menyakiti Arneta. “Kau mengandung anak Rivai dan berani meninggalkannya?”
“Panggil Rivai kemari.” Arneta berusaha menekan rasa takutnya. “Aku harus bicara dengan dia.”
“Tapi Rivai mengirimku kemari untuk menghukummu.” “Siapa kau?” tanya Arneta ketakutan.
Jadi mantan suaminya ini benar-benar gila! Sungguh tidak disangka. Hampir setahun dia telah hidup bersama orang sakit jiwa. Tidur seranjang dengan pembunuh yang mengidap deviasi seksual.
----Deviasi----
Dari ujung utara Benua Amerika sampai ke ujung selatan Benua Afrika, Arneta terjebak di antara tiga laki-laki yang sama-sama mengejarnya.
Bekas kekasihnya yang berada di ambang perceraian.
Pria tanpa masa lalu yang sedang terpuruk dalam lumpur perasaan bersalah.
Dan mantan suaminya, seorang lelaki terhormat yang yang mengidap deviasi seksual dan mempunyai kepribadian ganda. Mampukah Arneta melepaskan diri?
Thanks ya mas atas ilmunya. kbtulan saya menyukai nvel-nvel Mira W. Dan saya mau mengmbil resensi ini untuk tgas resensi saya.
ReplyDeleteTrimakash Atas Infonya Bang,,, KArna Jujur saya skarang sedang meneliti Novel2 Karya Mira tentang Struktur tilisan dan juga gaya pengarang. klau bisa tolong bang di kasih tau selain perbedaan dan penjelasan di atas apa saja yang membedakan atau ciri khas dari penulis/pengarang Mira W.
ReplyDelete