Tragedi demi tragedi dari para sahabat sejati
Gimana ya, nyesek deh abis baca nih novel. Bukan kecewa tapi malahan putus asa. Loh? Apaan sih? Maksudnya, nih novel sukses ngaduk-ngaduk emosi gua. Tragedi demi tragedi yang diciptain ama pengarangnya berhasil menjerat gua. Terutama kata keramatnya "sebuah siklus pengorbanan yang indah". Keren.
Gua kadang dibikin ngikik geli (baca sendirian gak berani ketawa, ntar dikira gila kan berabe), kadang dibikin pengin nangis (sumpah!!) dan kadang dibikin ngikik geli plus mewek (serius). Sekaligus. Deuu...segitunya. Tapi bener kok. Tau yak, gua orangnya emank gampang banget kebawa perasaan, gampang kepengaruh, terutama ama kata-kata yang bagus.
Awal baca gua rada gak respect sebenernya. Bahasa yang standar, dialog yang kadang datar, bahkan cerita yang (menurut gua) nggak logis (bener nggak sih ada orang yang tinggal beberapa meter aja dari komodo buas nan ganas bisa lolos?? Will you say it's a miracle?). But, pelan tapi pasti gua mulai kesedot ama critanya. Konflik yang sambung menyambung (mumet juga sih) bikin gua (yang notabene suka novel full-konflik kek gini) nggak bisa berenti baca, sampai akhir tentunya. Ngeri sebenernya. Gua yang juga punya genk, lima orang juga, nggak pengin lah dapet masalah "superserius" kek gitu. Nggak ngerti deh gimana bisa ngatasinnya.
Benang merah nih novel adalah sobatan lima orang yang diiket gara-gara inisial nama depan mereka yang kesemuanya "A" (sebagian nama panggilan). James, Ari, Diar, Adi, dan Dito. Sorry ya gua lupa penjelasan penulis tentang keterdekatan inisial "A" dengan tokoh James, Diar dan Dito. Ntar deh gua klarifikasi lagi. Hehehe.....
Mereka segenk gila-gilaan sejak kuliah. Yah untung aja, kadar gila mereka nggak sampai menjerumus ke hal-hal yang negatif. Semuanya lurus aja. Kekompakan mereka nggak diragukan lagi. Diibaratkan mereka dah mengenal luar-dalam satu sama lain, katanya (nyatanya rahasia masing-masing tetep menjadi rahasia sendiri). Adegan dibuka dengan hiruk pikuk kedatangan gerombolan the gogons (oh ya the gogons sendiri itu sekadar nama saja, tapi biasanya digunakan untuk memanggil satu sama laen. Kalo jamak, semua anggota, disapa Gons. Kalo tunggal, satu anggota, disapa Gon) ke Bali untuk menghadiri resepsi pernikahan Adi (istri Adi namanya Made, anak seorang konglomerat di Bali). Ada Dahlia dan Citra yang juga menyertai mereka. Perasaan seneng bisa ke Bali akhirnya bikin keki the gogons, soalnya secara sepihak Adi menunjuk mereka menjadi pagar bagus. Awal yang ceria inilah yang bikin gua sedikit canggung untuk melanjutkan membaca novel dari genre Metropop keluaran Gramedia ini. Untung gua paksain karena selanjutnya satu demi satu kejutan mengerikan berdatangan. Secara berurutan. Seperti emank sudah ada daftar antreannya. Mulai dari Diar yang meninggal akibat diabetes stadium lanjut, Azhar dan Dahlia yang kecelakaan (padahal saat itu cinta mereka mulai mekar sempuna), Dito yang ternyata diperalat kenalan cewek bulenya untuk membawa paket heroin seberat 4,9 kg (gila.....dahsyat banget konflik yang ini), Adi yang terus saja bersitegang dengan mertuanya karena ngotot pindah ke Jakarta, Ari yang merupakan anggota the gogons paling cakap, pintar, mendadak jadi gila, dan James yang terbelit untuk kembali menelusuri masa lalunya. Masa lalu cinta pertamanya, dengan Weni. Hoaoaoahh.....gua sampai ngelus dada di endingnya. Merinding euy.
Tapi, kisah-kisah menyedihkan ini belumlah berujung. Penulis memang menargetkan novel ini untuk berseri. Seri berikutnya, sesuai catatan di epilog, mengambil tajuk Dito & The Prison of Love. Berarti Dito yang nanti bakal lebih sering disorot, setelah yang pertama ini James.
Sisi lemah novel ini cuman di editannya yang kurang rapi. Beberapa kata salah cetak. Dan beberapa kalimat terasa janggal. Seperti yang ini "Apakah semua maksud ini?" (gua lupa ada di halaman berapa). Apa nggak sebaiknya "Apakah maksud semua ini?"?...
Tapi mau nggak mau gua ngasih bintang empat buat serentetan konflik yang pasti bagi gua gak pernah kepikiran sebelumnya.
Congratz
Catatan: tulisan ini saya posting di http://bukabuku.multiply.com (14 April 2006)
Gua kadang dibikin ngikik geli (baca sendirian gak berani ketawa, ntar dikira gila kan berabe), kadang dibikin pengin nangis (sumpah!!) dan kadang dibikin ngikik geli plus mewek (serius). Sekaligus. Deuu...segitunya. Tapi bener kok. Tau yak, gua orangnya emank gampang banget kebawa perasaan, gampang kepengaruh, terutama ama kata-kata yang bagus.
Awal baca gua rada gak respect sebenernya. Bahasa yang standar, dialog yang kadang datar, bahkan cerita yang (menurut gua) nggak logis (bener nggak sih ada orang yang tinggal beberapa meter aja dari komodo buas nan ganas bisa lolos?? Will you say it's a miracle?). But, pelan tapi pasti gua mulai kesedot ama critanya. Konflik yang sambung menyambung (mumet juga sih) bikin gua (yang notabene suka novel full-konflik kek gini) nggak bisa berenti baca, sampai akhir tentunya. Ngeri sebenernya. Gua yang juga punya genk, lima orang juga, nggak pengin lah dapet masalah "superserius" kek gitu. Nggak ngerti deh gimana bisa ngatasinnya.
Benang merah nih novel adalah sobatan lima orang yang diiket gara-gara inisial nama depan mereka yang kesemuanya "A" (sebagian nama panggilan). James, Ari, Diar, Adi, dan Dito. Sorry ya gua lupa penjelasan penulis tentang keterdekatan inisial "A" dengan tokoh James, Diar dan Dito. Ntar deh gua klarifikasi lagi. Hehehe.....
Mereka segenk gila-gilaan sejak kuliah. Yah untung aja, kadar gila mereka nggak sampai menjerumus ke hal-hal yang negatif. Semuanya lurus aja. Kekompakan mereka nggak diragukan lagi. Diibaratkan mereka dah mengenal luar-dalam satu sama lain, katanya (nyatanya rahasia masing-masing tetep menjadi rahasia sendiri). Adegan dibuka dengan hiruk pikuk kedatangan gerombolan the gogons (oh ya the gogons sendiri itu sekadar nama saja, tapi biasanya digunakan untuk memanggil satu sama laen. Kalo jamak, semua anggota, disapa Gons. Kalo tunggal, satu anggota, disapa Gon) ke Bali untuk menghadiri resepsi pernikahan Adi (istri Adi namanya Made, anak seorang konglomerat di Bali). Ada Dahlia dan Citra yang juga menyertai mereka. Perasaan seneng bisa ke Bali akhirnya bikin keki the gogons, soalnya secara sepihak Adi menunjuk mereka menjadi pagar bagus. Awal yang ceria inilah yang bikin gua sedikit canggung untuk melanjutkan membaca novel dari genre Metropop keluaran Gramedia ini. Untung gua paksain karena selanjutnya satu demi satu kejutan mengerikan berdatangan. Secara berurutan. Seperti emank sudah ada daftar antreannya. Mulai dari Diar yang meninggal akibat diabetes stadium lanjut, Azhar dan Dahlia yang kecelakaan (padahal saat itu cinta mereka mulai mekar sempuna), Dito yang ternyata diperalat kenalan cewek bulenya untuk membawa paket heroin seberat 4,9 kg (gila.....dahsyat banget konflik yang ini), Adi yang terus saja bersitegang dengan mertuanya karena ngotot pindah ke Jakarta, Ari yang merupakan anggota the gogons paling cakap, pintar, mendadak jadi gila, dan James yang terbelit untuk kembali menelusuri masa lalunya. Masa lalu cinta pertamanya, dengan Weni. Hoaoaoahh.....gua sampai ngelus dada di endingnya. Merinding euy.
Tapi, kisah-kisah menyedihkan ini belumlah berujung. Penulis memang menargetkan novel ini untuk berseri. Seri berikutnya, sesuai catatan di epilog, mengambil tajuk Dito & The Prison of Love. Berarti Dito yang nanti bakal lebih sering disorot, setelah yang pertama ini James.
Sisi lemah novel ini cuman di editannya yang kurang rapi. Beberapa kata salah cetak. Dan beberapa kalimat terasa janggal. Seperti yang ini "Apakah semua maksud ini?" (gua lupa ada di halaman berapa). Apa nggak sebaiknya "Apakah maksud semua ini?"?...
Tapi mau nggak mau gua ngasih bintang empat buat serentetan konflik yang pasti bagi gua gak pernah kepikiran sebelumnya.
Congratz
Catatan: tulisan ini saya posting di http://bukabuku.multiply.com (14 April 2006)