Ada lajang yang bimbang
Ada lajang yang jalang
Ada lajang yang menerima diri
Ada pula yang menyangkal nurani
Ada lajang yang suka sendiri
Ada pula yang terpaksa sendiri berkurung sepi
.................
But whoever you are, don’t take life too seriously because you won’t get out alive anyway.
- anonymous
Judul: Episode Para Lajang
Pengarang: Shandy Tan
Pewajah sampul: Marcel A.W.
Penerbit: Gramedia
Tebal: 224 hlm
Rilis: Agustus 2014
Harga: Rp48.000
ISBN: 9786020307626
Setelah Autumn Once More (Ilana Tan, aliaZalea, dkk) setahun lalu, saya mulai menyukai membaca kumpulan "kumcer" cerpen metropop dan sejauh ini Episode Para Lajang menjadi kumcer metropop ketiga yang saya baca dan cukup menyenangkan. Kumcer metropop kedua yang saya baca sekaligus menjadi kumcer pertama yang saya edit *nyengir* berjudul Pagi Ini, di Seberang Jalan Ini (Lusiwulan). Tapi, tetap saja, saya mesti sering mengerutkan dahi ketika mendapati cerita yang sulit saya mengerti esensinya. Bagi saya, cerpen menjadi sebuah karya fiksi yang sulit saya apresiasi karena medianya yang terlalu sempit.
Episode Para Lajang terdiri dari 12 cerita dari bermacam lajang yang dikreasikan oleh Shandy Tan. Oiya, ini juga jadi buku solo pertama Shandy Tan yang saya baca. Gaya menulisnya cukup konsisten. Ketika kali pertama membaca "Cinta 2 x 24 Jam" (cerpen terakhir di Autumn Once More) Shandy Tan membuat twist di akhir ceritanya, dan di hampir kebanyakan cerpen di kumcer ini pun disertai twist yang cukup mengejutkan (dalam artian bagus).
Untuk resensi kali ini saya akan mengurutkan cerita dari yang paling tidak saya suka sampai dengan yang paling saya suka.
12. Jaka dan Dara (Lajang #11)
Premisnya bagus, dua orang dengan gender berbeda dipanggil dengan nama panggilan yang mengindikasikan gender sebaliknya. Kisahnya sendiri tentang seseorang yang ditakdirkan bertemu seseorang karena suatu kesalahpamahan. Entah, saya yang kurang teliti atau bagaimana, saya merasa ada yang bolong di cerita ini. Pada satu adegan, tokoh perempuannya berniat mengurus kelengkapan dokumen yang semestinya sudah membuka identitas gendernya tapi kenapa malah enggak, ya? Di sini saya merasa janggal.
11. the IDEAL man (Lajang #3)
Saya agak kecewa dengan karakter tokoh utama dari cerita ini yang menjadi agak kurang konsisten di akhir cerita. Di awal hingga menjelang akhir saya menangkap impresi bahwa si tokoh cukup independen dan berprinsip tapi di ending ia digambarkan marah ketika cowok teman kencannya mengajukan tawaran untuk berbagi biaya makan malam. Heh?
10. Life of Pi/Pai (Lajang #10)
I knew it from the beginning that the story will end like that. Saya tak cukup bisa menikmati ceritanya. Di sepanjang cerita si tokoh bermonolog random tentang banyak hal dan saya pun sudah menebak bahwa Pai itu... Well, meskipun twist di bagian akhirnya tetap mengejutkan.
9. Hot and Cool (Lajang #2)
Rasa kehilangan dari seorang perempuan mendapatkan penawarnya ketika secara sukarela ia mengajukan diri untuk menjaga seorang anak di sebuah day care untuk anak berkebutuhan khusus. Kesempatan lain bahkan menghampirinya dan membuka kemungkinan untuk menyemaikan kebahagiaan untuknya. Bagus, tapi seperti ada yang kurang. Hanya meletup kecil lalu padam. Oiya, ada satu tokoh cameo di sini yang menjadi tokoh utama di cerita Lajang #11.
8. Loser (Lajang #4)
Tipu-tipu dan skenario penjebakan menjadi satu cerita klise yang beruang kali diangkat jadi tema cerita. Di sini lumayan sih, tapi ya sebatas itu saja. Suka tapi biasa saja.
7. Romantic Is... (Lajang #5)
Yeah, ini salah satu cerita yang cukup romantis. Saya suka cerita tentang pemahat patung yang membuat simbol kasih-sayangnya melalui karyanya. Saya suka bagaimana si tokoh dan temannya "manasin" gebetannya hingga si dia kelabakan. Pada akhirnya geletar rasa mereka menemukan penyalurannya. Dan, romantisme itu menguar bersama ungkapan di antara keduanya.
6. Dosa Memang Indah (Lajang #8)
Dua bersaudari kembar bertukar peran menjadi kekasih bengal yang sangat dicintai dan istri lemah lembut yang tak mengimpresi sang lelaki. Namun, ketiganya saling terkait, saling terhubung. Yang menjadi masalah dari cerita ini adalah kalau memang si kekasih bengal ini mencintai si lelaki dengan sebegitu besarnya, mengapa ia masih bermain mata dengan lelaki lain dan tetap bersikap layaknya penjaja seks. Agak kurang logis, menurut saya.
5. Hari Ini Indah (Lajang #7)
Hidup dalam kebohongan putih demi kebaikan orang lain terkadang memang dianjurkan, tapi bagaimana jika orang lain tak bertindak sebaliknya untuk kita? Masihkah kita bersedia melontarkan diri menembus api untuk menyelamatkan orang lain, sementara kita dibiarkan terbakar tanpa dibantu sama sekali. Cerita ini memberikan pelajaran yang sangat baik tentang saling memahami sesama teman.
4. And This Is My Story (Lajang #9)
Waow, cerita ini sungguh penuh twist dan membikin saya terkesima dengan betapa meyakinkannya Shandy menghadirkan alur ceritanya. Suka, suka, dan suka.
3. dan 2. You're the One That I Don't Want (Lajang #1) dan Take A Chance On Me (Lajang #12)
Dua kisah ini saling mengait dan keduanya menjadi pembuka dan penutup kumcer ini. Seru banget. Sederhana tapi romantis. Di cerita Lajang #1 saya sempat ragu eneruskan membaca kumcer ini karena tone cerita itu mirip banget dengan Cinta 2 x 24 Jam di mana dikisahkan tentang cinta yang salah sasaran, cinta yang salah diterjemahkan, tentang cinta sesama, tentang gay. Sedangkan di cerita Lajang #12, cerita dikisahkan dari sudut pandang sebaliknya dari tokoh lain. Cool. Suka dua kisah ini sebagai satu kesatuan.
1. Episode Para Lajang (Lajang #6)
Cerpen yang juga dibesut sebagai judul kumcer ini cukup memuaskan dan menggemaskan dan mencerahkan dan menggairahkan. Saya suka semua unsur di cerpen ini. Tentang empat lajang yang awalnya tak percaya lembaga pernikahan, tapi satu demi satu kemudian berkenalan dengan keindahan cinta dan terpikat untuk menjalani hidup 'terikat' dalam pernikahan. Well, belum semuanya, sih. Hampir semuanya.
Overall saya sematkan 3,5 bintang untuk kumcer ini. Untuk kamu yang lagi kepingin baca cerita-cerita ringan yang bisa kamu taruh-baca-taruh-baca di tengah kesibukanmu yang tiada tara, kamu bisa mencoba membaca kumcer ini. Dan, di setiap pergantian cerita dalam kumcer ini diberikan ilustrasi yang, yah... meski tak menambah makna kumcernya, tapi cukup sebagai selingan. Oke, selamat membaca, tweemans.
Saya lagi baca buku ini. Belum selesai. Semoga aja saya juga suka dengan cerita-ceritanya
ReplyDelete