Well, saya sudah begitu jatuh cinta pada Pretty Little Liars [PLL], serial TV yang diangkat dari buku seri berjudul sama karya Sara Sheppard. Sejauh ini, saya baru membaca buku pertamanya saja, yang sudah diterjemahkan oleh Penerbit Ufuk dan masih menunggu seri-seri berikutnya untuk diterjemahkan. Yah, kalau pun tidak, hmm, mungkin saya ambil jalan pintas. Baca ebook yang sudah saya sedot. Hahaha.
Okay. Sekarang, saya sedang menyukai menonton serial TV lain yang juga diangkat dari buku seri karya Sara Sheppard, The Lying Game [TLG]. Yeah. Lagi-lagi saya pun belum membaca satu pun buku dari seri ini. Lagi pula, seri ini pun belum diterjemahkan di sini, dan entahlah, buku-bukunya Sara ini [imported] kok ya mahal-mahal pisan, semuanya di atas 100k. Padahal, ada buku impor yang lebih tebal harganya lebih murah. Tak tahulah, bagaimana harga buku-buku impor ini diatur di sini. Tak ada pola yang jelas, saya rasa. Jadi, merasa sayang beli bukunya [karena kemahalan, berharap ada terjemahan yang pasti lebih murah], hihihi. Balik lagi ke TLG TV Series. Saya menonton via DVD dan, hmmm, awalnya sih saya menikmatinya, tetapi karena sudah terbiasa menonton PLL saya menjadi kurang terhanyut dalam cerita TLG. Pola yang digunakan hampir sama. Yah, dari judulnya sih sudah ketahuan, pun dari penulis yang sama pula, pola yang hampir sama, tentang kebohongan dan kejujuran {Liar = Lying}. Maka, beberapa adegan yang mirip di antara kedua serial TV-nya sedikit mengurangi kenikmatan menonton serial ini.
Cerita serial ini bermula dari tradisi Lying Game (Permainan Kebohongan) yang menjadi hobi dari Sutton Mercer. Ia yang merupakan anak adopsi Ted dan Kristin dan menjadi kakak dari adik perempuan, Laurel, menjadi seorang mean girl sejati. Berkawan dengan Madeline Rybak dan Charisma Charpenter di sekolah, bertiga menjadi teman yang tak terpisahkan. Lalu, secara tak terduga, Sutton mendapati fakta bahwa sejatinya ia punya saudari kembar yang terpisah, Emma Becker. Setelah chit-chat jarak jauh selama beberapa waktu, akhirnya keduanya memutuskan untuk bertemu. Dan, dengan dilatarbelakangi sejumput informasi yang dimiliki Sutton yang menyebutkan bahwa ibu kandung mereka diperkirakan masih hidup, dia menukar posisi, Sutton menjadi Emma, dan Emma menjadi Sutton, maka dimulailah kisah penuh teka-teki dan misteri demi menemukan jati diri keduanya.
Konflik datang dari banyak penjuru. Ada Ethan Whitehorse, cowok pacar rahasia Sutton setahun belakangan yang akhirnya diperebutkan oleh keduanya. Hubungan Ted dan Kristin yang awalnya romantis, lalu tersentuh badai. Alec Rybak, sang Jaksa Umum yang punya kehidupan penuh kabut dan Madeline serta Thayer Rybak, dua anaknya yang juga memiliki banyak masalah. Masih kurang? Tonton sendiri, karena cukup banyak konflik tambahannya.
Namun, sebagaimana saya sampaikan sebelumnya, PLL mengaburkan ekspektasi saya akan TLG. Catatan-catatan misterius menjelang akhir season dan sikap persaudaraan antara Sutton dan Emma yang seperti dipaksakan runyam dengan konflik yang itu-itu saja sungguh menyebalkan. Bahkan, ada di satu titik saya sudah tak tahan menunggu kapan Sutton dan Emma akan jujur kepada semua orang bahwa mereka adalah dua orang yang berbeda.
Satu lagi, yang saya pikir gagal, adalah pemeran Sutton dan Emma yang dimainkan oleh satu orang. Oh, benarkah ada dua bersaudari kembar yang benar-benar SAMA secara fisik? Yeah, gegara itu saya pun sulit untuk menyelami karakter masing-masing. Tapi, entahlah, mungkin di bukunya sendiri dibuat seperti itu. Nanti, akan dicari tahu deh dengan baca buku ini. Oh, satu artis memerankan tokoh kembar tidak selalu jadi bumerang kok. Buktinya, film Parent Trap, di mana Lindsay Lohan kecil sukses memerankan dua bersaudari kembar yang tetap memiliki kekhasan masing-masing. Dan, film itu menjadi salah satu film favorit saya.
Okehhh, saya tetap berharap buku seri TLG ada yang menerjemahkan di Indonesia. Dan, saya tetap akan menunggu season kedua dari serial TV ini, semoga tidak di-cancel. I hope so!
"I had a life anyone would kill for. "
"Then someone did."
The worst part of being dead is that there's nothing left to live for. No more kisses. No more secrets. No more gossip. It's enough to kill a girl all over again. But I'm about to get something no one else does--an encore performance, thanks to Emma, the long-lost twin sister I never even got to meet.
Now Emma's desperate to know what happened to me. And the only way to figure it out is to be me--to slip into my old life and piece it all together. But can she laugh at inside jokes with my best friends? Convince my boyfriend she's the girl he fell in love with? Pretend to be a happy, carefree daughter when she hugs my parents good night? And can she keep up the charade, even after she realizes my murderer is watching her every move?
From Sara Shepard, the #1 "New York Times" bestselling author of the "Pretty Little Liars" books, comes a riveting new series about secrets, lies, and killer consequences.
Well, di sela-sela keruwetan menyiapkan pekerjaan kantor dan beberapa hal menyangkut aktivitas komunitas yang saya ikuti, kali ini saya ingin dengan cepat menyelenggarakan beberapa giveaway sekaligus. Namun demikian, dikarenakan satu minggu ke depan saya pasti akan konsentrasi ke pekerjaan kantor yang menuntut perhatian 100%, giveaway–giveaway ini akan saya adakan hingga awal Oktober 2012 mendatang.
Saya bilang ‘beberapa’ giveaway, karena memang ada lebih dari satu giveaway yang akan saya selenggarakan. Kamu bisa mengikuti salah satunya saja atau keseluruhannya, dengan memperhatikan syarat dan ketentuan yang berlaku, tentu saja...
1. #GiveawaySeptember
Syarat:
• Hanya diadakan melalui twitter
• Telah mem-follow @fiksimetropop
• Format: #GiveawaySeptember_spasi_Jawaban_spasi_@fiksimetropop
• Pertanyaan: Siapakah pengarang novel metropop berjudul Pemburu Cinta?
• Satu username hanya boleh ikut giveaway satu kali (satu tweet)
• Format tidak sesuai, otomatis dinyatakan gugur
Hadiah:
Pilih satu dari 6 buku yang disediakan, untuk 6 orang yang beruntung
2. Baca Mesra Bareng Pasangan Syarat:
• Bisa diikuti melalui media apapun (blog, facebook, tumblr, twitter, dsb), namun harus memberikan tautan di kotak komentar di postingan ini atau kirim by email ke: metropop.lover@gmail.com
• Posting foto kamu dan pasanganmu yang sedang membaca ‘sesuatu’, tidak harus buku, yang penting terlihat impresi sedang melakukan kegiatan membaca
• Dicari foto paling kreatif dan mesra Hadiah:
Paket buku Divortiare-Twivortiare (sampul baru) untuk satu orang yang beruntung
Waktu:
24 September – 15 Oktober 2012 (pukul 23.59 WIB)
3. Agatha Christie Untukmu Syarat:
• Hanya diadakan di blog ini dengan meninggalkan komentar pada kolom komentar di bawah
• Kamu harus sudah menjadi follower blog ini
• Berikan opinimu tentang: “Jika mendengar nama Agatha Christie apa yang terlintas di benakmu?”
• Tinggalkan alamat email, akun twitter, atau akun facebook yang masih aktif untuk dihubungi jika kamu beruntung
• Sebutkan satu judul buku dari empat buku Agatha Christie yang ingin kamu punyai di akhir komentarmu Hadiah:
Pilih salah satu dari empat buku Agatha Christie sampul baru di bawah ini
Waktu:
24 September – 30 September 2012 (pukul 23.59 WIB)
*keputusan admin tidak dapat diganggu gugat
**masih dimungkinkan perubahan syarat dan ketentuan sekiranya diperlukan
Baiklah, teman, buat yang suka tantangan dan berminat pada hadiah-hadiah di atas, silakan ikuti giveaway-giveaway ini yaaa.....
24 jam dalam sehari. Di antara semua waktu yang kita punya, kau sengaja memilih hari itu. keluar dari mimpi indah, lalu hadir dalam hidupku... sebagai cinta yang selama ini aku tunggu. WITH YOU adalah Gagas Duet, novella dari dua penulis GagasMedia: Christian Simamora dan Orizuka. Keduanya mempersembahkan dua cerita cinta yang menemukan takdirnya dalam satu hari saja.
Judul: With You (Sehari Bersamamu) Pengarang: Christian Simamora dan Orizuka Editor: Alit Tisna Palupi Proofreader: Gita Romadhona Pewajah sampul: Dwi Anissa Anindhika Penerbit: Gagas Media (Gagas Duet) Tebal: xviii + 298 hlm Harga: Rp50.000 Rilis: Juni 2012 ISBN: 9789797805739
Apa yang bisa terjadi dalam hitungan beberapa jam? Dua orang yang baru saja berjumpa di suatu waktu, mungkinkah punya kesempatan untuk mengenal lebih dekat dan bahkan menyelami hati satu sama lain secara lebih mendalam? Atau, dua hati yang telah memutuskan tak lagi bersama, dapatkah kembali menyatu ketika secara tak terduga dipertemukan kembali? Itulah dua penggal kisah, dari dua tokoh yang saling berhubungan dalam novel bertajuk With You karya Christian Simamora dan Orizuka yang tergabung dalam proyek Gagas Duet oleh Penerbit Gagas Media. Bagi saya, dua penulis ini begitu populer dan telah memiliki fan base yang cukup besar. Dua karya terdahulu Chris, Pillow Talk dan Good Fight, telah rampung saya baca sehingga paling tidak saya sudah bisa merasai bagaimana gaya berceritanya. Sementara itu, saya belum pernah membaca satu pun karya Orizuka....*mendadak hening* #eh.enggak.ding.ini.perasaan.saya.aja....... Meskipun beberapa bukunya sudah dengan manisnya tertumpuk di lemari buku, Fate-Our Story-Best Friend Forever-The Truth About Forever, saya belum juga membacanya. Maka, penggalan kisah yang ditulis Ori di novel ini adalah icip-icip pertama saya pada gaya menulisnya.
Keduanya memiliki gaya bercerita yang begitu berbeda. Mungkin, memang dari sinilah ide Gagas Duet itu hadir, menyatukan dua penulis berbeda gaya dalam satu rangkaian cerita di mana kedua penulis tetap dibebaskan menggunakan gaya masing-masing. Mungkin, itu menurut saya!
Cinderella jadi model...
Ketimbang Pillow Talk atau Good Fight, saya jatuh suka pada Cinderella Rockefella, instantly. Entahlah. Saya merasa Chris berhasil membuat satu cangkir kopi yang begitu nikmat di sini. Gaya menulisnya tetap ceplas-ceplos dengan selipan frasa khas pergaulan metropolitan yang fashionable. Berkisah tentang Cinderella “Cindy” Tan – Jeremiah “Jere” Fransiskus Atmadjaputra, dua model yang dibooking dalam satu sesi pemotretan yang kemudian saling menaruh rasa. Dan, melalui satu makan malam sederhana namun luar biasa keduanya lantas tak lagi bisa menyangkal bahwa ada beribu kupu-kupu yang bermain di perut masing-masing.
Namun, apakah sudah sebegitu saja? Garis besarnya, iya. Namun, untuk menuju penyatuan rasa kedua tokoh, kita disuguhi flash back story dan gelenyar rasa masing-masing selama waktu persuaan itu. Bagi kalian yang menyukai suasana romantis, siap-siap terletup-letup deh. Awas juga kena serangan demam, panas-dingin nggak keruan ketika merunuti jam demi jam percakapan kedua tokoh yang merupakan ungkapan kekaguman tertahan satu sama lain.
Pernah nggak sengaja ketumpahan air panas? Cindy menyentuh permukaan bibirnya dengan ujung jari. Masih nggak percaya Jere mencium bibirnya barusan. Seperti kulit yang terasa nyeri karena air panas, rasa bibir cowok itu di bibirnya menyengat dan meninggalkan kesan yang tak bisa dilupakan begitu saja. (hlm. 118)
Jika kamu sudah membaca dua novel Chris terdahulu yang saya sebut di atas, kamu pasti sudah langsung ngeh bahwa tokoh dan setting lokasi dalam novella Cinderella Rockefella ini masih agak nyambung. Sayang sekali, saya melupakan detailnya. Apakah Cindy-Jere ini adalah model dalam pemotretan yang dilakukan Jet-Tere di Good Fight.
Balik ke alasan mengapa saya lebih suka novella ini adalah karena tidak mengumbar sensualitas yang berlebihan. Saya masih ingat ketika membaca Pillow Talk saya tak bisa menahan heran akan banyaknya adegan mandi ...*doeng*...lalu di Good Fight, malah ada adegan mandi sambil....*you know what*....*doeng lagi*....nggak papa juga sih, namanya juga novel untuk dewasa dan dewasa muda, jadi wajar saja. Dan alasan terkait hal ini murni subjektivitas saya belaka. Semua tergantung selera masing-masing, kan?
Pesona Karimunjawa...
Wahhh, setting lokasinya bikin mupeng nih. Saya sudah sangat ingin ke sana, tapi belum kesampaian juga. Hikz.
Setelah membaca romantisme Cinderella Rockefella yang berombak, menikmati romantisme Sunrise karya Orizuka itu ibarat menikmati perguliran mentari pagi. Perlahan. Hening. Syahdu. Mendayu. Melankolis. Serupa air danau yang beriak kecil. Tenang namun menghanyutkan.
Lyla “Lyla” Andhara Johan dan Arjuna “Juna” Taslim baru saja putus setelah menjalin kasih semenjak mereka masih remaja tanggung berseragam putih abu-abu. Lyla yang dirundung masalah keluarga tersentuh pada hal-hal kecil yang dilakukan Juna, sedangkan Juna menyukai keunikan Lyla yang berbeda dari cewek SMA kebanyakan. Namun, seiring bergulirnya waktu, ada yang berbeda di antara keduanya. Celah kecil melebar jadi jurang yang merenggangkan hubungan. Ditambah lagi, tidak adanya komunikasi terbuka yang jujur dan tulus dari keduanya sehingga kata putus pun terucap. Lyla terguncang. Bagaimana dengan Juna?
Dalam suatu waktu ketika mereka masih memadu kasih, Lyla-Juna sempat berangan mengunjungi Karimunjawa berdua, namun hal tersebut tak pernah terlaksana. Kini, Lyla memutuskan untuk backpacking ke Karimunjawa sebagai refreshing. Lalu siapa sangka jika ketika hendak menikmati keindahan pulau di utara kota Jepara itu, ia justru dipertemukan dengan Juna yang juga sedang di sana bersama teman-teman klub selamnya. Keduanya tak menyangkal, gejolak itu masih ada. Menggetarkan ruang-ruang terdalam di bilik hati masing-masing. Pun ketika sesosok Fadhil, cowok pemandu selam di Karimunjawa, begitu dekat dengan Lyla, kecanggungan Lyla-Juna membawa pada kenyataan tak terbantahkan. Mereka masih saling menyayangi.
Komunikasi adalah salah satu unsur terpenting dalam suatu hubungan. Saya bukan ahli, namun sempat pula merasakan betapa komunikasi bisa menentukan harmonis tidaknya suatu hubungan. Sedikit saja lupa menelepon atau sms [status: LDR] bisa-bisa “si dia” disambar orang. Pada kasus Lyla-Juna, ada sesuatu yang urung terucap, sehingga keduanya hanya memainkan perasaan sepihak. Merasa ini-itu, tapi apakah benar perasaan itu, mereka tak pernah mengonfrontasinya.
“Matahari terbit itu awal dari hari baru.” Lyla kembali menatap ke arah matahari. “Matahari terbit memberi kesempatan untuk mulai semuanya dari awal.” (hlm. 258)
Rahasia-rahasia yang tertutup rapat di peti hati Lyla-Juna serasa berhamburan di antara sepoi angin Karimunjawa. Menguak segala teka-teki yang selama ini hanya berdenting di hati masing-masing. Lalu, apakah masih ada kesempatan bagi mereka untuk merenda kasih untuk kedua kalinya? Simak apa dan bagaimana keputusan hati itu dibuat dalam novella bertajuk Sunrise karya Orizuka ini.
Setiap dengar kata sunrise, saya pasti teringat duet maut Ethan Hawke dan Julie Delpy di film Before Sunrise (dan Before Sunset) ini:
Overall, saya suka gagas duet pertama yang saya baca ini. Well, nama kedua penulisnya sendiri sudah menjadi jaminan. Sesuai harapan saya sejak mula. Meski terlihat begitu kontras, bicara fashion lalu nyemplung ke laut, justru mengingatkan saya akan kekuatan masing-masing yang bisa memadu dalam dua jalinan yang saling bertautan namun tak sama. Saya juga happy, sedikit typo saja yang tersebar di sana-sini.
Mengingat ini baru satu judul gagas duet yang saya baca, saya tak akan menyimpulkan apakah memang itu tujuan yang ingin dicapai dari proyek ini, sebagaimana saya kemukakan di awal resensi ini. Target berikutnya saya ingin mencoba membaca Truth or Dare yang ditulis bersama oleh Winna Efendi dan Yoana Dianika serta Kala Kali yang ditulis bersama oleh Windy Ariestanty dan Valiant "Vabyo" Budi.
Gadis muda itu ternyata adalah batu karang. Ia memang tidak cantik. Ia hanyalah seonggok batu yang tampaknya tak terlalu baik. Ia sudah di situ. Mencintai laut, sejak kemarin, kemarin, dan kemarin.
Hingga pelangi muncul di langit mendung. Dengan senyuman ia memberikan harapan pada gadis muda itu. Harapan untuk keluar dari luka hati yang ia kira takkan pernah sembuh. Neo Aldriano Yehezkiel Jadi inilah awal dari penyesalanku. Cepat pulang. Kamu hanya menyukaiku seorang. Jangan jatuh cinta pada orang lain! Clara Radella Keona Jantungku rasanya hampir meledak saat melakukan semua itu. Aku ingin menangis. Ingin menangis karena hampir tidak bisa menahan degup jatungku yang terlalu cepat hingga menyesakkan dada. Aku belum berubah. Kim Donggun Senar-senar gitar yang usang mulai mengeluarkan nada cantik. Lagu lembut mengisi keheningan malam Natal dengan nada-nadanya yang pilu. Salju turun mengenai sekujur tubuhku. “Nado. Bogosipho, Clara-ssi...” Ketika cinta terlambat untuk disadari.
Judul: Rainbow and Ocean Pengarang: Ruth Priscilia Angelina Editor: Irna Permanasari Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Tebal: 208 hlm Harga: Rilis: Juli 2012 ISBN: 9789792287004
Terus terang, saya kesulitan merampungkan-baca novel metropop kedua karya Ruth Priscilia ini. Bukan kejadian pertama bagi saya, mengingat Grey Sunflower yang coba saya baca setahun silam pun belum tertuntaskan sampai sekarang. Entahlah, saya kurang begitu ‘terhanyut’ akan racikan Ruth. Rainbow and Ocean sejatinya menawarkan kisah cinta segitiga dengan konflik yang kompleks. Seorang gadis, dua pemuda tampan. Indonesia, Indonesia, dan Swiss-Korea. Begitu banyak ruang untuk menghadirkan bermacam masalah pada tokoh-tokoh ini. Sayang sekali, sepertinya upaya untuk menghadirkan konflik yang dipilih hanya melalui jalur selayaknya sinetron Indonesia, yakni melalui air mata yang berderai-derai tiada henti. Tragedi-tragedi dihadirkan silih berganti. Kecelakaan, kematian, hingga penyakit bawaan. Tipikal. Terlalu klise. Saya bosan.
Dan, really? Korean-wave. OH-MY-GOD.
OH-MY-GOD! again
Seriously, metropop! Maafkan jika harus menelan sumpah sendiri. Jika terbit lagi novel metropop berlatar Korea, saya tak akan membelinya. Bukan! Saya bukan tak suka pada Korea. Tengok saja koleksi DVD saya, berpuluh-puluh judul K-Drama saya miliki. Saya punya playlist khusus K-Pop favorit. I love them. Tapi, saya tak suka pada yang mbebek. Sekadar ikut-ikutan popular gegara Korea lagi popular.
Mungkin itu pula yang membuat saya tak terlampau menikmati novel ini. Terlihat sekali bagaimana setiap jalinan cerita, interaksi antartokoh melalui dialog-dialognya, bahwa pengaruh K-Drama begitu kuat. Menyimak novel ini saya seolah dihadirkan Song Hye Kyo yang sedang bercakap-cakap dengan Rain di serial laris Full House, aishhh...etapi, cerita novel ini beda sama Full House itu.
Tentang tokohnya. Hmm, jadi, semudah itukah jatuh cinta? Hanya karena sengatan elektrik akan paras rupawan dan perawakan menawan, lalu kamu melabuhkan biduk kasihmu padanya? Segampang itu? Kata orang, cinta memang tak kenal logika. Bahkan, sebagian di antaranya menyebut, cinta itu buta. Dan, saya rasa, Clara justru tak punya rasa. Dia kelebihan rasa sehingga mati rasa. Oh, maksud saya begini deh. Dia masih terbayang-bayang Neo tapi begitu ‘cling’ sekali kedip pada cowok ‘indah’ yang dijumpainya di suatu area perkemahan, lalu detik itu juga ia terpanah asmara. Lalu, ketika kembali ke Indonesia, hatinya kembali terpaut pada Neo. Cih! Semudah itukah hati berpaling? Apakah itu arti cinta sebenar? Oh, sudahlah, semua orang memang punya makna sendiri-sendiri atas cinta. Saya hanya tak bisa menerima bahwa perasaan sedemikian cepat berubah. Saya jelas tak mau mencintai seseorang yang dapat berubah secepat itu. Dan, kentara sekali, sosok Clara ini begitu selfish, maunya mencengkeram dua lelaki. Well, kalau sama penulisnya dibikin sepeti itu ya saya nggak bisa nyalahin Clara-nya sih.
Hmmm...Clara hebat ya, tidak pernah diceritakan punya kemampuan berbahasa Korea langsung bisa capcus ngobrol sama orang Korea, siapa pun! Yah, mungkin sudah persyaratan juga bagi penerima beasiswa S2 Korea harus berbahasa Korea sih, ya. Kaleee... dunno! Tapi, sepertinya semua karakter di novel ini memang jago sih ya, tidak ada satu pun yang diceritakan gegar-bahasa ketika berbicara dengan bahasa Korea. Hebat!
Eh, ada lagi nih kehebatan Clara. Menghilangkan jati diri keindonesiaannya dalam waktu singkat. Yap, beberapa bulan saja di Korea, segala polahnya sudah selayaknya Song Hye Kyo (ishhhh, saya ngefans sih sama Song Hye Kyo). Sayang seribu sayang, padahal citra Indonesia-Korea inilah yang menurut saya bisa memperkuat jalinan konflik dalam novel ini. Bahkan, teriakan kekesalan pun sudah dalam bahasa Korea (hlm 57).
Dan, puhleeeeeeeeeezzzzzzzzz deh ah, bisa tidak bikin cerita tentang Korea yang nggak melibatkan artezzzzz melulu??? Atau, jangan-jangan seluruh orang Korea itu hidupnya dari ngartis, ya? Di Summer in Seoul-nya Ilana Tan, si cowok artis. Di Endorphin-nya Pramesti Ratna, si cowok artis juga. Nah, di sini, artis lagi??? Bah! Fantasi-nya semua pada artis Korea sih, ya?
Eh, ternyata masih ada beberapa yang bikin dahi saya berkerut-kerut tak keruan.
1. Beberapa bagian dari novel ini melibatkan pergantian waktu yang begitu banyak. Saya pusing. Tapi yang ini memang ada kesalahan atau saya yang oon nggak bisa mencerna informasi? (hlm 47) Ia (Tante Emma) dan Oom Irvan pindah ke Korea dua tahun lalu. (hlm. 66) Kebetulan oom dan tanteku juga pindah ke sini sejak tahun lalu. Jadi, yang benar yang mana? 2. (hlm 122) Kepolisian Korea itu hebat ya, langsung bisa melacak keluarga korban kecelakaan dan menghubungi mereka dalam tempo singkat. 3. WTH. Gonta-ganti PoV? Maaf, dalam kamus saya, jika penulis separuh halaman di awal hanya menulis dengan satu PoV, lalu tetiba dari tengah ke belakang jadi BANYAK PoV, si penulis gagal meyakinkan saya dengan kisah yang ditulisnya. 4. Well, saya cowok, dan saya juga menangis sometimes, eh, many times. Tapi, saya kasihan pada dua cowok di novel ini yang suka menangis. Oh, GOD. Cengeng banget, ya?
Ahh, ya sudahlah, ini memang kembali ke selera masing-masing, dan untuk saat ini saya memang merasa cukup menikmati K-Drama televisi saja. Untuk fiksi cetak, nanti-nanti saja deh dicoba lagi. Oh, atau mungkin lebih seru baca cerita Korea asli dari negerinya sana alias terjemahannya saja. Ohiya, untuk yang menyukai kisah romantis penuh tragedi, novel ini cocok buat kamu. Sementara saya cukupkan membaca metropop berlatar Korea dari novel ini saja.
My favorite part:
Aku bukan anjing. Yang kalau disuruh tinggal akan tinggal, disuruh pergi akan pergi, dirusuh tunggu akan menunggu. Menunggu tidak semudah ditunggu.(hlm. 118)
Ohiya, selamat buat tim penyuntingannya. Typo-nya minimalis, bahkan serasa tak ada typo-nya. Sayang, penggunaan font untuk bagian kisah lain, misalnya dari sisi PoV yang buanyakkkk itu atau postingan blog atau diary, akan lebih mengenakkan mata jika dibuat kontras, jadi langsung ngeh kalau itu adalah bagian lain dari cerita. That's all.
Seks pranikah BUKAN pernyataan cinta, itu nafsu!!!
Usiaku 17 tahun, hampir 18. Kelas 12. Hampir lulus. Dan aku hamil... Kirana yang cerdas, cantik, dan ceria melihat semua impiannya luruh di depan mata. Hari-harinya mulai dipenuhi rahasia dan kecemasan. Ia nggak mungkin mampu melahirkan dan merawat bayi. Ia juga nggak mungkin mampu menghadapi celaan dari orang-orang di sekitarnya, teman-temannya, guru-gurunya, terutama kekecewaan orangtuanya. Saat ini Kirana berada di ambang jurang keputusasaan. Hidup seolah tidak menawarkan solusi apa pun padanya. Bagaimana dengan cowok yang menghamilinya? Oh, cowok itu harus tetap sekolah. Dia nggak boleh terlibat. Dia cowok paling tampan dan paling cerdas di sekolah. Masa depannya begitu gilang gemilang. Kirana tidak ingin merusaknya. Siapakah dia? Kirana takkan pernah mau mengakuinya.
Judul: Dark Love Pengarang: Ken Terate Pewajah sampul: Niken Anggrek Wulan Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama Tebal: 248 hlm Harga: Rp40.000 Rilis: September 2012 ISBN: 978-979-22-8751-6 Summary: Dunia remaja Kirana yang ceria dan penuh tawa seketika retak begitu dia menyadari ada benih cinta yang bertumbuh di rahimnya. Ia HAMIL. Ya Tuhan, Kirana baru 17 tahun. Tinggal satu semester lagi, ia akan lulus SMA. Bisakah ia menghentikan janin di kandungannya untuk berkembang? Bolehkah ia tetap bersekolah jika perutnya makin membesar? Oh, dia kan salah satu murd terpandai di sekolahnya, masa' pihak sekolah akan mengeluarkannya begitu saja? Oh, apakah ia korban perkosaan? Apakah Kirana hanya melakukan hubungan intim dengan iseng? Tak lebih baikkah jika Kirana mengaku saja pada semua orang siapa cowok yang menghamilinya? Tentu, itu lebih mudah baginya. Ia tak akan menanggung semua beban itu sendirian. Tapi, ia tak tega. Cowok itu begitu tampan, begitu pintar, dan dia begitu diharapkan sebagai tulang punggung keluarganya. Oh, Tuhan! Kirana begitu kalut. Apa yang musti ia lakukan? Bersediakah ia....aborsi? Simak langkah Kirana yang tertatih-tatih demi mencari solusi atas aib yang menimpanya dalam novel teen lit terbaru karya Ken Terate bertajuk Dark Love ini.
Pada suatu ketika dalam masa akademik saya, pernah terlontar pertanyaan seputar, "Bolehkah seorang siswi yang hamil tetap diperbolehkan masuk sekolah?" Jika tidak salah, saya pernah punya satu teman angkatan yang terpaksa putus sekolah karena ia telanjur hamil dan akhirnya MBA (Married by Accident). Kala itu, saya sebagaimana teman-teman saya yang lain, pun bertanya-tanya hal yang sama. Dan, sampai sekarang saya tak pernah tahu apakah memang ada peraturan tertulis yang melarang siswi yang hamil untuk menyelesaikan pendidikannya secara ketika masuk sekolah (SD/SMP/SMA) tidak ada surat pernyataan apa pun yang ditandatangani oleh siswa/i. Berbeda sekali ketika saya menempuh kuliah di STAN yang mensyaratkan mahasiswa/i-nya menyetujui kewajiban untuk tidak menikah (termasuk hamil) selama masa pendidikan. Tentu, itu sudah berdasar kesadaran sendiri. Nah, pas masih sekolah dasar-menengah, bagaimana donk? Dunno!
Tema itulah yang menjadi topik bahasan utama Ken Terate dalam novel Dark Love ini. Deangan gaya bercerita dan segala pernik khas remaja, Ken menghidupkan tokoh yang begitu real dengan segala keluguan dan kebingungannya menghadapi persoalan serumit ini. Perang batin yang dialami Kirana begitu dekat dengan keseharian. Seorang remaja beranjak dewasa yang menghadapi kenyataan bahwa berhubungan intim yang awalnya biasa dan menyenangkan justru membawanya kepada jalan yang tak diketahui di mana ujungnya. Apalagi ia pun sadar, ini adalah aib. Maka, dunia tak boleh tahu.
Nuansa riang-komedi-komikal khas Ken memang masih terasa, meskipun sebagaimana judul novel ini, aliran kisahnya dibuat sedikit lebih gelap dibanding karya-karya Ken sebelumnya yang secerah warna-warni cokelat M&M. Tentu saja, persoalan hamil di luar nikah di kalangan anak SMA bukan persoalan gampang. Dan, seperti yang pernah saya tanyakan di waktu saya SMA dulu, kasus seperti ini masih "tabu" dalam dunia nyata. Coba saja tengok berita di bawah ini: tentang teguran keras Gubernur Jatim karena ditengarai ada larangan Dinas Pendidikan bagi siswi hamil untuk ikut Ujian Nasional.
“Sudah, sudah kami ingatkan. Sudah tidak ada aturan seperti itu. Silakan bagi sekolah yang mau menerapkan dan sah-sah saja jika tidak,” tegasnya. Sebelumnya, sekolah dan dinas pendidikan kota/kabupaten sempat gelisah dengan dikeluarkannya himbauan yang lebih mirip aturan larangan bagi siswi hamil untuk ikut ujian. Karena meski siswi hamil ini termasuk kategori korban, dengan adanya aturan tersebut jelas-jelas mereka akan dirugikan. Selengkapnya baca di sini: lensaindonesia.com
Yang juga menarik dari novel ini adalah sejak mula tokoh Kirana enggan menyebutkan siapa cowok yang menghamilinya. Bahkan, kita sebagai pembaca pun diajak kucing-kucingan. Sepanjang membaca novel ini (sampai dengan terbongkarnya rahasia kelam itu) tak pelak saya pun ikut menebak-nebaknya. Sebenarnya mudah, karena si cowok yang dikenalkan sebagai "My Prince" adalah satu dari tiga cowok di geng Kirana yaitu Andra, Alvin, atau Banyu. Beberapa clue bertebaran di sana-sini, tapi saya patut mengacungkan jempol ketika Ken masih tetap membuat saya "buta" soal si cowok hingga ke tengahnya. Dari awal saya sudah menebak sih dari gaya berbicara si cowok lewat dialog atau lewat pesan-pesan SMS-nya. Tapi, satu bukti saja kurang, maka saya baru bisa menebak ketika telah lewat setengah ceritanya, hehehe...good job, Ken!
Tema persahabatan memang menjadi concern Ken, saya rasa. Hampir di seluruh novel-novelnya yang sudah saya baca, nuansa persahabatan itu begitu nyata. Termasuk di novel ini juga. Perubahan sikap teman-teman terdekat Kirana: Maria, Chacha, Andra, Alvin, dan Banyu, ketika rahasia kehamilan Kirana terbongkar juga dapat terasa dengan baik.
Masih cukup banyak ruang untuk pengembangan plot memang tapi saya pribadi sih sudah merasa cukup. Kegalauan hati seorang gadis SMA, pintar dan harapan keluarga, demi menghadapi masalah pelik hamil di luar nikah di usia yang untuk ukuran zaman sekarang, terlalu muda, cukup tergambarkan dengan baik. Dikarenakan PoV diambil dari sisi Kirana sehingga bagaimana gejolak si cowok yang berdasar ceritanya digambarkan bersedia bertanggung jawab itu menjadi tidak bisa terlihat. Saya yakin, dia juga terguncang. Mungkin akan makin seru jika Ken menggunakan dua sisi PoV, namun konsekuensinya yaaa...My Prince tak perlu lagi di'misterius'kan.
Atau, jika memungkinkan dibikin sekuel, bisa tuh digunakan PoV dari sisi si cowok. Hahaha, kalau pembaca selalu #ngarep ada kelanjutannya, ya?
Di dalam novel ini juga disinggung sebuah film berjudul Juno yang dibintangi Ellen Page, Michael Cera, dan Jennifer Garner yang box office beberapa tahun silam. Memang, menyimak novel ini menjadi tak bisa tidak untuk juga memabandingkannya dengan film itu. Dan, di sini, tokoh Kirana secara khusus mengungkapkan kondisinya dibandingkan Juno dalam film tersebut.
Lalu, saya pribadi pun merujuk ke film dengan judul hampir sama, tapi produksi Korea, Jenny Juno ini:
Sayang sekali, novel ini cukup banyak typo-nya. Tidak seperti biasanya, entah kenapa.
(hlm. 8) melap = mengelap (hlm. 9) jenius = genius (hlm. 18) istarahat = istirahat (hlm. 21) kenyataanya = kenyataannya (hlm. 23) Aston Kuchter = Ashton Kutcher (hlm. 27) cheesecake - (hlm. 86) cheese cake = inkonsistensi (hlm. 34) Dia ketua kelas dan paling sebal kalau ada anak yang masuk tanpa izin = sesuai konteks kalimat, mungkin seharusnya "yang tidak masuk tanpa izin" kali, ya? (hlm. 40) mau?" Kataku akhirnya = K--tidak kapital (hlm. 73) pilhan = pilihan (hlm. 73) diesksekusi = dieksekusi (hlm. 83) Zac Afron = Zac Efron (hlm. 93, 111) mencelos = mencelus (hlm. 94) Rihana = Rihanna -----> ada apa dengan novel ini, seluruh nama artis salah ejaan (hlm. 111) Ini nggak mungkin = kurang tanda titik di akhir kalimat (hlm. 189) kekeuh = keukeuh (hlm. 237) berlajar = belajar
Satu hal lagi terkait penggunaan istilah berbasi-basi dan berbasa-basi yang berganti-ganti digunakan. Entah disengaja, entah tidak (pertama digunakan tokoh yang seusia, tapi juga kadang dipakai yang beda usia).
Hmm, sepertinya seru sekiranya bisa merangkum beberapa hal yang terjadi dalam seminggu ini yaaa... Nah, kali ini saya kembali membuat rubrik baru, Kabar Sepekan, untuk memotret beberapa hal yang terjadi dalam rentang satu minggu yang lalu.
Berikut adalah beberapa hal/kejadian penting dalam rentang 27 Agustus - 1 September 2011: 1. Berjumpa dengan Dyan Nuranindya, salah satu penulis teen lit populer yang ikut meroketkan popularitas novel-novel bertema remaja ketika genre teen lit kali pertama diluncurkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama melalui novel debutannya Dealova yang kemudian juga diadaptasi ke layar lebar. Perjumpaan ini sama sekali tak disengaja ketika saya mewakili #KlubSiaranGRIon air di program Ruang Literasi@proresensi yang di-hosted by kak Lia Achmadi @lianamaku di RRI Programa 1 Jakarta, pada hari Sabtu, 1 September 2012. Slot #KlubSiaranGRI adalah pukul 15.30 WIB sedangkan Dyan baru akan mengudara pukul 16.00-an WIB. Nah, di saat menunggu masuk ruang studio, saya memberanikan diri mengobrol ringan dengan Dyan plus Lia, Delisa, dan Wulan (teman-teman GRI). Dan, saya makin bersyukur ketika selesai on air, Dyan masih meluangkan waktu mengobrol kembali dengan kami. Wahhh, ternyata Dyan seru banget orangnya. #dan.cantik.banget. #eaaa
Pengen lebih dekat sama Dyan Nuranindya? Silakan kunjungi website resmi sang penulis di sini: www.dyannuranindya.com
dan follow twitternya di sini: @dyannuranindya.
Oiya, follow juga @proresensi dan dengar siarannya setiap hari Sabtu mulai pukul 15.30-19.00 WIB (Ruang Literasi) untuk menyimak obrolan seru seputar buku dan dunia perbukuan serta banyak juga kuis-kuis berhadiah bukunya lhooo...
2. Terbit novel metropop Papap, I Love You karya Sundari Mardjuki. Lucu juga, saya tak menyangka buku ini adalah novel metropop. Saya malah awalnya menganggap ini buku non-fiksi tentang single-dad gitu. Wahh, langsung masuk wish list nih.
3. Terbit bundel novel metropop Trilogi Zona karya Dewie Sekar, salah satu penulis favorit sayaaaaa.... Yang belum baca, ayo silakan dibaca ketiga novel dalam trilogi ini: Zona@Tsunami, Perang Bintang, dan Zona@Last. Saya sih suka semuanyaaa...:) Harga: Rp140.000
4. Naskah novel cetak ulang Agatha Christie yang saya proof-read sudah dirilis. Yayyyyyy...fiuhhh #jadi.proofreader.aja.norak! (biarin wekkkkkk....) Akhirnya hobi saya mendaftar temuan typo di sebuah novel bisa saya salurkan secara profesional...#eaaa. Tapi, saya juga #degdegan secara biasanya saya yang protes soal typo, kali ini saya [harus] siap diprotes! Oiya, buat kamu yang suka Agatha Christie, sedang ada promo Ambil 4 Bayar 3 lhooo, jangan sampai ketinggalan ya, cuman di bulan September ini saja!
5. Beli dan Baca teen lit Dark Love by Ken Terate. Sudah tak sabar pengen ngerampungin baca...tinggal setengah lagi....:)
6. Buku pesanan di Gramedia.com salah kirim. Hikzzzzzz. #manyun, why oh why bisa kejadian cobakkkkk.... untung customer service-nya baik, menawarkan solusi yang bikin kepala adem. Asli, saya bete, tapi ya sudahlah...jadi pengalaman saja.
7. Masih ada Event Diskonan keren di Gramedia Grand Indonesia. Nggak sengaja muter-muter di Gramedia GI dan ketemu space buku diskonan dan surprise karena beberapa buku diskonannya nggak ada di event diskonan di toko buku Gramedia lain yang biasa saya kunjungi. Kemarin saya mencomot Langit Penuh Daya-nya Dewie Sekar (pengen baca ulang), 9 dari Nadira dan Malam Terakhir karya Leila S. Chudori. Disc. 40%.
8. Saya absen #PostingBareng teman-teman Blogger Buku Indonesia edisi Agustus 2012 [lagiiiii]...hikzzz...sedih deh! Ternyata saya belum bisa gabung seru-seruan baca dan posting reviu bareng teman-teman BBI. Semoga di bulan September ini, saya bisa ikut #ameen....
Baik, itu sekelumit hal/peristiwa yang terjadi selama seminggu ini. Ada yang menyenangkan, ada pula yang bikin bete. Tapi, hidup kan serupa permen nano-nano yaaa... [bukan iklan] jadi nggak perlu terlalu larut dalam emosi negatif.
Seluruh postingan dalam blog ini merupakan milik @fiksimetropop kecuali disebutkan lain. Pemuatan ulang sebuah artikel dari sumber lain akan disertakan keterangan atau tautan sumber aslinya. Dilarang memuat ulang sebagian atau seluruh artikel tanpa izin.
Resensi atas buku yang diulas di blog ini merupakan pendapat murni dan subjektif yang akan selalu disertakan alasan. Resensi tidak dapat dipengaruhi oleh faktor apa pun.