Sunday, May 5, 2013

[Resensi Kumcer Metropop] Simpanan Nyonya Besar by Threes Emir

Menyimpan kesenangan...


Judul: Simpanan Nyonya Besar
Pengarang: Threes Emir
Editor: C. Donna Widjajanto
Desain sampul: Marcel A.W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 208 hlm
Harga: Rp40.000
Rilis: Maret 2013 (cet. ke-1)
ISBN: 978-979-22-9398-2

Tuhh...kan, saya memang tak berjodoh untuk bisa klik dengan seri metropop yang ini. Sejak buku pertama, Nyonya Besar, dirilis saya sudah mencoba baca, gagal lalu menghibahkan bukunya kepada seorang teman. Kini, saya mencoba lagi untuk membaca salah satu buku, Simpanan Nyonya Besar, dengan alasan terbesar lebih karena kesukaan pada sampulnya yang keren, ternyata masih tak meninggalkan kesan positif setelah membaca.

Sebenarnya, seri metropop ini dapat menjadi semacam buku pembenar dari beberapa imajinasi pengarang novel metropop. Well, saya masih tetap bertanya-tanya jika membaca sebuah novel metropop yang deskripsi hedonismenya sudah melebihi angan seorang saya. “Apa benar ada orang rela menghamburkan jutaan rupiah demi sebuah barang bermerek?”, “Apa benar para sosialita itu menggesek kartu kredit senilai beberapa digit sekali ngopi lucu?”, ”Apa benar demi memuaskan hasrat menjinjing sebuah tas model terbaru harus terbang langsung ke Paris?”. Yah, pertanyaan-pertanyaan cupu dari seseorang seperti saya yang sampai sekarang belum pernah mengalami hal-hal tersebut. Nah, seri metropop ini yang dengan jujur disebutkan sebagian darinya merupakan kisah nyata seharusnya dapat menjawab pertanyaan yang masih selalu bersemayam di benak saya itu.

Dan, mungkin memang iya. Di dalam Simpanan Nyonya Besar, tentu saja kali ini memberikan jawaban atas pertanyaan yang lain, “Apakah benar telah muncul banyak fenomena ‘aneh’ di masyarakat kita, paling tidak di Jakarta?” Meskipun untuk kasus “simpanan” apa tepat disebut aneh, saya tak bisa mengategorikannya. Untuk saya pribadi sih, masih menjadi sesuatu yang aneh dan selalu menimbulkan pertanyaan, “Mengapa mereka musti punya simpanan?

Pertanyaan terakhir saya itu dijawab dengan gamblang oleh masing-masing cerita yang berdiri sendiri-sendiri di buku ini. Alasannya pun beragam meskipun untuk beberapa kasus sama, yaitu rumah tangga si Nyonya Besar hambar karena sang suami sudah tak lagi berstamina memberikan nafkah batin sehingga sang nyonya mencari seseorang di luar sana untuk memberinya kepuasan. Tak melulu sang simpanan ini sekadar ‘cowok-good-looking-butuh-duit’ atau bahkan juga tak melulu simpanan si nyonya ini berjenis kelamin ‘laki-laki’. 17 macam cerita tentang simpanan nyonya besar dituliskan di sini dengan gaya serupa fiksi.

gambar dari sini: http://lhakim-suarahati.blogspot.com

Namun demikian, balik ke selera asal. Saya mungkin memang tidak ditakdirkan (lebay) untuk menyukai seri metropop ini. Sudahlah saya masih tak begitu menyukai kumcer ditambah lagi saya juga kurang begitu menyukai kisah dengan embel-embel based on true story? Why? Karena saya masih dengan jahat menganggap hidup seseorang itu hanya menarik separuhnya saja sedangkan separuh yang lain ya sama membosankannya seperti hidup saya. Maka, sebuah buku yang dibangun dengan pondasi based on true story pasti banyak ‘hiasan’ fiksi di sana-sini. Oh, maksud saya di sini pun saya lebih menyukai membaca biografi dibanding sebuah cerita bernuansa fiksi yang ‘katanya’ berdasar kisah nyata. Well, itu subjektivitas pribadi.

Selain alasan itu, saya pun tak bisa menikmati kelincahan gaya menulis sang pengarang. Hohoho...salah satu hal yang paling saya benci pun ada di sini, pengarang mengomentari/menertawakan sendiri statement yang ditulisnya. Entahlah, saya selalu menganggapnya jayus/garing/nggak penting. Oiya, sekadar contoh saja:
Waluyo memandang tubuh molek Tantri dengan pasrah. (Huhhh, rasain, kendali dipegang Nyonya Besar... wakakakak...)
(hlm. 31)
Keduanya masih berhubungan dan tetap bersahabat, walaupun sifat, perangai, serta minat keduanya berbeda jauh, bak langit dan laut. (Bosan, ah, dengan kalimat klise “bak langit dan bumi”.)
(hlm. 63)
Hmm, begitulah. Saya berpikir banyak celah lain yang bisa dipakai selain mengomentari kalimat yang disusun sang pengarang sendiri. Di samping itu, saya pun tak menemukan hal-hal nan spektakuler berkaitan dengan fenomena para simpanan ini. Mungkin, berita dan artikel online sudah menyajikan hal-hal yang justru lebih saya percayai sebagai sesuatu yang real karena menyertakan unsur 5W+1H yang juga terkadang mengabarkan kisah-kisah macam ini, sehingga saya tidak mengalami momen membuka mulut karena ternganga oleh fakta baru yang mencengangkan. Akibatnya, pengalaman membaca saya datar saja untuk buku ini.

Baiklah, itu kira-kira apa yang saya rasakan selepas membaca buku kelima dari pengarang novel bestseller Nyonya Besar, Threes Emir, ini. Hmmm, ini juga agak membingungkan. Perasaan format metropop ini kumpulan cerita, tapi disebutnya novel. Entahlah. Saya sih orang awam, ngikut apa kata penerbitnya aja. Oiya, di buku ini juga masih ada beberapa typo tapi karena sangking malasnya membaca saya pun jadi malas membuat daftar typo-nya.

Selamat membaca kawan.

My rating: 1,5 out of 5 star.

8 comments:

  1. Wah aneh juga tuh bagian pengarang komentarin tulisannya sendiri. ihihi. Baru tau ada gaya kayak begini.

    ReplyDelete
  2. Wah belum pernah baca serian ini. Jadi penasaran bakal gak suka juga atau sebaliknya :)

    ReplyDelete
  3. Hehehe...iya, Na, nggak tau sampai sekarang aku paling nggak suka kalau ada pengarang yang cekikikan sendiri di bukunya...kayak hantu aja.

    ReplyDelete
  4. @Fradita.... Iya, silakan dicoba ya...jangan karena reviu ini terus jadi nggak mau baca...hehehe #siapa.guwe?

    ReplyDelete
  5. Aku pribadi sih suka,udah baca semua seri nya,disamping gaya penulisan yg agak geje, cerita2 nya bagus. :)

    ReplyDelete
  6. Wah, separah itu kah buku ini?
    Terima kasih kiriman bukunya udah sampai. Nanti saya review buku-bukunya :D

    ReplyDelete
  7. Wah ga nolak mbak kalo yang ini dihibahkan ke aku. Hehehe

    ReplyDelete
  8. Sama, Jul, aku juga sangat tidak suka dengan series ini.
    Gaya menulisnya dan isi ceritanya nggak sreg.

    ReplyDelete