Menyimpan kesenangan...
Judul: Simpanan Nyonya Besar
Pengarang: Threes Emir
Editor: C. Donna Widjajanto
Desain sampul: Marcel A.W.
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 208 hlm
Harga: Rp40.000
Rilis: Maret 2013 (cet. ke-1)
ISBN: 978-979-22-9398-2
Tuhh...kan, saya memang tak berjodoh untuk bisa klik
dengan seri metropop yang ini. Sejak buku pertama, Nyonya Besar, dirilis saya
sudah mencoba baca, gagal lalu menghibahkan bukunya kepada seorang teman. Kini,
saya mencoba lagi untuk membaca salah satu buku, Simpanan Nyonya Besar, dengan
alasan terbesar lebih karena kesukaan pada sampulnya yang keren, ternyata masih
tak meninggalkan kesan positif setelah membaca.
Sebenarnya, seri metropop ini dapat menjadi semacam buku
pembenar dari beberapa imajinasi pengarang novel metropop. Well, saya masih tetap
bertanya-tanya jika membaca sebuah novel metropop yang deskripsi hedonismenya
sudah melebihi angan seorang saya. “Apa benar ada orang rela menghamburkan
jutaan rupiah demi sebuah barang bermerek?”, “Apa benar para sosialita itu menggesek
kartu kredit senilai beberapa digit sekali ngopi lucu?”, ”Apa benar demi
memuaskan hasrat menjinjing sebuah tas model terbaru harus terbang langsung ke
Paris?”. Yah, pertanyaan-pertanyaan cupu dari seseorang seperti saya yang
sampai sekarang belum pernah mengalami hal-hal tersebut. Nah, seri metropop ini
yang dengan jujur disebutkan sebagian darinya merupakan kisah nyata seharusnya
dapat menjawab pertanyaan yang masih selalu bersemayam di benak saya itu.
Dan, mungkin memang iya. Di dalam Simpanan Nyonya Besar,
tentu saja kali ini memberikan jawaban atas pertanyaan yang lain, “Apakah benar
telah muncul banyak fenomena ‘aneh’ di masyarakat kita, paling tidak di
Jakarta?” Meskipun untuk kasus “simpanan” apa tepat disebut aneh, saya tak bisa
mengategorikannya. Untuk saya pribadi sih, masih menjadi sesuatu yang aneh dan
selalu menimbulkan pertanyaan, “Mengapa mereka musti punya simpanan?”
Pertanyaan terakhir saya itu dijawab dengan gamblang oleh
masing-masing cerita yang berdiri sendiri-sendiri di buku ini. Alasannya pun
beragam meskipun untuk beberapa kasus sama, yaitu rumah tangga si Nyonya Besar
hambar karena sang suami sudah tak lagi berstamina memberikan nafkah batin
sehingga sang nyonya mencari seseorang di luar sana untuk memberinya kepuasan. Tak
melulu sang simpanan ini sekadar ‘cowok-good-looking-butuh-duit’ atau bahkan juga
tak melulu simpanan si nyonya ini berjenis kelamin ‘laki-laki’. 17 macam cerita
tentang simpanan nyonya besar dituliskan di sini dengan gaya serupa
fiksi.
gambar dari sini: http://lhakim-suarahati.blogspot.com |
Namun demikian, balik ke selera asal. Saya mungkin memang
tidak ditakdirkan (lebay) untuk menyukai seri metropop ini. Sudahlah saya masih
tak begitu menyukai kumcer ditambah lagi saya juga kurang begitu menyukai kisah
dengan embel-embel based on true story? Why? Karena saya masih dengan jahat
menganggap hidup seseorang itu hanya menarik separuhnya saja sedangkan separuh
yang lain ya sama membosankannya seperti hidup saya. Maka, sebuah buku yang
dibangun dengan pondasi based on true story pasti banyak ‘hiasan’ fiksi di
sana-sini. Oh, maksud saya di sini pun saya lebih menyukai membaca biografi
dibanding sebuah cerita bernuansa fiksi yang ‘katanya’ berdasar kisah nyata. Well,
itu subjektivitas pribadi.
Selain alasan itu, saya pun tak bisa menikmati kelincahan
gaya menulis sang pengarang. Hohoho...salah satu hal yang paling saya benci pun
ada di sini, pengarang mengomentari/menertawakan sendiri statement yang
ditulisnya. Entahlah, saya selalu menganggapnya jayus/garing/nggak penting. Oiya,
sekadar contoh saja:
Waluyo memandang tubuh molek Tantri dengan pasrah. (Huhhh, rasain, kendali dipegang Nyonya Besar... wakakakak...)(hlm. 31)
Keduanya masih berhubungan dan tetap bersahabat, walaupun sifat, perangai, serta minat keduanya berbeda jauh, bak langit dan laut. (Bosan, ah, dengan kalimat klise “bak langit dan bumi”.)(hlm. 63)
Hmm, begitulah. Saya berpikir banyak celah lain yang bisa
dipakai selain mengomentari kalimat yang disusun sang pengarang sendiri. Di samping
itu, saya pun tak menemukan hal-hal nan spektakuler berkaitan dengan fenomena
para simpanan ini. Mungkin, berita dan artikel online sudah menyajikan hal-hal yang
justru lebih saya percayai sebagai sesuatu yang real karena menyertakan unsur 5W+1H
yang juga terkadang mengabarkan kisah-kisah macam ini, sehingga saya tidak
mengalami momen membuka mulut karena ternganga oleh fakta baru yang
mencengangkan. Akibatnya, pengalaman membaca saya datar saja untuk buku ini.
Baiklah, itu kira-kira apa yang saya rasakan selepas
membaca buku kelima dari pengarang novel bestseller Nyonya Besar, Threes Emir,
ini. Hmmm, ini juga agak membingungkan. Perasaan format metropop ini kumpulan
cerita, tapi disebutnya novel. Entahlah. Saya sih orang awam, ngikut apa kata
penerbitnya aja. Oiya, di buku ini juga masih ada beberapa typo tapi karena
sangking malasnya membaca saya pun jadi malas membuat daftar typo-nya.
Selamat membaca kawan.
My rating: 1,5 out of 5 star.
Wah aneh juga tuh bagian pengarang komentarin tulisannya sendiri. ihihi. Baru tau ada gaya kayak begini.
ReplyDeleteWah belum pernah baca serian ini. Jadi penasaran bakal gak suka juga atau sebaliknya :)
ReplyDeleteHehehe...iya, Na, nggak tau sampai sekarang aku paling nggak suka kalau ada pengarang yang cekikikan sendiri di bukunya...kayak hantu aja.
ReplyDelete@Fradita.... Iya, silakan dicoba ya...jangan karena reviu ini terus jadi nggak mau baca...hehehe #siapa.guwe?
ReplyDeleteAku pribadi sih suka,udah baca semua seri nya,disamping gaya penulisan yg agak geje, cerita2 nya bagus. :)
ReplyDeleteWah, separah itu kah buku ini?
ReplyDeleteTerima kasih kiriman bukunya udah sampai. Nanti saya review buku-bukunya :D
Wah ga nolak mbak kalo yang ini dihibahkan ke aku. Hehehe
ReplyDeleteSama, Jul, aku juga sangat tidak suka dengan series ini.
ReplyDeleteGaya menulisnya dan isi ceritanya nggak sreg.