Wednesday, May 29, 2013

[Resensi Novel Amore] Mahogany Hills by Tia Widiana + Giveaway

Rumahku, surga dan nerakaku...

-- Juara 1 Lomba Penulisan Novel Amore 2012 --

Jagad Arya dan Paras Ayunda mendapatkan kehidupan yang mungkin diharapkan oleh semua pasangan pengantin baru. Segera setelah menikah, mereka tinggal di rumah bernama Mahogany Hills, di pelosok pegunungan Sukabumi yang sejuk dan indah.

Yang membedakan Jagad dan Paras dengan pasangan pengantin lainnya adalah mereka menikah bukan karena cinta. Baik Jagad maupun Paras punya rahasia yang mereka pendam. Kesepian, amarah, dan penyesalan bercampur aduk dengan rasa rindu dan kata cinta yang tak pernah terucapkan—semua itu senantiasa menggelayuti Mahogany Hills.

Dengan caranya masing-masing, Jagad dan Paras berjuang untuk menghadapi satu pertanyaan yang pada suatu titik harus mereka jawab: Sanggupkah mereka bertahan dalam pernikahan yang tak sempurna itu?

Pengarang: Tia Widiana
Pewajah sampul: Cynthia Yanetha
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 344 hlm
Harga: Rp58.000
Rilis: Mei 2013
ISBN: 978-979-22-9584-9

Saya menemui keganjilan ‘pribadi’ ketika membaca novel yang ditahbiskan sebagai Juara 1 Lomba Penulisan Novel Amore tahun 2012 ini. Banyak sekali faktor yang berpotensi menghambat saya untuk menyukai novel ini. Pertama, adegan awal novel ini ternyata ‘hampir-mirip’ dengan adegan pembuka novel CoupL(ov)e-nya Rhein Fathia yang juga sedang saya baca (malam pertama yang canggung, adegan lingerie nan dramatis, panggilan ortu dan mertua yang dibedakan, serta mantan-mantan yang berseliweran). Kedua, ada tiga hal yang paling tidak saya sukai dari sebuah karya fiksi ada di novel ini, yakni: perjodohan, kecelakaan, dan amnesia, dan ketiga hal itu ada di novel ini. APAHHH??? (insert = *melotot dramatis*) Nah, dengan dua faktor itu semestinya saya benci novel ini. Tapi, nyatanya enggak. Ini sungguh ganjil. Dan, tanpa bisa saya sangkal, saya menyukai novel ini.

Mendapat kerhormatan karena diberi kesempatan ikut terlibat dalam proses seleksi awal Lomba Penulisan Novel Amore, saya mendapat jatah menilai kurang lebih 50-an naskah. Betapa mengejutkan, bahwa dari jumlah itu kurang lebih 20% di antaranya bertemakan perjodohan. OMAGAT! Saya sampai benar-benar muak dengan tema itu. Jika tweeman sempat mengikuti ocehan saya di twitter, saya pernah mengeluh tentang ini. Mengapa sih, banyak banget penulis (baru) kerap mengangkat tema ini? Nggak bosen apa? Buat saya pribadi sih, “Dih. Boring bangetsssssss, sumpah!” Masih banyaklah topik lain di luar sana yang dapat dipilih untuk mempertemukan-dan-mempersatukan-cinta-dalam-ikatan-yang-suci tanpa melalui perjodohan. *sigh* Dan, di dalam novel ini pun ada unsur perjodohannya itu. Meskipun, harus saya akui, dibanding 20% naskah yang jatah saya tadi, Mahogany Hills memang ditulis jauh lebih bagus.

gambar dari sini: segitigamedia.blogspot.com
Saya benar-benar dibuat penasaran dan berharap dapat segera membaca Mahogany Hills sejak naskah ini diumumkan menjadi yang terbaik dalam Lomba Penulisan Novel Amore bulan lalu. Benar saja, di luar faktor-faktor pribadi di atas, saya jatuh cinta pada novel ini. Gaya mendongeng Tia cocok dengan selera saya. Tidak terlalu mendayu-dayu, tapi juga tidak kaku. Pas. Tepat takaran. Selama proses membaca, saya tak mengalami kendala macet gegara tulisan. Palingan hanya karena (lagi-lagi) faktor-faktor pribadi saja.

[SPOILER ALERT] Well, ini spoiler, tapi juga saya pengin jujur. Siapa tahu ada orang yang sama seperti saya, yang tidak menyukai unsur ini. Unsur paling menyesakkan tentu saja amnesia. Oh, GOD! Saya benar-benar muak sebenarnya dengan ini. Tapi, ya mau bagaimana? Kan yang ngarang bukan saya. Terserah pengarangnya mau mengarang tentang apa, kan? Namun, seandainya saya ditanya, sesuai selera saya, unsur inilah yang membuat saya turn off ketika membaca novel ini. Setelah adegan pemicu terjadinya amnesia, saya bacanya lempeng saja. Menunggu sampai ceritanya diakhiri.

gambar dari sini: gemamedisiana.blogspot.com
Plot-nya oke. Subplot-nya yang menurut saya masih sedikit kurang. Apakah mantan Paras yang digambarkan temperamental dan ‘sinting’ itu langsung mundur hanya sekali gebuk sama Jagad? Sementara tokoh mantan Jagad pun kurang tereksplor secara mendalam, mengingat ia digambarkan seorang cewek nekat, apa iya cuman dibegitukan sama Jagad ia langsung mundur? Hmmm...

Setting-nya oke. Karakterisasi-nya oke. Pernak-pernik-nya oke. Diksi-nya oke. Konflik-nya, karena kurang ganasnya dua tokoh pendukung utama, konflik kurang menukik tajam. Saya masih kurang sreg jika puncak konflik ditandai kejadian amnesia itu. Tapii, ah...sudahlah.

Bicara soal tokoh-tokoh yang ada di sini, mengapa mertua Paras (orangtua Jagad) tidak diceritakan ikut panik ketika Paras terkena amnesia, ya? Padahal pada satu adegan ketika Paras kalut mendapati Jagad masih behubungan dengan mantannya, Paras dan sang ibu mertua mengobrol dengan sangat dekat. Agak aneh menurut saya sih, apalagi di saat yang bersamaan orangtua Paras diceritakan tak dapat menemani Paras. Atau saya yang kelewat baca detailnya, ya?

Oh, hampir lupa. Salah satu yang saya suka dari gaya mengarang Tia adalah kepiawaiannya untuk menahan-nahan sebuah rahasia/kejutan. Teaser di akhir adegan awal yang akan menjadi pembuka adegan berikutnya sungguh bikin saya ikut berdebar-debar menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Menurut saya gaya tarik-ulur ini sungguh sulit. Bila tak benar tekniknya, bisa menghancurkan sisi misterius yang ingin dibangun dan malah terkesan norak. Dan, bagi saya, Tia berhasil melakukannya dengan sangat baik di novel ini.

gambar dari sini: www.hoteldigarut.com
Mengesampingkan berbagai hal, I LOVE THIS BOOK VERY MUCH. Debut yang cantik, Tia. And, this book definitely deserves the Amore’s crown. Yang paling kuat dari semuanya, menurut saya, adalah setting lokasinya. Sebuah rumah di pelosok Sukabumi membawa nuansa romantis sekaligus mistis, sebenarnya. Lha, mereka cuman tinggal berdua dan untuk sekadar beli sabun harus pakai mobil, berarti kan agak-agak bikin merinding ya, tempatnya, hehehe. Tapi, romantisme yang terjalin di tengah kecanggungan hubungan Jagad-Paras justru menyeret saya ke drama percintaan yang indah. Entahlah, saya sampai sulit mendeskripsikan bagaimana dua orang ini bisa berinteraksi di balik keengganan berterus terang dan banyaknya awkward moment karena hubungan yang sah di dalam simpul ikatan pernikahan itu tidak dilandasi cinta. Benarkah keduanya sedikit saja tak mencintai satu sama lain dari sejak mula? Temukan sendiri jawabannya di sini ya. Surprise-surprise kecilnya bikin saya mengulum senyum.

Dari segi cetakan, ehem, masih ada beberapa typo. Too bad, kalau tidak salah ada lebih dari 5 typo yang saya temukan, termasuk salah penulisan Jagad menjadi Jadad, untung bukan ditulis Jasad ya...ups *ditoyor* Dannn..., ada satu typo di bagian epilog yang bikin saya ketawa ngakak,
“Karin dan Rasya berjalan keluar dari kamar, memakan baju pesta putih yang berpotongan...”

Hahaha....jadi keduanya nggak suka makan nasi, ya? Sukanya makan baju pesta... *ngikik*

Pada akhirnya, adalah rasa di dalam hati yang menentukan. Meskipun dengan begitu banyak hal yang tidak saya sukai, toh saya tidak bisa menyangkal bahwa perasaan saya ikut tersentuh oleh kisah Jagad-Paras ini. Pada satu titik saya ingin menggampar Jagad dan di titik lain saya ingin mengguncang-guncangkan bahu Paras karena keputusan-keputusan yang mereka ambil. Menarik dan sangat saya rekomendasikan buat pencinta romance untuk membaca novel yang juga merupakan Book of the Month di blog ini. Entahlah, saya kok merasa yakin bahwa novel ini akan makin mengangkat citra lini Novel Amore sehingga makin banyak pembaca yang berminat untuk mencicipi harlequin bercita rasa lokal ini. Sekali lagi selamat Tia, dan selamat Gramedia.

My rating: 4 out of 5 stars


Okay, giveaway timeeee....
1.       Giveaway diadakan di blog ini.
2.       Tweet tentang giveaway ini, minimal satu kali dengan format: Guys, ada giveaway keren berhadiah novel #MahoganyHills di http://metropop-lover.blogspot.com @tiawidia @fiksimetropop
3.       Silakan jawab pertanyaan ini di kolom komentar, “Menurut kamu, apa sih hal yang paling menyebalkan dari menikah karena dijodohin?
4.       Tinggalkan identitas kamu di akhir komentar, boleh alamat email, dan lebih baik jika akun twitter yang mudah di-mention.
5.       Periode giveaway: 29 – 30 Mei 2013, dan pemenang diumumkan tanggal 31 Mei 2013.

Good luck and keep reading, tweemans.


48 comments:

  1. Emang sih yang namanya dijodohin pasti orang tua mau yang terbaik untuk anaknya. Tapi tetep aja kan kesannya jadi ga bisa bebas milih pasangan kita sendiri, apalagi belum begitu kenal sama orang yang dijodohin dan belum tentu juga orang yang dijodohin sama kita itu karakteristiknya sesuai dengan kriteria kita. Lagian yang mau menikah kan kita, bukannya papa atau mama yang ngejodohin..
    @S_hantie

    ReplyDelete
  2. Enaknya menikah karena perjodohan itu kita gak susah2 cari jodoh lagi. Terutama bagi yang ogah pacaran seperti saya. Gak enaknya, orang yang dijodohin bisa jadi bukan kriteria kita. Well, tapi itu bukan masalah perinsip sebenarnya selama pasangan mau saling memperbaiki diri dan mau tumbuh bersama.

    @mayranee

    ReplyDelete
  3. Hmmm..
    bagian yang menyebalkan dari di jodohkan tuh kita nggak kenal karakter pasangan secara mendalam.
    Terlalu sering banyak menebak karakter atau sifat pasangan yang dijodohkan di dalam hati.
    Misalnya, "dia suka sama aku ngga ya?" atau "jangan-jangan dia udah punya pacar atau orang yang disuka lagi. Ikut perjodohan ini cuma karena nggak sanggup nolak permintaan orang tua."
    Nah berabe kan...

    https://twitter.com/intan_sparkyu/status/339564431631605760
    @intan_sparkyu

    ReplyDelete
  4. “Menurut kamu, apa sih hal yang paling menyebalkan dari menikah karena dijodohin?”

    menurut saya, sepertinya yg paling menyebalkan justru komentar orang lain (sahabat, teman, tetangga, saudara, dll) tentang perjodohan itu. maksudnya, pasti akan ada komentar (yg mungkin disampaikan secara langsung ataupun hanya berupa bisik2) semacam: "ih hari gini mau aja dijodohin" atau "kayaknya dia kurang laku deh, makanya ortunya harus susah2 ngejodohin" dan berbagai komentar semacam itu lainnya, yg mungkin bahkan lebih kejam dari contoh2 tadi. Ditambah dengan prasangka buruk dua orang yg merasa jadi "korban perjodohan" (yg pikirannya sudah terkontaminasi cerita2 jadul perjodohan yg tidak happy ending semacam siti nurbaya), maka tampaklah perjodohan itu sebagai kiamat bagi mereka berdua.
    Untuk perjodohannya sendiri, mungkin malah belum tentu semenyebalkan itu, karena kemungkinan besar ortu juga memilih calon yg sebaik mungkin untuk anaknya kan, ya kan? YA kan? jadi semua kembali pada dua orang yg dijodohkan, kalau bisa menyikapi dg positif tanpa prasangka2 negatif, mungkin nantinya malah bener2 witing trisno jalaran soko kulino dan endingnya: they live happily ever after, who knows? ^^

    @nuril_lailiyah

    ReplyDelete
  5. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  6. Dijodohin itu terkesan kita tidak bisa mencari pasangan sendiri, atau kadang jadi nggak laku karena untuk menikah kok harus dijodohin.

    Tapi yang paling nggak enak sie, kalau ternyata kita sudah punya pasangan pilihan kita sendiri, mau ditaroh dimana tuh pasangan kita. Huhuhu :)

    @noninge

    ReplyDelete
  7. Aku pribadi sih ga masalah soal perjodohan. Tapi hal yang paling nyebelin dari perjodohan itu kita ga kenal si dia. Ga bisa cocokin selera, hobby, music, life style dll. Ga tau dia itu sebaik apa atau sebrengsek apa. Terlalu baikpun bisa jadi masalah. Ngerasa minder dan ga percaya diri untuk berada di sampingnya misalnya. Atau terlalu brengsek juga potensi bermasalah lebih besar. Entah tingkah aneh apa yang akan dilakukan lagi padahal sakit kepala yang kemaren aja belom reda.

    Logikanya, pasangan yang menikah dengan banyak persamaan aja masih banyak yang cere. Apalagi yang persamaannya dikit. Perbedaan ada untuk saling melengkapi. Seperti garam pelengkap masakan. Terlalu sedikit, hambar. Terlalu banyak, asin.

    Twitter: @angelvha

    ReplyDelete
  8. “Menurut kamu, apa sih hal yang paling menyebalkan dari menikah karena dijodohin?”

    sebenarnya gini, menikah karena di jodohin dan ga di jodohin itu sama-sama punya sisi menyebalkan....
    dan menurut saya, menikah karena di jodohin itu mungkin sisi menyebalkannya lebih karena begini, "kenapa sih harus di jodohin? kaya gue ga bisa cari pasangan aja?" atau karena akhirnya ketemu suatu kesimpulan bahwa ternyata kita ga cukup di pecaya sama orang tua buat nyari "the one" buat teman hidup kita.. perasaan dan pemikiran kita ga cukup di percaya sama orang tua tentang pencarian jodoh... dan itu bener-bener menyebalkan... ketidak percayaan mereka itu bikin kita nyesek, meski pas kita ketemu sama orang yang mau di jodohin sama kita, terus akhirnya kita suka sama dia pun, kita pasti bakal tetep nyari celah buat nyela pasangan kita... yah... dan campur tangan orang tua sama kehidupan pribadi kita sama pasangan perjodohan kita pun bikin sebel... berasa di atur banget.. belum lagi kalau pasangan kita dan kita terlalu jauh perbedaannya atau ga nyambung pas ngobrol... tambah bikin sebel...

    Twitter: @araiasmani

    ReplyDelete
  9. Menurut saya yang menyebalkan dari perjodohan adalah keterbatasan diri mengikuti kata hati mencintai yang lain selain pilihan yang ada. Mungkin bagi para orang tua perjodohan adalah upaya penjembatanan bagi anak ke arah yang lebih baik, tapi selama perjodohan tak berpondasi cinta maka bahagia susah didapat. Menurut saya buat apa menjodohkan? Bukankah hidup terlalu singkat untuk tidak menentukan muara cintanya sendiri?

    ReplyDelete
  10. Menurut saya yang menyebalkan dari perjodohan adalah keterbatasan diri mengikuti kata hati mencintai yang lain selain pilihan yang ada. Mungkin bagi para orang tua perjodohan adalah upaya penjembatanan bagi anak ke arah yang lebih baik, tapi selama perjodohan tak berpondasi cinta maka bahagia susah didapat. Menurut saya buat apa menjodohkan? Bukankah hidup terlalu singkat untuk tidak menentukan muara cintanya sendiri?
    @lusymahdi

    ReplyDelete
  11. Hal yang paling menyebalkan dari perjodohan itu adalah ketidaktahuan tentang siapa calon yang disiapkan untuk kita, terutama sifat dan latar belakangnya. Ibarat beli kucing dalam karung. Untung-untungan. Walaupun orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya, belum tentu semua yang terbaik bagi orangtua sama dengan yang kita anggap baik untuk diri sendiri. Belum lagi kalau si calon ternyata nggak sependapat dengan kita dan sifatnya malah membuat langkah kita terhambat. Susah deh ya pasti. Mau nolak juga gimana karena pastinya setiap perjodohan dilatarbelakangi hubungan yang erat antar-orangtua

    Ifnur Hikmah
    @iiphche

    ReplyDelete
  12. apa yang menyebalkan dari perjodohan?

    Hal yang menyebalkan dalam perjodohan itu mungkin salah satunya adalah kita ibaratnya beli kucing dalam karung, bayangkan saja kita harus menjalani suatu ikatan pernikahan dengan seseorang yang belum kita kenal luar dalam. Kita harus beradaptasi dengan kebiasaan2 baru. Kalo yang dijodohkan ama kita orangnya baik sih enak2 aja, lah kalo kebalikannya? bisa2 yang ada jadi nyesel seumur hidup kenapa dijodohin ama tuh orang.

    @Raaiyni

    ReplyDelete
  13. Hal yang paling menyebalkan (casenya udah menikah dg yg dijodohkan) adalah harus mau belajar mencintai, dan menerima apa adanya. Kalau berhasil sih bagus tapi kalo nggak...
    Maka harus ada senyum dan kebahagiaan palsu di depan keluarga (terutama), orang lain dan bahkan pasangannya. Gimanapun ada kebahagiaan orang lain atas pernikahan itu; 2 keluarga dan anak2 (kalo udh ada).
    @ratipramita

    ReplyDelete
  14. @nanyanana_

    yang paling nyebelin kalo nikah dijodohin itu adalah kalo cowoknya gak sesuai kriteria kita .. ahaha..
    tapi kalo dijodohin sama yang sesuai kriteria kita,, terima2 aja kali tuh,, wkwkkw...
    ngaco bet dahini jawabnnya -__-

    ReplyDelete
  15. “Menurut kamu, apa sih hal yang paling menyebalkan dari menikah karena dijodohin?”

    Apa, ya?? Yang jelas dijodohin itu kuno banget. Berasa kayak nggak laku dan nggak bisa nyari pasangan yang bener-bener, nggak dipercaya sama orangtua.
    Analoginya dijodohin itu kayak dipaksa BAB padahal perut nggak mules sama sekali.
    Nah, tuh, bayangin coba? Okeh, selamat membayangkan kalau begitu! *ngilang

    @zichajee

    ReplyDelete
  16. menurutku hal paling menyebalkan dari menikah gegara perjodohan itu adalah sudah hilangnya kepercayaan dari orang yang paling dekat secara batin dg kita yaitu orang tua kita sendiri.itu berarti orang tua kita sudah tidak percaya ataupun meragukan keputusan kita atas pilihan jodoh kita sendiri. yang toh pada akhirnya itu akan menentukan masa depan kita dan apabila kita menikah gegara perjodohan ortu kita , pasti ortu kita merasa berhak ikut campur tangan pada masalah rumah tangga kita nantinya
    @merrytaPutrii

    ReplyDelete
  17. Yang pertama, kita harus menikah dgn seseorang yg belum tentu kita cintai dan mencintai kita, hal tersebut pasti sangat menyiksa batin kita. Lalu dgn tidak sengaja, kita mungkin akan menyakiti beberapa pihak. Seperti kekasih kita, ataupun kekasih pasangan yg akan di jodohkan dgn kita (Jka memang saat itu sdg memiliki kekasih).
    Jika pun kita sdh menikah, belum tentu kita bisa menjalin hubungan baik dgn pasangat kita, yg notabene baru kita kenal. Akan timbul bnyak konflik batin yg mungkin tdk berujung. Kehidupan pernikahan akan terasa percuma jika tanpa cinta di dalamnya, dan untuk menghadirkan cinta itu butuh proses yg tdk sebentar. Jadi menikah krna di jodohkan sebenarnya sesuatu yg sangat tdk adil..
    @yuniamidong

    ReplyDelete
  18. Hal yang paling menyebalkan karna dijodohkan?

    Jawabanya : karna kita menikah belum tentu diselimuti oleh cinta. Hanya cinta yang mampu membuat rumah tangga damai, cerah, bahagia dan tidak ada ditutupi atau perselingkuhan.

    Bisa jadi karna dijodohkan masa depan saya hancur. Seharusnya menikah dengan laki-laki A yang sudah saya cintai begitupun sebaliknya. Namun karna perjodohan, saya menikah dengan laki-laki B yang tidak saya kenal atau cintai. Bahkan bukan tipe saya. Itu sangat saya benci.

    Menikah karna dijodohkan apalagi tanpa didasari cinta itu seperti saya menjatuhkan diri saya kedalam jurang yang dalam. Menikah tapi tidak bahagia. Sama saja saya seperti orang yang single dengan masa depan hancur.

    @hevy_donghae

    ReplyDelete
  19. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  20. Hal yang paling menyebalkan dari perjodohan adalah saat pasangan kita ternyata memiliki orang lain yang dia cintai atau dia kira masih dia cintai. Apalagi kalau kita sudah mau berkompromi dengan perjodohan ini, dan berusaha untuk membina hubungan selayaknya kitalah yang memilih pasangan kita sendiri, namun pasangan kita masih ragu-ragu dengan hatinya, dan enggan berusaha untuk melakukan hal yang sama seperti apa yang kita lakukan.
    @Takinchi

    ReplyDelete
  21. hal yang paling nggak aku suka kalau aku dijodohin itu ialah bayangin cowo yang aku nggak kenal luar apalagi dalam bakalan hidup bersama dalam satu atap. Cuma ngebayangkan aja aku udah nggak suka.

    Kecuali aku kenal orangnya dan aku tahu dia gimana. Mungkin yang aku nggak suka itu kenapa orang tua aku nggak kasih aku pilihan apa aku setuju atau enggak sama perjodohan ini. Belum tentu kan kalau aku kemal dia aku bisa cocok gitu aja sama dia. Karena pernikahan bagiku cuma sekali dan bersama orang yang aku cintai untuk dihabiskan waktu seumur hidup.

    Ruth I. Munthe
    @ruthmunthe

    ReplyDelete
  22. Yang paling menyebalkan, apa ya? Saya belum pernah dijodohin sih xD

    Mungkin perasaan canggung pas ketemu orang yang belum kita kenal kali ya? Dan, saya paling tidak suka dengan awkward moment yang mungkin akan tercipta -____-

    Kalau untuk omongan orang lain mah saya nggak terlalu peduli sih. Saya bukan orang yang terlalu peduli dengan apa yang orang lain katakan.

    twitter: @ariansyahABO

    ReplyDelete
  23. Hal yang paling menyebalkan dari "dijodohkan" oleh orang tua adalah karena kita belum tau bagaimana karakter asli si calon. Bisa saja kan pas perkenalan, ngomongnya sopan, tingkahnya santun, tau-tau setelah nikah eh..keluar aslinya. Pemarah, pencemburu, pemalas, jorok, boros, kasar, tukang selingkuh, main perempuan. Naudzubillah.
    Intinya, karakter seseorang itu sangat penting bagi saya dalam hal pemilihan calon pasangan hidup. Maaf ya, saya memang jenis orang yang picky.

    Misalnyanya nih:
    1.Si calon pecinta hewan, punya peliharaan, nah..padahal saya sendiri SANGAT TIDAK SUKA sama hewan. Tidak suka peliharaan. Ngerepotin & bikin jorok. Kan pasti ujung-ujungnya akan cekcok cuma karena masalah ginian.

    2. Kita belum tau karakter dia, baik itu kebiasaan baik & buruk. Misalnya dia perokok. Maaf, saya bukan anti sama perokok, tapi alangkah lebih baik seandainya budgeet utk rokok itu disisihkan untuk kebutuhan belanja bulanan. Dan lagi asap rokoknya itu sangat mengganggu. Merusak kesehatan. Nah, bayangkan saja kalo seumur hidup saya harus hidup dgn orang yang perokok ini.

    3. Kita belum tahu kebiasaan di rumah. Misal nih, saya tuh kalo tidur malam,lampunya saya padamkan. Nah, kalo si calon ini tidur dalam keadaan lampu terang benderang, nah..pasti akan timbul cekcok lagi. Terlebih kalo tidak ada yang mau ngalah. Runyam. Memang ini kedengarannya sepele, tapi pertengkaran itu selalu bermula dari hal-hal kecil yang nantinya membesar, bukan?

    4.Kita belum tau sifat si calon. Misalnya orangnya bawel. Nah, saya paling tidak suka sama laki-laki yang bawel, rewel, genit, sok tebar pesona. Saya lebih suka laki-laki yang kaku & pendiem ketimabng mereka yang suka caper & kegenitan.

    Dan masih banyak lagi. Pokoknya saya itu selektif. Jadi saya tidak begitu setuju sama dijodoh-jodohkan sama stranger. Sekian pidato singkat dari saya :D
    @dianmayy

    ReplyDelete
  24. hal yang paling menyebalkan karena dijodohkan ?

    adalah pada saat dijodohkan dengan orang yang nggak dikenal. pasti susah mau apa-apa . nggak tau sifat nya, kebiasaan nya , dan lain-lain. apalagi kalo semacem jagad sama paras yang cepet-cepet dinikahin .

    Rizqia Fitrianie
    @sqiarepants

    ReplyDelete
  25. Menikah itu bukan untuk dipaksakan, sama seperti cinta. Menikah itu harus dari hati. Walaupun seseorang itu mempunya Attitude yang baik sekalipun.
    Menikah hanya untuk sekali seumur hidup kita, jika kita menikah karena terpaksa, hubungan itu akan retak dan akhirnya bisa patah. Dan yang sangat di sayangkan adalah kita akan merasa capek waktu dan capek hati.
    Seseorang akan bersatu apabila ada rasa cinta yang tumbuh diantara mereka. So, Jika kita diojodohkan, minta orangtuamu untuk membiarkan kamu untuk mengenal "nya" lebih dekat :)

    My Twitter : @Marineeyin

    ReplyDelete
  26. yang paling nyebelin itu kita nggak tau siapa dia, sifat dan karakternya belum ketauan, beda dengan sebelumnya kita mengenal dia, minimal udah tau sifatnya :)

    @peri_hutan

    ReplyDelete
  27. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  28. Hal yang paling menyebalkan kalau dijodohkan dan akhirnya menikah namun dia gak bisa menerima kita sebagai pasangannya dan akhirnya selingkuh sama orang lain.
    @cyn_chyn

    ReplyDelete
  29. yang menyebalkan adalah saat kita benar - benar jatuh cinta dengan orang yang kita jodohkan meski sudah menolak mengakuinya

    @Clarisa_nabila

    ReplyDelete
  30. yang menyebalkan adalah saat kita benar - benar jatuh cinta dengan orang yang kita jodohkan meski sudah menolak mengakuinya

    @Clarisa_nabila

    ReplyDelete
  31. Yang paling menyebalkan dari menikah karena dijodohin adalah kita menikah bukan karena ketertarikan kita atau bukan karena rasa cinta yang dapat saat mengenal pasangan kita tetapi hanya untuk sebuah kenyamanan/ keterikatan/perjodohan dari pihak lain.
    @UliKerenza

    ReplyDelete
  32. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  33. dijodohkan..yg ada dibayangan serem..kan ga kenal pribadi masing2 langsung ke jenjang pernikahan syukur2 dapat yg berkepribadian baik kalo nggak..dibuat seumur hidup iniih
    tapi..kalo dilihat lebih jauh..perjodohan ortu ga seserem itu lah ya..kan pada dasarnya ortu selalu menginginkan yg terbaik buat anaknya..
    Malah enakan proses pengenalan pribadi tadi (bahasa gaulnya pacaran) kan udah SAAAH *kata pak penghulu* :D
    asal saling menerima,mengwrti,dan toleransi kelebihan,kekurangan masing2 dan mempunyai tujuan yg sama membawa pernikahan bahagia selamanya terlepas dari perbedaan2 yg ada nantinya..tresno jalaran soko "ngglibet" kulino :p
    yaaa kalo boleh pinjem istilah pom bensin sih "kita mulai dari NOL ya" saaaaay ;)
    @riaaria

    ReplyDelete
  34. “Menurut kamu, apa sih hal yang paling menyebalkan dari menikah karena dijodohin?”

    Yang pertama pastinya bakal kikuk buat komunikasi, dan kata orang yang udah nikah komunikasi merupakan salah satu hal yang penting dari pernikahaan. setelah itu pasti gak kenal kepribadiannya diawal penikahaan yahhh walo dalam masa pernikahaan seharusnya merupakan tahap perkenelanal kepribadian yang sesungguhnya. mungkin kalo ada masalah nyalahin orang2 yang ngejodohin dan gak ngebiarin diri sendiri buat milih pasangan.

    Twitter @Devi_Rouli
    Email : Dalarhmm@yahho.com

    ReplyDelete
  35. yang paling menyebalkan itu kalau pasangan kita gk ada respect sama kita, di cuekin trus di anggap kyak angin yg lewat aja. eh tpi yang super-super nyebelin itu, kalau kita udah kasih hati kita sama seseorang terus mendadak perasaan baru muncul dengan suami kita yang pda dasarnya menikah karena perjodohan. sebel gak tuh...?

    @nila_adam

    ReplyDelete
  36. yang menyebalkan itu, kita gak tahu apa-apa tentang dia, walau kata ortu, dia adalah yg terbaik, belum tentu dia memang yang terbaik di mata kita. gimana kalau kita gak cinta sama dia? masa mau menjalankan pernikahan tanpa cinta? ya memang ada yg bilang cinta hanya masalah waktu, tapi yainkah si dia juga akan berusaha seperti kita? kali aja dia mendem semua dan di tengah-tengah keluarlah segalanya. dan nyebelinnya lagi, kita dipaksa untuk cinta sama dia, padahal kita juga pasti punya pilihan sendiri kan? sebenernya siapa sih yang ngejalanin hidupnya? kita atau ortu kita? hehe

    @yyyustie
    yustieamanda@gmail.com

    ReplyDelete
  37. “Menurut kamu, apa sih hal yang paling menyebalkan dari menikah karena dijodohin?”

    --> Gak tau rupanya si dia. Apakah seperti Edward Cullen? Kalau ini tanpa pikir panjang langsung terima #eh, gimana sifat dia, apa yang disukai dia, saya gatau.
    Serasa saya gak laku, masa zaman sekarang menikah karena dijodohin? Aish mendengarkan saja udah menyebalkan!!
    Pacaran sama dia setelah menikah! Biasanya pacaran dulu baru menikah, nah ini? Kebalik.
    Jauh-jauh dari perjodohan hiiii seereem :D

    ReplyDelete
  38. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  39. aku belum pernah merasain menikah dijodohkan yaa. gila aja, masih sekolah gini-_-"
    tapi, kalau dipikir-pikir yang paling menyebalkan dari menikah karna dijodohin sih tentang perasaan dan tergantung sifat si doi aja yaa.
    kalau misalnya kita enggak punya perasaan sama si 'dia', itu bakalan buat sakit hati sendiri. kita belum kenal satu sama lain ale-ale dijodohin gitu aja-_- apalagi kalau misalnya kita sedang punya pacar dan tiba-tiba orang tua udah siapkan jodoh buat kita. ogah banget! perjodohan nyakiti hati banyak orang. si doi, kita sendiri, pacar doi dan pacar kita sendiri.
    kalau misalnya orang tua doi itu baik, pasti orang tua kita ngira anaknya baik juga. dan ternyata si doi itu aslinya prilakunya agak melenceng dari orang tuanya. bisa aja kan? itu pasti ngeselin banget.
    tapi kebanyakan cerita menikah dijodohkan itu kok timbul perasaan ya satu sama lain? ingat enggak novel 'Dimi is married' nya Retni SB? itu ceritanya ada mengandung unsur-unsur dijodohkan kan? diusulkan oleh orang tua dari Garda ke orang tuanya Dimi. karna Garda takut perusahaan ayahnya jatuh ke adiknya, dia menerima aja perjodohan itu. yang semula enggak ada perasaan lama-kelamaan timbul perasaan Garda untuk Dimi.
    jadi, perjodohan itu menyebalkannya karna satu sama lain tidak punya perasaan dan ketergantungan sifat si doi. tapi, mungkin karna sering sama-sama dan berjalannya waktu. saat salah satu menghilang, kita baru menyadari ada perasaan itu saat kita merasa kehilangan dirinya.


    @retrimulya

    ReplyDelete
  40. Menikah karena dijodohkan, sebuah stigma yg melekat erat pd kehidupan masyarakat ber-adat timur.
    Bahkan hingga jaman dimana 'apple' n 'blackberry' bkn hny nama buah lg, kebiasaan ala Siti Nurbaya ini masi kerap digelar.
    Menurutku, menikah karena dijodohkan itu memiliki dua sisi berbeda spt dua sisi koin yg berbeda. Di satu sisi, kt ingin memperjuangkan hati n perasaan kt sendiri namuin di sisi lain kt tidak ingin mengorbankan perasaan orang tua yg telah berusaha memberikan solusi tercepat n terbaik menurut pikiran mereka agar anaknya cpt menikah n dpt melanjutkan silsilah keturunan keluarga. Dua" sisi itu tidak dpt dikorbankan krn mrk saling berdampingan.

    Hal yg paling menyebalkan dari menikah krn dijodohkan itu yg biasanya mnrt aku plg klise adlh absennya cinta dlm perkawinan. Pdhl mnrtku, perkawinan itu hny 1x seumur hdp n hrs saling melengkapi jg mendampingi. Kl tnp cinta, bgmn sebuah pernikahan dpt saling melengkapi ??

    Hal kedua yg aku plg gak suka dr nikah krn dijodohkan adlh nantinya akan muncul penyesalan, pengandaian, n rasa saling menyalahkan. Andai aku tdk dijodohkan, pasti aku skrg udah hdp bahagia bersamanya... Andai orang tua aku tidak berinisiatif spt ini pasti skrg aku tidak hdp spt ini... Andai dia tidak menyetujui ide gila ini, pasti kt tdk akan tinggal serumah spt skrg. Smua itu pd akhirnya berimbas kpd psikologis anak (jika dikaruniai keturunan) dmn anak yg biasanya merasa kisah cinta ortu sbg patokan utk mencari pasangan dlm prosesnya mematangkan jati diri akan kehilangan arah n akhirnya bs aja memilih pasangan yg slh.

    Hal terakhir yg mnrtku aku plg tidak suka dr menikah krn dijodohkan adlh (ini yg mnrtku terburuk) sgt terbuka luasnya kemungkinan utk berselingkuh dr pasangan masing" yg mengakibatkan rasa benci mendalam thdp masing" pasangan yg sbnrnya adlh refleksi luapan rasa benci thdp kehidupannya sendiri....

    Begitu mnrt analisa aku hehehe :))


    @msrosiee09
    Rosie

    ReplyDelete
  41. Dijodohin yaaa... eeemmm kalau dipikir-pikir, 'Hare genee maen jodoh-jodohiiinn, emangnya jaman Siti Nurbaya'.
    Hihi menurutku sebenarnya perjodohan itu sah-sah saja, yang menyebalkan adalah kita tidak bisa memilih pasangan sesuai kriteria yang kita inginkan, belum lagi kalu perjodohan itu sifatnya memaksa. Cukup menyeramkan kalau harus menikah dan menghabiskan sisa hidup dengan orang yang tidak kita kenal dan tidak kita kehendaki.

    Belum lagi kalau kita harus mengesampingkan perasaan kita demi perjodohan itu. Menikah tanpa dilandasi rasa cinta mungkin ibarat raga tanpa jiwa yaaa, tidak akan 'hidup'. Apalagi kalau sampai ada penyesalan pada akhirnya. Kecuali kalau kata-kata seperti, "Cinta bisa datang belakangan" itu benar sih yaa ga masalah.

    Tapi kalau seandainya cinta itu tak pernah hadir dalam pernikahan dari perjodohan itu sama saja pernikahan itu ibarat duri dalam daging dalam kehidupan kita.

    Jangan sampai yaaa :)


    @nurulaini_lee

    ReplyDelete
  42. yang paling menyebalkan ya karena ada kata 'dijodohin' itu. jadi serasa seperti dipaksa, belum tentu semua siap, kalopun siap belum tentu cocok juga.,dan belum tentu juga bisa sesuai dengan hati.,

    tp pepatah jawa bilang witing tresno jalaran soko kulino, jd bisa saja karena perjodohan,terpaksa bertemu terus menerus akhirnya jadi cinta :D , siapa yang tahu? heheeee

    @tantisetyo

    ReplyDelete
  43. yang nyebelin dari perjodohan, gimana kalau dia ternyata psikopat? Kalau yang lain-lain sih bisa diatur. Dengan waktu juga bisa dikompromikan dan dipelajari. Tapi kalo jiwanya udah miring, manis di luar di dalam sakit dan cuma bininya yang tau terus orang lain nggak ada yang percaya... (lanjut di episod Hannibal berikutnya)
    @bulannosarios

    ReplyDelete
  44. Hal menyebalkan saat menikah tapi dijodohkan itu, yang utamanya sih kita nggak tau kepribadian orang yang dijodohkan dengan kita. Takutnya kan ketidaktahuan masing-masing kepribadian malah bikin pernikahan yang seharusnya hanya terjadi sekali seumur hidup, jadi timbul keraguan di antara pasangannya sendiri dan (amit-amit) malah pisah. Toh hal ini yang sebenernya nggak bisa kita cegah saat dijodohkan dengan orang yang baru kita kenal. Tapi, kalau ternyata memang kita bisa menerima perbedaan dan kepribadian orang tersebut (orang yang dijodohkan) bukannya nggak mungkin kalau pernikahan itu juga bakal awet. Selain itu, menurut aku, hal menyebalkan lainnya adalah pandangan masyarakat sekitar. Dari mulai teman, keluarga besar, sampai tetangga. Ketakutan terbesar adalah saat mereka mulai berbicara dengan sok tahu dan menerka alasan perjodohan kita seenak udelnya sendiri. Dan yang paling parah adalah mereka (orang-orang yang nggak bertanggungjawab) itu mulai menggosipkan kita di belakang, entah dibilang nggak laku, nggak bisa cari pacar sendiri, atau parahnya dibilang ada kelainan orientasi seksual (hiii). Tahu sendiri kan, mulut orang itu bisa peddess banget. Atau selain pikiran negatif yang mungkin saja timbul dan membuat kita dongkol setengah mati itu, bisa juga muncul perasaan iba dan kasihan dari orang-orang sekitar kita. Seakan-akan kita menyedihkan banget sampai menikahpun, yang notabene harusnya menjadi kemauan dan kesiapan pribadi masing-masing, sampai membuat dan menyusahkan orang lain sehingga kita harus dijodohkan. Ya mungkin itu beberapa hal menyebalkan dari perjodohan ya, tapi kalau ternyata syukur-syukurnya yang dijodohkan dengan kita itu baik hati, kepribadian cocok, rajin menabung, bertanggungjawab, tampan pula, siapa menolak? Hihihi..


    @assriantiaci

    ReplyDelete
  45. Yang menyebalkan dari perjodohan adalah awkward moment yang mendebarkan dan sifat dia yang ternyata bikin kamu jatuh cinta, padahal kamu udah punya pasangan dan berencana ngebatalin perjodohan ini. Jadi pilih yang mana???

    @rinaers

    ReplyDelete
  46. Kecanggungan saat harus hidup bersama, padahal kenal saja baru, apalagi akrab..behh…jauuuhhh deh!!! Yang ada, hidup kayak masuk dunia antah berantah, ada orang selain kita tapi sama kayak nggak ada orang sama sekali. Soalnya, mau ngomong mau bahas apa? Mau mesra-mesraan makin nggak mungkin, hati aja masih kagok g jelas. Susaaaahhh deh!!

    Ya itu sih mungkin masalah waktu kali, ya?! Soalnya kita ‘kan belum terlalu kenal seperti sepasang kekasih yang setidaknya punya rasa cinta di awal pernikahan. Yang kita tahu, dia itu namanya itu, dia itu anaknya itu, dia itu bla…bla…bla… Yang masalah kecil, yah… masih perlu banyak waktu untuk mengenal dan saling menyesuaikan diri. Ribet!

    @dianputuamijaya

    ReplyDelete
  47. maap kalau katrok, cz belum pernah bca novel ini,
    nanti coba saya cari2. ok

    ReplyDelete
  48. Bagus banget Novelnya, Gak ada Filmnya? Daripada cuma dibaca kan lebih baik dibuat Filmnya juga. Gak kebayang deh, Baca Novelnya aja sampe' ikut''an ngerasain ceritanya, Apalagi kalo liat Filmnya :')

    @RosaliaMalik

    ReplyDelete