Sunday, November 8, 2009

Resensi Novel Metropop: Lusiwulan - Zizi: Bintang Jodoh dan Zizi: Saksi Bulan Madu

Serial metropop dengan sentuhan komedi




Judul: Zizi: Bintang Jodoh (Buku 1), Zizi: Saksi Bulan Madu (Buku 2)
Pengarang: Lusiwulan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Genre: Romance-Comedy, Metropop
Tebal: 176 hlm (Buku 1), 152 hlm (Buku 2)
Harga (Toko): Rp28.000
Rilis: Desember 2008 (Buku 1), Nopember 2009 (Buku 2)

Saya tidak sadar bahwa novel karya Lusiwulan (penulis metropop Pacar Alternatif dan Pasangan Jadi-Jadian) yang berjudul Zizi: Saksi Bulan Madu ini adalah buku kedua dari novel serial pertama yang ditulis Lusi. Saya hanya secara asal mencomotnya ketika berkunjung ke Indonesia Book Fair 2009 karena saya pikir itu novel Lusi yang sudah sering saya lirik di toko buku beberapa waktu lalu tapi selalu tidak jadi saya beli (model penulisan judul dan desain sampul mirip). Saya baru sadar setelah membaca lembaran awalnya.

Tak dinyana, saya kepincut dengan novel tersebut. Segar. Lucu. Komedi. Menyenangkan. Menggemaskan. Komplit lah... bumbunya. Setiap adegan mengalir jenaka dengan para tokohnya yang berkarakter kuat. Kemampuan Lusi menjaga konsistensi karakter para aktor rekaannya yang membuat novel ini kian istimewa. Khusus tokoh Zizi, mau tidak mau saya teringat tokoh Kugy di novelnya Dee – Perahu Kertas. Sama-sama komikal. Sama-sama lucu. Tapi, beda nasib.

Belum dapat dipastikan, hanya Tuhan dan Lusi yang tahu, serial ini akan dibuat dalam berapa jilid (volume). Dua bagian awalnya ini memiliki jumlah halaman tak lebih dari 200-an lembar. Meskipun dipatok banderol yang lumayan terjangkau, tak ayal saya sendiri masih harus berpikir berulang kali untuk setia mengikuti kisah ini. Kalau boleh memilih, saya lebih suka Lusi langsung merampungkannya dalam satu novel tebal. Jika pun diniatkan berseri, saya berharap setiap jilidnya ditambah halamannya, yah…300-an lembar lah minimal.

Dua jilid awalnya ini sedikit berbau tahyul dengan adanya beberapa bagian yang berhubungan dengan “orang-pintar”. Bahkan sepertinya dari tahyul inilah kisah utama serial ini bermula. Saya sebagai seorang yang mencoba memahamkan agama saya dengan benar, sama sekali tidak suka dengan unsur klenik ini. Namun, ya apa mau dikata, mungkin memang inilah awal sumber inspirasi Lusi dalam menulis cerita ini.

Sebagai novel yang masuk dalam label metropop, karya Lusi ini terkesan tidak menjual mimpi. Isi ceritanya hampir-hampir mendekati realita. Yang dibicarakan tidak melulu rumah megah bertingkat-tingkat, aksesoris serba branded, atau pun segala hal yang berbau kemewahan. Para pelakonnya tidak dipaksa harus serba mewah. Pekerjaan pun bukan jenis pekerjaan yang “di atas awan”, maksudnya latar belakang profesi yang dibuat Lusi merupakan pekerjaan yang sangat terjangkau oleh siapa saja. Meskipun yang agak mengganggu, seperti kebanyakan novel urban masa kini, nama-nama tokoh ciptaan Lusi cenderung kebarat-baratan (westernisasi). Yah, wajar-wajar saja sih di jaman sekarang yang makin banyak orang tua memberi nama anak-anaknya berbau luar negeri. Namun tetap, betapa bangga rasanya jika saja nama tokoh-tokohnya itu meng-Indonesia.

Sebenarnya saya tidak suka dengan gaya mendongeng Lusi yang mostly benar-benar seperti sedang story telling. Pada beberapa tempat Lusi melempar joke-joke jayus mengomentari tingkah para aktor yang dibuatnya sendiri. Bahkan tak jarang Lusi menambahinya dengan ungkapan tawa (hihi, haha, hehe) yang tidak dalam konteks dialog antar tokoh. Sangat lebay… dan jayus. Beruntung, sekali lagi, Lusi mampu memberikan nyawa pada aktor-aktornya sehingga terkesan hidup dan klop dengan gaya mendongengnya itu.

Awalnya saya menduga novel ini dibuat dalam bentuk chapter-chapter yang langsung habis ceritanya per chapter. Satu chapter berisi masalah dan solusi pemecahannya dengan pelakon yang sama dari chapter awal hingga chapter akhir. Mirip kumpulan cerpen begitu lah. Lebih-lebih, dugaan saya diperkuat dengan pemberian judul novel yang mengambil salah satu judul chapternya. Ternyata tidak, buku ini memang benar novel dalam arti bahwa dari awal hingga akhir cerita berjalan secara berkesinambungan.

Secara teknis, novel ini lolos scanning. Saya tidak merasa menemukan adanya kesalahan ketik, tulis, atau kejanggalan lainnya. Syukur deh…

Summary (spoiler alert):

Buku 1 – Zizi: Bintang Jodoh

Untuk meyakinkan perasaannya, Zizi menemui “orang pintar” yang diharapkan membantunya meraba takdir percintaannya. Ternyata, ia tetap patah hati lantaran putus cinta dengan Teddy, pacar serius pertamanya. Zizi sendiri yang minta putus, padahal dia benar-benar telah jatuh hati dengan teramat sangat pada Teddy.

Beruntung Zizi memiliki keluarga dan teman-teman dekat yang selalu mendukungnya.

Seusai wisuda, Zizi yang masih menganggur karena perang batin antara relita versus idealisme, bertemu dengan Dylan yang kemudian menjadi salah satu karibnya. Dari Dylan lah, Zizi akhirnya mendapatkan pengalaman kerja pertamanya. Sangking dekatnya hubungan Zizi – Dylan, banyak orang menyangka mereka pacaran. Termasuk Rafa, cowok yang menyelamatkan Zizi dari amuk marah manajernya dan dari ulah tengil sang monster jagung, yang naga-naganya memberi perhatian lebih pada Zizi.

Lalu, bagaimana reaksi Zizi ketika secara kebetulan dia bertemu dengan sang mantan di counter khusus lingerie dan underwear dengan Zizi yang sedang sibuk memilih-coba lingerie-lingerie seksi? Mengapa Rafa yang dirasa Zizi menaruh hati padanya justru berkesan menjaga jarak? Apa benar Zizi hanya sekadar berteman dengan Dylan? Lantas, apa hubungan Zizi dengan Manis Manja Group?

Sinopsis (cover belakang):
"Hmm... banyak bintang kamuflase di sini..."

Zizi melongo. "Apa, Mbah, eh, maksud saya, Nini...?"

Bahu Melky agak terguncang meredam tawa melihat reaksi Zizi.

"Kamu kebanyakan TP," sambung Nini.

"Apa itu, Ni..., TP...?" tanya Zizi.

"Tebar pesona."

Itu kerjaan Zizi kalau lagi kebingungan dilamar pacar sendiri (padahal pacar sendiri lho, bukan pacar orang lain). Belum lagi kalau sedang sedih, kacau, balau, atau di masa senang, masa manis, masa bodoh sampai bodoh beneran. Tapi jangan salah, hati dan pikirannya luwes meresapi asam-manis pengalaman sebagai momen mematangkan diri. Mau bukti?

Ini kutipan perenungannya yang dalam setelah pertemuan tak terduga dengan seseorang.
"...kalau ada cowok mau nganterin dan mengekor cewek beli pakaian dalam si cewek, bisa diartikan mereka punya hubungan spesial, ya?"

Dalam, kan? Namanya aja pakaian dalam... kwakwak...

Oke, yang lebih serius, Zizi juga merenungkan apa artinya komitmen, menjadi diri sendiri, cinta yang membebaskan, dan insight lain dalam kehidupan.


Buku 2 – Zizi: Saksi Bulan Madu

Akhirnya Zizi dan Rafa jadi sepasang kekasih, tetapi Rafa meminta agar hubungan mereka tidak diketahui khalayak ramai alias backstreet. Awalnya Zizi cuek saja, terlebih dia sendiri merasa risih apabila menjadi bahan gunjingan teman-teman kantornya.

Zizi masih melanjutkan hidupnya dengan penuh aksi komedi. Kelucuan demi kelucuan mewarnai hari-harinya bersama keluarga dan teman-temannya. Termasuk ketika Zizi menawarkan diri menjadi detektif yang menyelidiki keberadaan penguntit bernama Romeo yang meresahkan tantenya.

Sial bagi Zizi, ketika menemani Rafa dalam suatu acara gathering camp dia bertemu dengan Teddy plus istrinya yang secara kebetulan menginap di hotel yang sama. Zizi tambah kikuk demi mendapati Teddy dan istrinya sedang bermesraan di kolam renang. Zizi menjadi saksi bulan madu mantan kekasihnya.

Meskipun setuju backstreet, tak urung Zizi juga menjadi ragu akan hubungannya dengan Rafa ketika mendengar cerita mirip jalinan kisah kasihnya dari teman kerjanya yang berujung kesedihan. Di lain pihak, Rafa juga makin keki. Kedekatan Zizi dan Dylan telah menerbitkan rasa cemburu yang berlebih, namun bagaimana cara Rafa menutup rasa cemburunya? Mengapa Dystan, kakak Dylan, mendadak berubah ramah pada Zizi padahal biasanya cuek? Mengapa pula Rama tiba-tiba mengajaknya dinner setelah sekian lama tidak bertemu?

Sinopsis (cover belakang):
Dianalogikan tetumbuhan, Zizi saat ini sedang berada pada periode berbunga. Kuntum merekah setelah kemarin sempat layu mendayu-dayu. Hehe, itu mah musik melayu. Kerjaan baru yang kian dikuasai, teman-teman dan atasan yang makin memaklumi dirinya--tecermin dari komentar "namanya juga Zizi..."--dan ada kumbang jantan yang sedang bergairah terbang di dekatnya. Selain itu, yang namanya taman bunga tentu tak lepas dari benalu, ulat (berbulu dan tak berbulu), tangan-tangan jail (berbulu dan tak berbulu), kupu-kupu, angin... yah, begitu pula periode kehidupan Zizi, semriwing bak tertiup angin dan geli-geli bak dirambati ulat bulu. Kesimpulannya, menyegarkan sekaligus menggelikan.

Silakan temukan jawaban-jawaban pertanyaan tersebut di atas dalam novel seri karya Lusiwulan ini.

Selamat membaca!

1 comment:

  1. gue sih mau aja baca, tapi pinjemin kek. duit kering nih:D wkwkw

    ReplyDelete