Tuesday, January 31, 2012

[Kado My Secret Santa] Resensi Novel Young Adult - Where She Went by Gayle Forman

Serasa menonton ulang film Before Sunrise..., tapi lebih datar
Reading from 13 - 15 January, 2012
Rating: 2,5 out of 5 star


Judul: Where She went (If I Stay #2)
Penulis: Gayle Forman
Penerjemah: Poppy D. Chusfani
Editor: Dini Pandia
Pewajah Sampul: Marcel A.W.
Tebal: 240 hlm
Rilis: Oktober 2011
ISBN: 978-979-22-7650-3

Summary:
Adam Wilde, seorang rockstar yang sedang naik daun, didera kegelisahan yang semakin hari semakin membuatnya tertekan. Ditambah lagi sikap anggota band yang lain yang selalu melihatnya sebagai masalah dan ancaman bagi grup yang album musik rilis terakhir mereka baru saja diganjar double platinum. Lalu, entah kebetulan entah takdir, Adam bertemu lagi dengan Mia Hall, mantan kekasih yang pergi meninggalkannya setelah ia pulih dari koma akibat kecelakaan yang juga merenggut seluruh anggota keluarga gadis itu, kurang lebih 3 tahun silam.

Atas nama nostalgia dan inisiatif Mia, keduanya menyibak sudut-sudut rahasia kota New York yang menjadi tempat favorit Mia. Dari perjalanan semalam itulah mengalir kisah demi kisah dalam rajutan kenangan masing-masing selama mereka berpisah. Apa yang menyebabkan Mia pergi meninggalkan Adam? Mengapa Adam seolah tak pernah mencari Mia jika ia benar-benar mencintainya? Apakah kejujuran dalam satu malam itu bisa merekatkan kembali segala sesuatunya yang sudah merenggang? Dan, jangan lupakan bahwa keduanya terburu jadwal terbang masing-masing, Adam ke London dan Mia ke Tokyo, apakah dengan waktu yang singkat itu semuanya akan terurai dengan benar? Simak saja bagaimana Adam dan Mia berdamai dengan masa lalu mereka dalam novel Where She Went karya Gayle Forman yang merupakan sekuel dari If I Stay ini.


Saya tentu saja sudah berniat membeli novel ini ketika teman-teman pembaca yang lain pada heboh memperbincangkannya. Apalagi sampulnya yang OK’s bangetsss itu… Simply beautiful! Tak tanggung-tanggung bahkan beberapa dari teman pembaca perempuan memasukkan Adam Wilde ke dalam daftar top boyfriend mereka. Ditambah lagi, novel ini dipilih oleh goodreaders di seluruh dunia sebagai novel Young Adult terfavorit tahun 2011. Tak ayal, saya semakin penasaran untuk membacanya.

Niatan awal, saya ingin membaca runut dari If I Stay dulu tapi dikarenakan kebaikan hati My Secret Santa, saya terlebih dahulu mendapatkan copy novel ini. Heh? My Secret Santa? Maksudnya? Hmm, baiklah saya akan bercerita sedikit tentang ini. Secara kebetulan saya baru bergabung di salah satu group pembaca di facebook yaitu komunitas Blogger Buku Indonesia (BBI) pada Desember 2011. Merujuk pada namanya, komunitas ini adalah tempat bergabungnya para blogger yang content blognya mostly tentang buku, tidak diperkenankan isinya bercampur dengan tulisan lain di luar buku. Awesome! Info selengkapnya tentang komunitas ini silakan intip di blogbukuindonesia dan fanpage BBI di facebook.

Saat itu sedang ada proyek Secret Santa yang diselenggarakan oleh anggota BBI (atau kami menyebutnya BBIers). Rule-nya simple: setiap orang yang mendaftar akan menjadi Santa yang akan mengabulkan wishlist dari seorang member yang terpilih menjadi penerima kado dari Santa. Dikarenakan proyeknya bertajuk Secret, maka baik si Santa dan sang penerima kado tidak saling mengetahui. Di situlah letak serunya proyek ini. Maka, setelah berdebar-debar selama masa penantian, datanglah paket misterius dari Santa saya yang baik. Taraaaaa... paketnya adalah novel Where She Went ini. Senangnya. Lalu, siapakah My Secret Santa?



Siapa dia? Saya berharap semoga My Lovely Secret Santa berkenan memperkenalkan diri kepada saya, di sini, hehehe....thank you very much, Santa. I am really happy that you send me this book. Awesome!

Oke, balik ke novel ini lagi. Sejujurnya, saya juga berusaha ikut merasai perjalanan kontemplasi yang dilakukan Adam Wilde bersama dengan Mia Hall. Saya ingin menemukan sensasi sebagaimana yang ditemukan oleh teman-teman pembaca saya yang lain (mostly, girls), but, unfortunately, I couldn’t find it. Dunno why. Begitu cerita memasuki tahapan penelusuran sudut-sudut kota New York, otak saya justru memutarkan kenangan film Before Sunrise-nya Ethan Hawke dan Julie Delpy yang sangat indah itu. Meskipun berbeda setting, karakter, bahkan ide cerita, namun Before Sunrise sungguh membuat emosi saya datar-datar saja ketika membaca novel ini.

Lalu, pada suatu titik, saya sampai mendengus sebal. Oh, apakah para gadis itu jatuh hati pada bintang rock cengeng pengidap depresi semacam Adam ini? Beuuh, sinis bener, kayaknya saya, ya? Entahlah, saya tak bisa terkoneksi dengan sempurna pada tokoh-tokoh rekaan Gayle Forman di sini. Seorang teman menduga mungkin dikarenakan saya yang belum membaca buku pertamanya. Ehmm, bisa jadi. Namun, selepas saya menyelesaikan If I Stay, saya tetap tak bisa jatuh hati pada kisah ini.

Alur yang ditaburi adegan flash back tidak membantu saya membangun citra diri Adam-Mia. Entah, karena saya yang tidak terhanyut itu, saya merasa permasalahan mereka ini “sepele-banget” dan dibikin ribet sama penulisnya. Konflik pun tak dipertajam. Keberuntungan demi keberuntungan seolah selalu memayungi tiap langkah kedua tokoh utama. Dan, semua menjadi demikian mudah. Lah, kenapa dibikin ribet sampai tangis-tangisan segala? Entahlah.

Saya pun sempat menyalahkan pilihan waktu membaca saya yang terus tancap gas hingga lewat tengah malam, ketika kantuk tak lagi dapat ditahan, saya tetap memaksa merampungkan baca. Tetapi, saya pun melakukannya ketika membaca If I Stay, dan hasilnya beda. Jadi, itu jelas bukan permasalahannya. Saya menyerah untuk mencari alasan. Memang saya-nya yang tak terhanyut kisah ini. Namun demikian, saya tetap menyukai novel ini. sekiranya nanti masih ada lanjutan dari seri ini, saya masih berkeinginan untuk membacanya. Bahkan, saya memang sedang mencari buku lain karya Gayle Forman untuk dibaca.

Secara teknis cetakan, Where She Went mengalami penurunan kualitas. Ada beberapa typo yang masih terselip termasuk inkonsistensi penggunaan beberapa kata (beda halaman, beda penulisan). Yang paling mengganggu bagi saya adalah pemenggalan suku kata yang tidak pada tempatnya. Bahkan, kata yang berada di tengah-tengah halaman pun mendapat pemenggalan suku kata. Saya menduga ini karena penggunaan software konversi kata yang tidak cermat dalam hal setting-nya. CMIIW.

Bagian favorit saya di novel ini:

...dan mereka akan segera lupa bahwa aku hanya manusia fana: daging dan tulang, bisa memar dan terluka (hlm. 129) ---Adam yang mengeluhkan ulah para fans yang merubunginya. 
...tidak ada tempat yang lebih mematikan gairah daripada rumah sakit. Baunya saja sudah bikin hilang selera –sungguh kebalikan dari meningkatkan hasrat (hlm. 136)
Ah, sudahlah, intinya saya suka novel ini, meskipun juga merasa biasa saja ketika selesai merampungkannya. Tak ada kesan yang berbekas di hati saya. 2,5 bintang saja untuk kebosanan saya menghadapi Adam yang penggamang.



Oke, selamat membaca, kawan! Dan, berkali-kali kembali saya sampaikan terima kasih kepada My Secret Santa! God bless you!

13 comments:

  1. jadi sopo secret santanyaaa? =D eh btw, mungkin emang where she went ini lebih utk pembaca cw yg menye2 ya, makanya cowok2 nggak ngerti dimana wow-nya =D

    ReplyDelete
  2. ahhhh cuman 2,5 bintang!!! :D

    ReplyDelete
  3. @astrid....snapshot tulisan dan picture Santa-ku ketinggalan di kosan, huhuhu...nanti di-update pulang ngantor...:)

    iya nih, aku kurang 'tersedot' ama aura Adam

    @Ana...ehmmm....ga puas dan hampir bosan, Non...hehehe

    ReplyDelete
  4. Mas kamu cowok sih, jadi tak merasakan kegalauan hati perempuan *tsah*
    Huhehe, padahal aku yo blm baca sih *ditoyor*

    ReplyDelete
  5. @Oky...hehehe..kan yang cerita si Adam, Ky...ini malah tentang Adam, kan, intinya...Mia-nya juga, ujug-ujug...eh, maaf, belum baca ya...ntar spoiler lagi, hahaha

    ReplyDelete
  6. Cuma 2,5 bintang? Teganya mas Ijul :(

    Tapi aku setuju sih. Ini memang Before Sunset yg lbh datar

    ReplyDelete
  7. secretnya belum ketahuan ya mas? ayo secret santa, ngaku!!!!!

    ReplyDelete
  8. nggak mungkin laaaah kalo SS nya nggak ketauan :D

    waaaaah... aku sendiri belum baca loh buku ini, enaknya beli nggak yaaa... ^^

    reviewnya keren, melihat dari sisi lelaki tentang novel yg dipuja para wanita :))

    ReplyDelete
  9. Taraaaaaaaaa....tuh yang comment #9 is my Secret Santa....thankyou, Ingeee.....eh, baca aja, sebenarnya seru kok, tapi ya, itu lagi sih, aku ngerasa hal yang simple diperumit sama penulisnya, hahaha...

    @Dewi...hihihi....emank aku juga ketuker deh, kyknya ada typonya...harusnya Before Sunrise...

    @Tezar...baru nongol, tuh, bro...:)

    ReplyDelete
  10. Ripiu yang agak menggoyahkan keinginanku buat baca ni buku, karena aku gak suka cowok cengeng.

    ReplyDelete
  11. Kadang suka bingung juga, apa sih yg bikin pembaca cewek tergila2 sama buku2 yg menampilkan cowok keren, macjo, cuek (yg nggak saya banget hiks) ...ibaratnya Twilight, sampe sekarang msh bingung bagusnya di bagian mana ck ck ck *digebukin fansnya Jacob se linimasa

    ReplyDelete
  12. @Sinta...hmmm...secara alur mengalir sih, mungkin lebih ke rapuh kali ya, sis...ada scene si Adam ini nangis sih....

    @Dion....mari kita tanyakan kepada para perempuan, bro, hahaha....:) tp, btw, aku suka Twilight juga lho, suka Bellaaaaaaaa-nya tapinya yaaa...

    ReplyDelete