Pada akhirnya, aku kembali lagi padamu...
Read from December 09, 2011 to January 03, 2012
Rating: 2 out of 5 star
Penulis: Allison van Diepen
Format: ebook
Halaman: 208
Rilis: November 2010
Summary
Michaela “Kayla” Cruickshank bukan gadis SMA biasa. Umurnya baru 16 tahun tapi ia telah meretas jalan bisnis dengan membangun sebuah website yang menjajakan layanan konsultasi beragam persoalan seputar kehidupan percintaan remaja (dating) dengan nama samaran the Oracle. Pada tahun keduanya ini, Kayla harus menelan pil pahit ketika Jared, cowoknya dari setahun kemarin, justru meminta putus dengan alasan yang membuat Kayla gondok setengah mati. Maka dimulailah petualangan Kayla untuk membuktikan teori yang pernah ditulisnya tentang rumus memulai hubungan baru setelah putus dari hubungan yang lama.
Nah, berdasarkan hitungan dari rumus yang dibuatnya itu, kayla membutuhkan waktu 62 hari sebelum ia bisa menjalin hubungan dengan cowok lain. Pada masa-masa itu, satu demi satu cowok masuk dalam kehidupannya. Tapi, nyatanya mencari cowok rebound nggak segampang yang ia kira. Belum lagi, secara tak terduga, website yang dikelolanya justru terjebak dalam kontroversi yang berpotensi menghancurkan reputasi yang sudah dibangunnya dari nol itu.
Hmm, membaca teenlit karya Allison van Diepen ini memang manis-manis renyah. Yah, tak beda jauh sama kebanyakan teenlit lainnya, sih. Namun, karena background psikologi populer yang diemban si tokoh utama, tak jarang banyak selipan quotes yang cukup nendang buat para remaja sekalian yang sedang tersaput nuansa merah muda alias dalam masa-masa indah menjalin gita cinta dari SMA. Silakan disimak nasihat-nasihat love-relationship by Kayla di buku ini.
Yang kurang dari novel ini adalah dangkalnya penggalian konflik dan karakter yang ada. Masih hanya di permukaan saja. Bahkan, ending yang happy seolah menggampangkan semuanya. Cowok yang datang dan pergi selama masa ‘kepergian’ Jared di kehidupan Kayla terkadang serasa hanya tempelan belaka. Saya kurang bisa terisap ke dalam nuansa warna kehidupan remaja yang sejatinya penuh dengan goncangan jiwa itu...xixixi.
Yang membuat saya bertahan untuk merampungkan novel ini adalah gaya menulis Allison yang lancar. Ceritanya ngalir, meskipun terkadang perpindahan satu adegan ke adegan yang lain berjalan kurang mulus. Contohnya pas bagian kedatangan seorang cowok exchange student ke rumah Kayla yang suddenly menggelenyarkan kisah asmara singkat di antara keduanya. Buat saya, bagian ini cepat dan kurang membawa arti bagi Kayla. Entahlah, sepertinya cara Allison menyajikan cowok-cowok rebound bagi Kayla kurang smooth dan terasa hanya untuk mengulur waktu untuk akhirnya mempersembahkan cinta sejati bagi Kayla. Sangat mudah tertebak. Sayang sekali. Bahkan, kehadiran teman-teman Kayla juga seolah hanya serupa pemandu sorak yang menggoyang pompom untuk memberikan dukungan pada Kayla tanpa memberikan makna yang cukup dalam bagi kehidupan Kayla.
But, nyatanya saya malah penasaran untuk membaca buku sebelumnya, The Oracle of Dating, hahaha. Saya memang suka gaya menulisnya sih.
Baiklah, selamat membaca, teman!
Hmm, membaca teenlit karya Allison van Diepen ini memang manis-manis renyah. Yah, tak beda jauh sama kebanyakan teenlit lainnya, sih. Namun, karena background psikologi populer yang diemban si tokoh utama, tak jarang banyak selipan quotes yang cukup nendang buat para remaja sekalian yang sedang tersaput nuansa merah muda alias dalam masa-masa indah menjalin gita cinta dari SMA. Silakan disimak nasihat-nasihat love-relationship by Kayla di buku ini.
Yang kurang dari novel ini adalah dangkalnya penggalian konflik dan karakter yang ada. Masih hanya di permukaan saja. Bahkan, ending yang happy seolah menggampangkan semuanya. Cowok yang datang dan pergi selama masa ‘kepergian’ Jared di kehidupan Kayla terkadang serasa hanya tempelan belaka. Saya kurang bisa terisap ke dalam nuansa warna kehidupan remaja yang sejatinya penuh dengan goncangan jiwa itu...xixixi.
Yang membuat saya bertahan untuk merampungkan novel ini adalah gaya menulis Allison yang lancar. Ceritanya ngalir, meskipun terkadang perpindahan satu adegan ke adegan yang lain berjalan kurang mulus. Contohnya pas bagian kedatangan seorang cowok exchange student ke rumah Kayla yang suddenly menggelenyarkan kisah asmara singkat di antara keduanya. Buat saya, bagian ini cepat dan kurang membawa arti bagi Kayla. Entahlah, sepertinya cara Allison menyajikan cowok-cowok rebound bagi Kayla kurang smooth dan terasa hanya untuk mengulur waktu untuk akhirnya mempersembahkan cinta sejati bagi Kayla. Sangat mudah tertebak. Sayang sekali. Bahkan, kehadiran teman-teman Kayla juga seolah hanya serupa pemandu sorak yang menggoyang pompom untuk memberikan dukungan pada Kayla tanpa memberikan makna yang cukup dalam bagi kehidupan Kayla.
But, nyatanya saya malah penasaran untuk membaca buku sebelumnya, The Oracle of Dating, hahaha. Saya memang suka gaya menulisnya sih.
Baiklah, selamat membaca, teman!
0 komentar:
Post a Comment